Pengembangan Media Pembelajaran Tematik

Table of Contents

2.1 Karakteristik Media dan Sumber Pembelajaran Tematik

Strategi penyampaian mengacu kepada cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik, dan sekaligus untuk menerima serta merespon masukan-masukan dari peserta didik. Oleh karena itu, media merupakan komponen strategi yang mengacu kepada kegiatan apa yang dilakukan oleh si pelajar dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar itu. Sebagaimana dikemukakan oleh Degeng (1993: 215) bahwa media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada si belajar, apakah itu orang, alat, atau bahan.

Media sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber ingin diteruskan pada kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, dan materi yang akan disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar. Media mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa-siswi. Sumber itu dapat berupa perangkat keras, seperti : komputer, televisi, LCD dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat-perangakat keras itu.

Menurut Degeng (1993) sekurang-kurangnya ada lima cara dalam mengklarifikasi media pembelajaran untuk keperluan mendiskripsikan strategi penyampaian, yaitu :
1.      Tingkat kecermatan representasi.
Tingkat kecermatan representasi suatu media bisa diletakkan dalam suatu garis kontinum, seperti: kongkrit, media pandang dengar, seperti: film bersuara; media pandang, seperti gambar diagram; media dengar, seperti rekaman suara dan simbol-simbol tertulis. Kontinum ini bisa bervariasi untuk suatu pembelajaran, dan akan memiliki variasi kontinum yang berbeda menurut tingkat kecermatan representasinya.
2.      Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkannya.
Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkan oleh suatu media juga dapat dibentangkan dalam suatu kontinum, tetapi titik-titik dalam kontinum itu ditunjukkan oleh jenis media yang berbeda, seperti: computer, guru, buku kerja/Lembar Kegiatan Siswa (LKS), buku teks, rekaman, siaran radio dan televisi.
3.      Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya.
Tingkat kemampuan khusus yang dimiliki oleh media juga dapat dipakai untuk mendiskripsikan stategi penyampaian. Tiap media dapat diidentifikasikan karakteristik khusus yang dimilikinya. Karakteristik yang dimaksud adalah kemampuannya dalam menyajikan sesuatu yang tidak dapat disajikan oleh media lain.  Media-media yang mempunyai kemampuan khusus inilah yang amat berpengaruh dalam menetapkan strategi penyampaian. Kemampuan-kemampuan khusus ini dapat dilihat dari kemampuan kemampuan dalam menyajikan sesuatu, kemampuan simulatif, dan kemampuan kecermatan representasinya.
4.      Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya.
Tingkat pengaruh motivasional yang dimiliki suatu media juga penting artinya untuk perlawanan mendeskripsikan strategi penyampaian, namun perlu diingat bahwa pengaruh motivasional ini seringkali amat bervariasi sejalan dengan perseorangan di antara siswa-siswi. Suatu media pembelajaran bisa memberi pengaruh motivasional yang berbeda, dan perbedaan ini lebih banyak dapat dikaitkan dengan perbedaan karakteristik siswa dengan media yang dipakai. Makin dekat kesamaan karakteristik siswa-siswi dengan media yang dipakai, makin tinggi pengaruh motivasional yang ditimbulkan oleh media itu.
5.      Tingkat biaya yang diperlukan.
Tingkat biaya yang diperlukan dalam menyiapkan/membuat atau membeli media juga penting untuk memdiskripsikan strategi penyampaikan. Mulai dari perancanagan sampai pada pembuatannya, kalau media itu dikembangkan sendiri. Nilai suatu strategi penyampaian dapat ditaksir dari jenis dan satuan media yang dipakai. Makin tepat dan lengkap media yang dipakai, maka besar keefektifan dari strategi penyampaian.
Berbagai cara dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan media, Rudi dan Bretz (1971) misalnya mengklasifikasi media ke dalam tujuh kelompok media, yaitu:
1.    Media audio visual gerak, merupakan media yang paling lengkap, yaitu menggunakan kemampuan audio visual dan gerak.
2.    Media audio visual diam, merupakan media kedua dari segi kelengkapan kemampuannya karena ia memiliki semua kemampuan yang ada pada golongan sebelumnya kecuali penampilan gerak.
3.    Media audio semi gerak, memiliki kemampuan menampilkan suara disertai gerakan titik secara linear, jadi tidak dapat menampilkan gerakan nyata secara utuh.
4.    Media visual gerak, memiliki kemampuan seperti golongan pertama kecuali penampilan suara.
5.    Media visual diam, mempunyai kemampuan menyampaikan informasi secara visual tetapi tidak dapat menampilkan suara maupun gerak.
6.    Media audio, media yang hanya memanipulasikan kemampuan-kemampuan suara semata-mata.
7.    Media cetak, merupakan media yang hanya mampu menampilkan informasi berupa huruf angka, dan simbol-simbol verbal tertentu.
