Makalah Kesulitan Belajar Kognitif

Table of Contents
kesulitan belajar kognitif

Hakikat Kognisi

Pengertian kognisi mencakup aspek-aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu (Singgih D. Gunarsa, 1981:234). Dengan demikian, kognisi adalah fungsi mental yang meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Perwujudan fungsi konitif dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menggunakan bahasa dan matematika (Wienman, 1981 : 142).

Piaget sebagai tokoh peneliti perkembangan kognitif sesungguhnnya tidak mengemukakan pentahapan perkembangan kognitif berdasarkan umur. Pentahapan perkembangan kognitif yang didasarkan atas umur dilakukan oleh Ginsbourg dan Opper (Singgih D. Gunarsa, 1981: 123). Adapun tahap-tahap perkembangan tersebut adalah (1) tahap sensori-motor (umur 0 sampai 2 tahun), (2) tahap praoprasional (umur 2 sampai 7 tahun), (3) operasional (umur 11 tahun ke atas).
  • Pada masa sensori-motor (o-2 tahun) perilaku anak masih preverbal dan belum dapat menggunakan tanda atau symbol.
  • Pada masa submasa berpikir intuitif (4-7 tahun), anak sudah dapat mengelompokkan benda-benda atas dasar sifat khusus mereka, tetapi masih terbatas pada satu dimensi saja.
  • Pada masa konkret-operasional (7-11 tahun) anak telah dapat melakukan tugas-tugas konservasi karena telah mengembangkan tiga proses, yaitu negasi, resiprokasi,dan identitas (Singgih D. Gunarsa, 1981: 155). Pada masa ini yang dapat dipikirkan oleh anak masih terbatas pada benda-benda konkret yang dapat dilihat atau diraba. Benda-benda yang tidak tampak dalam kenyataan, masih sulit dipikirkan oleh anak.
  • Pada masa formal-operasional anak telah mampu berpikir abstrak. Pada masa ini anak telah mampu mengemukakan penjelasan hipotesis dan evaluasi terhadap fakta-fakta yang akan menunjang atau menyanggah hipotesis.

Menurut Gowan (1979: 51) perkembangan kognitif tidak hanya berhenti pada tahap formal-operasional, tetapi berlanjut hingga tahap kreativitas (creativity), psikedelia (psychedelia), dan iluminasi (illumination). Tahap-tahap perkembangan kognitif sejak masa sensorimotor hingga formal-operasional terkait dengan berpikir konvergen (convergent thinking). Sedangkan ketiga tahapan selanjutnya terkait dengan berpikir devergen (devergent thinking).

Anak berkesulitan belajar sering tidak mengikuti pola perkembangan kognitif seperti yang telah dikemukakan, padahal kurikulum sekolah biasanya didasarkan atas pola perkembangan kognitif tersebut. Akibatnya, anak berkesulitan belajar tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas kognitif yang dituntut oleh sekolah.berbagai penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan anak menyelesaikan tugas-tugas kognitif terkait dengan gaya kognitif mereka.

2.2  Kaitan Antara Kesulitan Belajar dengan Gaya Kognitif
Gaya Kognitif berkaitan dengan cara seseorang menghadapi tugas kognitif, terutama dalam pemecahan masalah. Blackman dan Goldstain seperti dikutip oleh Hallahan, Kauffman, dan Lloyd (1985:85) mengemukakan bahwa gaya kognitif terkait dengan bagaimana seseorang berfikir (how of thinking). Mereka berpandangan bahwa tiap orang memiliki gaya kognitif (cognitive style) yang berbeda-beda dalam menghadapi tugas-tugas pemecahan masalah. Berbagai gaya kognitif tersebut merupakan suatu sifat kepribadian yang relative menetap, sehingga dengan demikian dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku seseorang dalam menghadapi berbagai situasi. Ada dua dimensi gaya gaya kognitif yaitu, sebagai berikut:

a. Gaya Kognitif Ketidakterkaitan-Keterkaintan pada Lingkungan

Dimensi gaya kognitif ketidakterkaitan-keterkaintan pada lingkungan menunjukan pada kemampuan seseorang untuk membebaskan diri dari pengaruh lingkungan pada saat membuat keputusan tentang tugas-tugas perseptual.

b. Gaya Kognitif Impulsif dan Reflektif

Gaya kognitif kognitif implusif-reflektif terkait dengan penggunaan waktu yang digunakan oleh anak untuk menjawab persoalan dan jumlah kesalahan yang dibuat. Anak yang impulsive cenderung menjawab persoalan secara cepat tetapi membuat banyak kesalahan sedangkan anak reflektif cenderung menjawab persoalan secara lebih lambat tetapi hanya membuat sedikit kesalahan.

2.3  Berbagai Strategi Pengembangan Kognisi

Salah satu elemen penting dari kognisi adalah ingatan atau memori; dan memori tersebut memiliki peran yang besar dalam pencapaian prestasi belajar akademik.
a. Strategi Pengembangan Memori
Banyak anak berkesulitan belajar yang mengalami kesulitan dalam memori sehingga sering muncul ungkapan dari para guru “Masuk ke telinga kanan keluar ke telinga kiri”.