Usaha pengklasifikasian tersebut mengungkapkan bahwa karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media berbeda menururt tujuan atau maksud pengelompokannya. Bentuk interaksi antara siswa-siswi dengan media merupakan komponen penting untuk mendiskrisikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena uraian mengenai strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memberi kegiatan belajar siswa-siswi. Tersedianya media, penting sekali untuk merangsang kegiatan belajar siswa-siswi. Kehadiran guru, untuk mengarahkan kegiatan belajar, buku teks sebagai sumber informasi, komputer, VCD, televisi, dan LCD untuk menampilkan film dan media lainnya amat diperlukan merangsangkan kegaiatan belajar siswa-siswi dengan media inilah yang sebenarnya merupakan wujud nyata dari tindak belajar. Belajar terjadi dalam diri siswa-siswi ketika mereka berinteraksi dengan media, dan karena itu tanpa media, belajar tidak akan pernah terjadi.
Sebagai bagian dari sistem pembelajaran, media mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk: (a) membuat kongkrit konsep yang abstrak, (b) membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, (c) menampilkan objek yang terlalu besar, (d) menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, (e) mengamati gerakan yang terlalu cepat, (f) memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya, (g) memungkinkan keseragaman persepsi bagi pengalaman belajar siswa, (h) membangkitkan motivasi belajar, (i) memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar, (j) menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpang menurut kebutuhan, (k) menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu maupun ruang, dan (l) mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.

2.2 Pemilihan Media dan Sumber Pembelajaran Tematik.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media meskipun caranya dapat berbeda, yaitu :
1.      Harus ada kejelasan tentang maksud dan tujuan memilih media tersebut.
2.      “Kedekatan“ dengan media. Media yang akan dipilih harus dikenal sifat dan ciri-cirinya.
3.      Adanya sejumlah media yang dapat diperbandingkan, karena pemilihan media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari adanya alternatif-alternatif pemecahan yang dituntut oleh tujuan.
Faktor lain yang juga harus dipertimbangkan untuk memilih media adalah apakah media yang diperlukan adalah media jadi atau media yang harus dipersiapkan dan dikembangkan sendiri. Untuk jenis media pemanfaatan dalam pembelajaran tematik. Beberapa pertanyaan kriteria pemilihan dalam bentuk check list yang dapat diajukan sebagai berikut:
1)   Apakah materinya penting dan berguna bagi siswa kelas awal di SD?
2)   Apakah dapat menarik minat siswa kelas awal di SD untuk belajar?
3)   Apakah berkaitan langsung dengan tujuan pembelajaran khusus yang hendak dicapai di kelas awal SD?
4)   Bagaimana format penyajiannya diatur. Apakah memenuhi tata urutan belajar yang logis?
5)   Apakah materi yang disajikannya sesuai dengan keadaan siswa di kelas awal SD dan otentik?
6)   Apakah konsep dan faktanya terjamin kecermatannya?
7)   Apakah memenuhi standar kualitas teknis?
8)   Apakah sudah dimantapkan melalui proses uji coba oleh ahli, dan sesuai dengan karakteristik sasaran, dan bagaimana keberhasilannya?
 Untuk media rancangan terdapat beberapa langkah yang perlu diajukan sebelum memilih dan merancangnya, yaitu: (1) menentukan apakah pesan yang akan disampaikan itu tujuan pembelajaran atau hanya sekedar informasi/hiburan, (2) menetapkan apakah media itu dirancang untuk keperluan pembelajaran atau alat bantu mengajar (peraga), (3) menetukan apakah dalam usaha mendorong kegiatan belajar tersebut akan digunakan strategi afektif, kognitif, atau psikomotor, (4)  menentukan media yang sesuai dari kelompok media yang cocok untuk strategi yang dipilih dengan mempertimbangkan ketentuan kebijakan, fasilitas yang ada, kemampuan produksi dan biaya, (5) mereview kembali kelemahan dan kelebihan media yang dipilih, (6) perencanaan pengembangan dan produksi media tersebut.
Sedangkan analisis sumber belajar dimaksudkan untuk mengetahui sumber-sumber belajar apa yang tersedia dan data yang digunakan untuk menyampaikan isi pembelajaran. Hasil dari kegaiatan ini akan merupakan daftar sumber belajar yang tersedia dan siap dipakai yang dapat mendukung proses pembelajaran. Langkah ini dalam desain pembelajaran disebut dengan analisis kendala, yaitu analisis untuk mengetahui keterbatasan-keterbatasan sumber-sumber belajar, termasuk pula keterbatasan waktu dan pembiayaan. Analisis ini akan sangat bermanfaat dalam mendiskripsikan stratedgi dalam penyampaian isi pembelajaran yang optimal.
Untuk mengkaji lebih lanjut menganai kaitan antara tersedianya sumber belajar denga pemilihan strategi  penyampaian isi pembelajaran, perlu diuraikan terlebih dahulu apa itu sumber belajar dan bagaimana klasifikasinya.
a.    Sumber Belajar
Sumber belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat digunakan oleh siswa agar terjadi perilaku belajar.
b.    Klasifikasi Sumber Belajar
Peranan pokok sumber belajar dalam pembelajaran adalah “mentransmisi” rangsangan atau informasi kepada siswa. Transmisi di sini berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: (1) apakah informasi yang ditransmisikan? (2) siapakah yang melakukan transmisi? (3) apa yang menyimpan informasi, (4) bagaimana informasi itu ditransmisikan? (5) di mana informasi itu ditransmisikan?
Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini, dan mengidentifikasi jawabannya, kita dapat mengorganisasi dimensi sumber belajar seperti berikut ini:
Apa informasi yang ditransmisikan?                     …………          Pesan
Siapa yang melakukan transmisi?                         …………          Orang
Yang menyimpan informasi?                                …………          Bahan/Alat
Bagaimana informasi itu ditransmisikan               …………          Teknik
Di mana ditransmisikan                                        …………          Latar
Pertanyaan-pertanyaan di atas telah menuntun kita untuk mengklasifikasi sumber belajar menjadi 6 bagian, yaitu: pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Pengertian dari keenam butir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1)   Pesan: informasi yang akan disampaikan oleh komponen yang lain, bisa berupa ide, fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Dalam konteks pembelajaran, konsep-konsep ini terkait dengan isi bidang studi yang ada dalam kurikulum.
(2)   Orang: semua orang yang terlibat dalam penyimpanan dan/atau penyampaian pesan. Guru/dosen, siswa/mahasiswa, dan nara sumber lain termasuk termasuk dalam kelompok ini.
(3)   Bahan: disebut perangkat lunak. Bahan berfungsi menyimpan pesan sebelum disalurkan dengan menggunakan alat yang telah dirancang. Misalnya: transparansi yang digunakan pada OHP, flash disk, CD, DVD, MMC pada komputer. Kadang-kadang juga dapat menyajikan pesan tanpa bantuan alat, misalnya: buku teks, jurnal, dan sejenisnya.
(4)   Alat: disebut perangkat keras. Alat ini digunakan untuk menyalurkan pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya: OHP, Tape recorder, LCD, Komputer, Televisi, dan sejenisnya.
(5)   Teknik: prosedur baku atau pedoman langkah-langkah dalam penyampaian pesan, penggunaan bahan dan alat, pemilihan latar, dan penetapan orang untuk menyampaikan pesan. Misalnya: menggunakan komputer dalam pembelajaran, pembelajaran terprogram, ceramah, dan sejenisnya.
(6)   Latar: lingkungan di mana pesan ditransmisikan. Bisa berupa lingkungan fisik: gedung kuliah/ruang belajar, laboratorium, studi, dan lingkungan non fisik: sirkulasi udara, tata suara, tata ruang, dan sejenisnya.
c.    Langkah Analisis Sumber Belajar
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa hasil akhir dari analisis sumber belajar adalah berupa daftar sumber belajar yang tersedia dan dapat dipakai untuk keperluan pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah analisis sumber belajar sebagai berikut:
(1)   Pilih klasifikasi sumber belajar.
(2)   Gunakan klasifikasi ini untuk mengidentifikasi sumber-sumber belajar yang tersedia di lingkungan di mana pembelajaran itu akan dilaksanakan.
(3)   Analisis kualitas dan kuantitas  sumber belajar. Analisis kualitas dilakukan berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan karakteristik bidang studi yang akan dipelajari siswa. Analisis kualitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kecermatan media untuk menyampaikan isi, kemampuan-kemampuan khusus yang mampu ditampilkan media serta pengaruh motivasional yang mampu ditampilkan.
(4)   Buat daftar sumber belajar yang siap dipakai. Daftar ini hanya membuat sumber-sumber belajar yang benar-benar akan dipakai sebagai media untuk menyampaikan isi pembelajaran.   

2.3 Lembar Kegiatan Pembelajaran Tematik
Pada dasarnya ada tiga bentuk kegiatan pembelajaran. Setiap bentuk kegiatan pembelajaran di atas membutuhkan bahan pembelajaran yang berbeda. Sebagai gambaran bentuk kegiatan pembelajaran tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Pengajar sebagai fasilitator dan siswa-siswi belajar sendiri.
Bentuk kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan pengajar bertindak sebagai fasilitator sedangkan siswa belajar sendiri. Bentuk kegiatan pembelajaran ini disebut pula belajar mandiri (independent learning). Belajar mandiri bermakna siswa-siswi menggunakan bahan belajar yang didesain secara khusus. Bahan tersebut dipelajarinya tanpa tergantung kepada kehadiran pengajar. Jenis bahan belajar tersebut dapat berupa salah satu atau kombinasi program media, bahan cetak, film, kaset, komputer, dan lain-lain.
Pengajar tersebut bertindak sebagai fasilitator untuk mengontrol kemajuan siswa-siswi, memberi motivasi, memberi petunjuk untuk memecahkan kesulitan siswa-siswi, dan menyelenggarakan test. Untuk bentuk kegiatan belajar mandiri, pengembang pembelajaran harus mengembangkan bahan ajar mandiri yang biasanya disebut modul. Termasuk di dalamnya bahan belajar yang akan digunakan siswa, petunjuk untuk tutor, tes, dan petunjuk untuk siswa.
Disamping bisa digunakan pada sistem belajar jarak jauh, bahan belajar mandiri dapat pula digunakan dalam kelas biasa. Dalam hal seperti itu peranan tutor dalam mengontrol kemajuan siswa dan membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi haruslah dilaksanakan secara intensif dan individual. Tanpa memberikan perhatian yang besar terhadap peranan tutor atau fasilitator tersebut, penggunaan bahan belajar mandiri di dalam kelas biasa akan kehilangan makna. 
2.      Pengajar sebagai sumber tunggal dan siswa belajar darinya.
Bentuk kegiatan pembelajaran yang menempatkan pengajar sebagai sumber tunggal disebut pengajaran konvensional. Kegiatan pembelajaran ini berlangsung dengan menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber bahan belajar dan sekaligus bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pengajaran ini tidak menngunakan bahan pelajaran apapun, kecuali garis-garis besar yang disampaikan pada permulaan pelajaran, beberapa transparansi, lembaran kertas yang berisi gambar, bagan, dan formulir-formulir isian untuk digunakan dalam latihan (exercise)  selama proses pengajaran. Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut dengan cara mendengarkan ceramah dari pengajar, mencatat, mengisi formulir, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar.
Bahan-bahan yang perlu dibuat oleh pengembang pembelajaran berbentuk:
a.    Program pengajaran yang berisi: (1) deskripsi singkat isi pelajaran, (2) topik dan jadwal pelajaran untuk setiap pertemuan (bila terdiri dari lebih dari satu kali pertemuan), (3) tugas-tugas yang diharapkan  diselesaikan siswa, (4) cara pemberian nilai hasil belajar siswa. Bahan tersebut biasanya dibagikan kepada siswa pada permulaan pelajaran.
b.    Bahan transparansi, gambar, bagan, formulir isian, dan lain-lain. Bahan ini dikumpulkan atau dibagikan kepada siswa selama proses pengajaran berlangsung.
c.    Strategi pembelajaran dan tes yang telah dikembangkna untuk digunakan oleh pengajar.
3.      Pengajar sebagai penyaji bahan belajar yang dipilihnya disingkat Pengajar, Bahan, Siswa (PBS)
Kegiatan PBS (penyaji bahan siswa) menggunakan bahan belajar yang telah ada di lapangan. Bahan belajar itu dipilih oleh pengajar atas dasar kesesuaiannya dengan strategi pembelajaran yang telah disusunnya dengan menambah atau mengurangi materi yang ada di dalam bahan belajar yang ia gunakan.
Bahan pembelajaran yang harus disiapkan oleh pengembang pembelajaran terdiri atas: (1) garis-garis besar program pengajaran, (2) bahan pembelajaran yang kebetulan tersedia di lapangan, dan relevan dengan strategi pembelajaran  yang telah disusunnya, dan (3) tes.

2.4 Karakteristik Lembar Kegiatan Pembelajaran yang Baik
Dengan ketiga bentuk kegiatan pembelajaran seperti yang disebutkan di atas, berikut ini akan dibahas tiga macam pengembangan bahan pembelajaran, yaitu:
  1. Pengembangan bahan ajar mandiri
Bahan pembelajaran terdiri atas bahanbelajar yang akan digunakan siswa, pedoman siswa, dan pedoman pengajar termasuk tes. Bahanbelajar mandiri dikembangkan bila dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa adalah belajar secara mandiri, tanpa tergantung kepada kehadiran pengajaran. Bahan pembelajaran itu adalah guru.
Bahan belajar mandiri mempunyai empat karakteristik sebagai berikut :
a.       Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri. Uraian dalam bahan itu jelas sehingga tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar atau sember lain.
b.      Dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing.
c.       Dapat dipelajari siswa menurut waktu dan tempat yang dipilihnya.
d.      Mampu membuat siswa aktif melakukan sesuatu pada saat belajar, seperti mengerjakan latihan, tes atau kegiatan praktik. Siswa belajar tidak hanya membaca buku, mendengarkan kaset/radio, melihat program video atau televisi.
Untuk memproduksi bahan belajar mandiri, pendesain pembelajaran dengan startegi pembelajaran di tangannya, melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Memilih dan mengumpulkan bahan pembelajaran yang kebetulan tersedia dilapangan dan relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam startegi pembelajaran. Bahan-bahan tersebut berbentuk buku, bab tertentu dalam buku, dan program media audio visual.
b.      Mengadaptasikan bahan pembelajaran tersebut ke dalam bentuk bahan belajar mandiri dengan mengikuti strategi pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Bila ternyata tidak ada yang sesuai, pengembangan pembelajaran harus mulai menulis bahan belajar sendiri.
c.       Meneliti kembali konsistensi isi bahan belajar tersebut dengan strategi pembelajaran.