Ada dua macam memori, yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori jangka panjang akan terjadi jika ada pengulangan atau penerapan dalam kehidupan sehari-hari Memori jangka pendek dapat diukur dengan menyuruh anak mengamati objek-objek visual atau auditif  dalam waktu singkat, misalnya 20 detik, dan selanjutnya anak diminta untuk mengingat kembali objek-objek yang baru saja dilihat atau didengarnya itu. Hasil penelitian yang di kemukakan oleh Hallahan, Kauffman, dan Lloyd (1985:86) menyimpulkan bahwa :
  • Anak berkesulitan belajar memperhatikan kesulitan yang lebih besar dalam tugas-tugas memori bila dibandingkan dengan anakyang tidak berkesulitan belajar;
  • Problema memori anak berkesulitan belajar dapat dikaitkan dengan kegagalan dalam menggunakan strategi tertentu yang biasa digunakan oleh ank yang tidak berkesulitan belajr;
  • Strategi yang digunakan  oleh anak yang tidak berkesulitan belajar dapat diajarkan kepada anak berkesulitan belajar.

Strategi Pengembangan Keterampilan Metakognitif

Menurut martin A. Simon (1986: 41) keterampilan metakognitif merupakan pengetahuan tentang proses kognitif sendiri dan kemampuan menggunakan proses tersebut. Anak berkesulitan belajar umumnya memiliki masalah dalam memecahkan berbagai problema memori. Jika mereka dihadapkan pada problema untuk mengingat nomor telepon temannya sedangkan disekitar anak tersebut tidak ada alat tulis untuk mencatat nomor tersebut, mereka umumnya tidaak menggunakan kemampuanynya untuk menghafal secara verbal, tetapi tetap berusaha mencari alat tulis. Oleh karena itu kepada anak yang demikian peru diajarkan secara langsung berbagai strategi untuk memecahkan masalah memori sehingga keterampilan metamemorinya menjadi berkembang.

Bertolak dari emahnya keterampilan metacomprehension anak berkesulitan blajar maka Hallahan, Kauffman, dan Lloyd (1985: 90) mengemukakan suatu strategi sebagai berikut :
(1)   Menjelaskan tujuan membaca. Sebelum anak berkesulitan membaca suatu bahan bacaan, lebih dahulu mereka harus memiliki gambaran umum tentang tujuan membaca. Anak harus diajak membedakan apakah materi yang dibaca hanya untuk memahami intisari bacaan aatau untuk menguasai materi secara rinci sebagai beka menempuh tes. Anak harus diajak lebih dahlu memahami perlunya mempertimbangkan taraf kesulitan suatu bacaan dan waktu serta usaha untuk menghadapi bacaan tersebut.
(2)   Memusatkan perhatian pada bagian-bagian penting bacaaan. Anak berkesulitan belajar sering mengalami kesulitan daam menangkap ide utama dari sutau paragraph. Oleh karena itu, mereka harus dibimbing untuk menemuka ide utama tiap paragraf untuk memahami isi seluruh bacaan.
(3)   Memantau taraf pemahamannya sendiri. Anak yang pandai membaca akan mengetahui apakah mereka memahami atau tidak memahami bacaan yang sedang mereka baca. Bahkan pembaca terbaikpun kadang-kadang merasakan bahwa mereka tidak secara penuh memahami segala sesuatu yang mereka baca. Memantau kemampuan memahami bacaan yang sedang dibaca merupakan suatu keterampilan metacomprehesion  yang penting.
(4)   Membaca ulang dan membaca cepat lebih dahulu. Jika berhadapan dengan bacaan yang sukar, orang yang pandai membaca akan menggunakan dua strategi dasar, yaitu berhenti dan membaca ulang bagian yang sukar atau membaca cepat lebih dahulu untuk memperoeh informasi yang dapat membantu memahami bacaan tersebut. Strategi semacam ini tidak digunakan oleh anak berkesulitan belajar dan oleh karena itu  perlu diajarkan secara langsung.
(5)   Menggunakan kamus atau ensiklopedi. Anak yang pandai membaca tahu bagaiman menggunakan kamus atau ensiklopedi untuk memahami kata-kata sulit atau suatu peristiwa tertentu. Anak berkesulitan belajar sering tidak mampu menggunakan buku-buku referensi semacam itu. Oleh karena itu, mereka perlu diajar secara langsung cara menggunakan kamus atau ensiklopedi.
Pengembangan keterampilan kognitif juga dapat dilakukan melalui strategi pembelajaran koperatif. Melalui strategi  pembelajaran tersebut anak-anak dapat saling mengetahui proses pemecahan suatu masalah dari tiap anggota kelompok sehingga mereka dapat saling menilai proses mana yang benar dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera.

Terima Kasih atas kunjungan anda, jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar atas postingan ini...

Post a Comment