d.      Meneliti kualitas teknis dari bahan tersebut, yang meliputi tiga hal sebagai berikut :
1)      Bahasa yang sederhana dan relevan
2)      Bahasa yang komunikatif
3)      Desain fisik
  1. Pengembangan bahan pengajaran konvensional
Bahan pengajaran konvensional sangat terbatas jumlahnya, karena yang menjadi tulang punggung kegiatan pembelajaran di sini adalah pengajaran dan bahan-bahan pengajaran. Pengajar menyajikan isi pelajaran dengan urutan, metode, media dan waktu yang telah ditentukan dalam strategi pembelajaran.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa satu-satunya bahan yang diberikan kepada siswa dalam pengajarn konvensional adalah program pengajaran yang berisi deskripsi singkat isi pelajaran, topik dan jadwal peljaran untuk setiap kali pertemuan, tugas-tugas yang diharapkan diselesaikan siswa, dan cara memberian nilai hasil belajar siswa. Bahan lain berupa transparansi, gambar dan bagan, tidak dibagikan kepada siswa, tetapi digunakan pengajar sebagai media pembelajaran.
Untuk menyusun program pengajaran yang akan dibagikan kepada siswa, beberapa langkah di bawah ini akan membantu pengembanga pembelajaran :
a.       Menulis deskripsi singkat isi pelajaran tersebut yang disimpulkan dari seluruh subkomponen deskripsi singkat pada startegi pembelajaran untuk seluruh Tujuan Pembelajaran Khusus.
b.      Menulis topik dan jadwal pelajaran yang diangkat dari setiap subkomponen deskripi singkat dan waktu yang dibutuhkan pengajar pada strategi pembelajaran
c.       Menyusun tugas dan jadwal penyelasaiannya yang diharapkan dilakukan siswa. Daftar tersebut meliput seluruh latihan yang terdapat dalam strategi pembelajaran.
  1. Pengembangan bahan PBS
Tulang punggung bahan PBS ini, pengembangan pembelajran dengan menggunakan strategi pembelajaran di tangan memilih dan mengumpulkan bahan pembelajaran yang telah dimiliknya, bahan-bahan tersebut tidak perlu diubah, baik isi maupun formatnya. Segala kekurangannya untuk memenuhi strategi pembelajaran diisi oleh pengajar. Karena itu, kompleks tidaknya petunjuk pengajaran untuk  PBS sangat tergantung kepada relevansi bahan pembelajaran yang tersedia di lapangan dengan strategi pengajaran yang telah disusun sebalumnya.
Berikut ini langkah-langkah yang dapat digunakan oleh pengembangan pembelajaran dalam mengembangkan bahan PBS adalah :
a.       Memilih dan mengumpulkan bahan pembelajaran yang kebetulan tercantum dalam strategi pembelajaran. Bahan tersebut berbentuk media cetak dan audio visual.
b.      Menyusun bahan tersebut sesuai dengan urutan pada urutan uraian yang terdapat dalam strategi pembelajaran.
c.       Mengidentifikasi bahan-bahan yang tidak diperoleh dari lapangan untuk ditutup dengan penyajian pengajar.
d.      Menyusun program pengajaran yang berisi : deskripsi singkat isi pelajaran, topik dan jadwal pelajaran untuk setiap kali pertemuan, tugas-tugas yang diharapkan diselesaikan siswa, dan cara pemberian nilai hasil belajar siswa.
e.       Menyusun petunjuk cara menggunakan bahan pembelajaran yang dibagikan kepada siswa.
f.       Menyusun bahan lain (bila masih diperlukan) yang berupa transparansi/power point, gambar, dan semacamnya

2.5 Menyusun Lembar Kegiatan Pembelajaran yang Baik
Selain menembangkan bahan pembelajaran yang berbentuk salah satu diantara bahan belajar mandiri, bahan pengajaran konvensional atau bahan PBS sebagai bentuk kegiatan pembelajaran, pengembangan pembelajaran juga harus mengembangkan dua macam pedoman, yaitu pedoman siswa dan pedoman pengajar. Pedoman siswa dan pedoman pengajar ini diperlukn oleh setiap bentuk kegiatan pembelajaran.
Pedoman siswa berisi :
1.    Petunjuk penggunaan semua bahan belajar yang diterima siswa
2.    Daftar kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan setiap unit pelajaran atau pertemuan. Untuk pengajaran konvensional dan PBS wujud dari pedoman siswa adalah program pengajaran yang telah diterimanya pada awal pertemuan.
3.    Dalam belajar mandiri, pedoman siswa perlu disusun lebih lengkap dari pada pedoman siswa yang digunakan dalam pengajaran konvensional dan PBS. Didalamnya harus dilengkapi dengan petunjuk yang rinci tentang cara dan waktu yang tepat dalam menggunakan setiap set bahan pembelajaran, baik yang berbentuk media cetak maupun audio visual. Kegiatan siswa tersebut disusun secara berurutan sejalan dengan urutan materi yang dijadikan bahan pelajaran mandiri.
Sedangkan pedoman pengajaran berisi petunjuk kegiatan yang harus dilakukan pengajar. Dalam bentuk kegiatan pembelajaran belajar mandiri, pedoman pengajar berupa pedoman fasilitator atau tutor. Pedoman tersebut berisi :
1.    Petunjuk memberikan motivasi
2.    Petunjuk cara membimbing atau memberikan konsultasi kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
3.    Petunjuk menggunakan bahan pembelajaran, baik yang berbentuk meddia cetak maupun non cetak.
4.    Petunjuk memberikan  bimbingan kepada siswa dalam menyelasaikan setiap latihan.
5.    Petunjuk menyelanggarakan dan memeriksa hasil tes.
6.    Naskah tes akhir
Dalam pelajaran konvensional, pedoman pengajar berisi :
1.    Startegi pembelajaran yang disusunnya.
2.    Program pengajaran yang dibagikan kepada siswa
3.    Petunjuk penggunaan formulir kerja atau petunjuk kegiatan praktik.
4.    Petunjuk penyelanggaraan tes.
5.    Naskah tes
Dalam PBS, pedoman pengajaran berisi petunjuk tentang :
1.    Isi pelajaran yang belum termasuk dalam bahan belajar yang  dibagikan kepada siswa,
2.    Cara meberikan motivasi kepada siswa,
3.    Cara menyajikan dan menggunakan bahan belajar yang telah dibagikan kepada siswa.
4.    Cara menyelanggarakan dan memeriksa hasil tes.
5.    Naskah dan cara penyelanggaraan tes awal, tes selma proses pembelajaran, dan tes akhir.
Bahan pembelajaran yang terdiri dari bahan belajar, pedoman siswa, pedoman pengajar, dan tes merupakan satu set paket bahan yang dipergunakan oleh siswa dan pengajaran selama melaksanakan kegiatan belajar. Seluruh bahan pembelajaran tersebut telah dikembangkan melalui proses yang sistematik atas dasar prinsip belajar dan prinsip pembelajaran untuk kelas awal Sekolah Dasar.

2.6 Lembar Kegiata Siswa Pembelajaran Tematik
Lembar kegiatan siswa merupakan lembar yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogram (Depdikbud, 1995). Lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa secara aktif. Kegiatan terdsebut dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan. Oleh karena itu, lembar kegiatan siswa berkaitan dengan pilhan strategi pembelajaran yang menyatu di dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Lembar kegiatan siswa dibagi dalam dua macam, yaitu :
1.    Lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan dan mengembangkan serta menemukan konsep dalam suatu tema.
2.    Lembar kegiatan siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar mengajar dengan atau tanpa bimbingan guru (Muslim Ibrahim, 2008).
Lembar kegiatan siswa dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa, membantu siswa menemukan dan mengembangkan konsep, melatih siswa menemukan konsep, menjadi alternatif cara penyajian materi pelajaran yang menekankan keaktivan siswa, serta dapat memotivasi siswa.
Sebagai bahan pertimbangan penulisan lembar kegiatan siswa, setiap lembar kegiatan siswa yang disediakan memenuhi kriteria penulisan sebagai berikut :
1.    Mengacu pada kurikulum
2.    Mendorong siswa untuk belajar dan bekerja
3.    Bahasa yang digunakan mudah dipahami
4.    Tidak dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujuikan guru dengan cara duplikasi (Muslim Ibrahim, 2008)
Dalam mengembangkan lembar kegiatan siswa, menurut Muslim Ibrahim (2008) terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan teknis.
·      Persyaratan pedagogis : lembar kegiatan siswa harus mengikuti azas-azas pemeblajaran yang efektif, seperti memberi tekanan pada proses penemuan konsep atau sebagai petunjuk mencari tahu dan mempertimbangkan perbedaan individu, sehingga lembar kegiatan siswa menggunakan berbagai strategi.
·      Persyaratan konstruksi : menggunakan bahasa yang sesuai tingkat perkembangan siswa, menggunakan struktur kalimat yang sederhana, pendek, dan jelas tidak berbelit, memilikibtata urutan yang sistematik, memiliki tujuan belajar yang jelas, memiliki identitas untuk memudahkan pengadministrasian.
·      Persyaratan teknis : mencakup tulisan, gambar dan tulisan. Tulisan menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, gunakan huruf biasa yang diberi garis bawah, jumlah kata didalam satu baris tidak lebih dari 10 kata, dan sebagainya. Gambar harus dapat menyampaikan pesan/isi secara efektif. Gambar harus cukup besar dan jelas detilnya. Tampildisusun sedemikian rupa sehingga ada harmonisasi antara gambar dan tulisan. Tampilan harus menarik dan menyenagkan untuk meningkatkan motivasi.
Lembar kegiatan siswa dapat dirancang dengan berbagai bentuk dan fungsi yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran. Lembar kegiatan dapat disusun dalam bentuk : LKS aktivitas, LKS bimbingan belajar, LKS pemantapan, dan LKS pengayaan.

2.7 Membuat Media Pembelajaran Tematik
Sebelum membuat pembelajaran tematik, langkah kritis  pertama yang perlu dilakukan guru dalam membuat media adalah mencari, menemukan, dan memilih media yang memenuhi kebutuhan belajar anak, menarik minat anak, sesuai dengan perkembanagan kematangan dan pengalaman dan dengan sendirinyayang sesuai dengan subjek yang dipelajari. Oleh karena itu, prinsip utama pemilihan media harus didasarkan pada tujuan belajar yang ditentukan dengan mengingat karakteristik khusus yang ada pada kelompok belajar.
Tujuan belajar yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yang terpenting diantaranya:  (1) harus dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati,  (2) harus dapat diketahui/dinilai tingkat-tingkat pencapaiannya, bila perlu dapat diteruskan dengan pedoman perumusan tujuan.
Sedangkan karakteristik dari kelompok belajar yang perlu dipertimbangkan adalah: (1) kematangan anak dan latar belakang pengalamannya. (2) kondisi mental yang berhubungan dengan usia perkembangannya.
Substansi pengalaman yang tertalu kompleks, misalnya akan sukar dapat diterima oleh anak-anak tingkat permulaan, ataupun anak-anak dipedalaman yang latar belakang pengalamannya sangat terbatas. Dalam usia perkembangan menjelanga akhir masa kanak-kanak akan tertarik untuk mengekplorasi gejala alam dan belajar bagaimana caranya mengontrol gejala itu. Makin berkembang usia anak itu ke kedewasaan akan berubah masa pandangan dan perhatiannya kedalam sistem nilai, sosial, dan lain-lain. Dengan mengenal perkembangan kondisi mental ini, guru dapat memilih dan, merancang dan memproduksi media yang lebih tepat.
Sebagai gambaran pembuatan media pembelajaran tematik, berikut ini
dijelaskan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.      Penyusunan Rancangan
Untuk membuat program media pembelajaran terlebih dahulu
melakukan persiapan dan perencanaan yang teliti. Perencanaaan itu biasa  dilingkungi beberapa pertanyaan sebagai berikut: Mengapa Anda ingin membuat program media itu? Apakah program media itu ada kaitannya dengan proses belajar mengajar tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula? Untuk siapa program media itu dibuat? Bagaimana karakteristik anak itu? Betulkah program media diperlukan anak kelas awal usia sekolah dasar? Perubahan tingkah laku apa yang Anda perlukan terjadi pada anak usia sekolah dasar  kelas awal bila mereka selesai belajar dengan menggunakan media yang Anda buat? Apa materi yang perlu disajikan melalui media itu supaya terjadi perubahan pada anak usia sekolah dasar di kelas awal? Bagaimana urutan materi itu harus disajikan? Apa ukuran yang dapat Anda gunakan untuk mengetahui bahwa pada diri anak didik telah terjadi perubahan tingkah laku?
Bila pertanyaan-pertanyaan di atas disusun secara lebîh sistematik maka urutan dalam mengembangkan program media itu dapat diutarakan sebagai berikut:
a.    menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
b.    Merumuskan tujuan pembelajaran dengan operasional dan khas dengan rangkaian tematik.
c.    Merumuskan tema-tama dan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan.
d.   Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.
e.    Menulis naskah media.
f.     Mengadakan tes revisi.
2.    Penulisan Naskah
Pada tahap ini, pokok-pokok materi/tema-tema yang dipersiapkan dalam pembelajaran perlu diuraikan lebih lanjut untuk kemudian disajikan kepada siswa. Penyajian ini dapat disampaikan melalui medía yang sesuai atau yang dipilih. Supaya materi pembelajaran tersebut dapat disampaikan melalui media itu, materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan dan atau gambar yang disebut dengan naskah program medía.
Naskah program media itu ada bermacam-macam; tiap-tiap jenis mempunyai bentuk naskah yang berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya maksudnya sama, yaitu sebagai penuntun dalam memproduksi program media itu. Naskah ini berisi teks, urutan gambar dan grafis yang perlu diambil dengan alat perekam audio-visual.
Pada umumnya lembaran naskah dibagi menjadi dua kolom. Kolom sebelah kiri dituliskan nama pelaku, dan jenis suara atau gambar yang harus direkam. Sedangkan kolom sebelah kanan berisi narasi yang harus díbaca para petaku, nama lagu dan suara-suara yang harus direkam. Dalam menuliskan naskah itu semua informasi yang tidak akan disuarakan (dibaca bersuara) oleh pelaku harus ditulis dengan huruf besar.  sedangkan narasi dan percekapan yang akan dibaca oleh pelaku ditutis dengan huruf kecil. 
3.    Produksi MediaNaskah berguna untuk dijadikan penuntun dalam produksi, naskah adalah rancangan produksi. Dengan naskah sebagai pemandunya kemudian kita harus, mengambil gambar, merekam suara, memadukan gambar dan suara, memasukkan musik. serta menyunting gambar dan suara supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah., menarik dan mudah diterima oleh sasaran. Semua kegiatan itulah yang disebut kegiatan produksi. Dalam kegiatan produksi ini ada tiga kelompok personil yang terlibat, sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personil itu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun semuanya menuju satu tujuan yaitu dihasilkannyaa program media pembelalaran yang bermutu, dengan kualitas teknis yang baik
4.    Evaluasi Program Media 
Apapun media yang diproduksi, apakah itu media audio, power point, tranparansi OHP, film, video ataupun gambar dan permainan perlu dinilai terlebih dahulu sebelum dipakai secara luas. Penilaian (evaluasi) ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang telah dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dicapai dengan efektif dan efisien. Ada dua macam bentuk penguji cobaan media yang dikenal, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Sebagai gambaran pelaksanaan bentuk evaluasi tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut: 
1)   Evaluasi Formatif 
Evatuasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisiensi media pembelajaran yang telah diproduksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksuakan untuk memperbaiki dan menyemurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektíf dan efisien. Ada tiga tahap evaluasi formatif yang dilakukan terhadap evaluasi program media, yaitu evaluasi satu lawan satu (one to one), evalusi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation). Gambaran tahapan evalusi formatif dijelakan sebagai berikut : 
a.    Evaluasi satu lawan satu 
Pada tahap ini dipilih dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang telah dibuat. Media kemudian disajikan kepada mereka secara individual. Kedua orang siswa yang dipilih, satu orang berasal dari populasi target yang kemampuan umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu atas rata-rata. 
Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikutMenjelaskan kepada siswa bahwa anda sedang merancang suatu media pembelajaran baru dan ingin mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap media yang anda buat tersebut. 
v Katakanlah kepada mereka bahwa apabila nanti mereka berbuat salah itu bukan karena kekurangan mereka tapi karena kekurang sempurnaan media tersebut hingga perlu diperbaiki. 
 Usahakan agar mereka berbuat rileks dan bebas mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut
 Berikan tes awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap topik yang dimediakan 
Sajikan media dan catat berapa lama waktu yang dìperlukan oleh guru dan siswa untuk menyajikan/menyelesaikan media tersebut. Catat pula bagaimana reaksi siswa dan bagian-bagian sulit untuk dipahami; apakah contohnya, penjelasannya, petunjuknya, ataukah yang lain.v Rerikan tes yang mengukur keberhasilan media tersebut (post test).Analisis informasi yang terkumpul 
Percobaan ini dapat dilakukan kepada siswa yang lain dengan prosedur yang sama. Atau dapat dievaluasi kepada ahli bidang studi (content expert). Mereka diharapkan memberikan umpan balik yang bermanfaat, untuk selanjutnya dilakukan revisi sebelum dicobakan pada kelompok kecil.b.    Evaluasi kelompok kecilPada tahap ini media diujicobakan pada kelompok kecil (10 s/d 20 orang siswa) yang dapat mewakili populasi target. Siswa yang dipilih dalam kegiatan ìni hendaknya mencerminkan karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa kelas awal sekolah dasar yang kurang pandai. sedang dan pandai, laki-laki dan perempuan, dan latar belakang. Prosedur yang ditempuh adalah: 
Jelaskan bahwa media tersebut berada pada tahap evaluasi formatif dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya. 
v Berikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa tentang topik yang dimediakan. 
v Sajikan media atau minta kepada siswa untuk mempelajari medía tersebut. 
v Catat waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik (langsung ataupun tak langsung) selama penyajian media.  
v Berikan tes untuk mengetahui sejauh mana tujuan bisa tercapai (post test) dalam bentuk lisan. 
v Pertanyaan lisan yang diberikan kepada siswa antara lain: menarik tidaknya media tersebut, mengerti tidaknya siswa akan pesan yang disampaikan, cukup tidaknya latihan dan contoh yang diberikan. Informasi yang lebih detail dapat dicari lewat pertanyaan lisan ini. 
v Analisis data-data yang terkumpul.   
c.    Evaluasi lapangan Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Usahakan memperoleh situasi yang semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah selesai melalui dua tahap di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekati kesempurnaannya. Pada tahap ini dipilih sekitar 30 orang siswa dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia kemajuan belajar dan sebagainya) sesuai dengan karkteristik populasi sasaran. Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 
v Pilih siswa sekitar 30 orang siswa yang mewakili populasi target dari berbagai tingkat kemampuan dan keterampilan siswa yang ada. Tes kemampuan awal dapat dilakukan bila belum diketahui karakteristik siswa. 
v Menjelaskan kepada mereka maksud uji lapangan tersebut dan apa yang diharapkan dari akhir kegiatan. Usahakan mereka bersikap rileks dan berani mengemukakan penilaian, dan jauhkan sedapat mungkin perasaan bahwa uji coba ini menguji kemampuan mereka.  
v Berikan tes awal untuk mengukur sejauhmana kemampuan dan keterampilan mereka terhadap topik yang dimediakan.  
v Sajikan media tersebut kepada mereka. Bentuk penyajiannya disesuaikan dengan rencana pembuatannya (untuk prestasi kelompok besar, kelompok kecil, atau belajar mandiri).  
v Catat semua respon yang masuk dari siswa selama sajian. Begitu pula waktu yang diperlukan.  
v Berikan tes untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar siswa setelah sajan media tersebut. Hasil tes ini (post test) dibandingkan dengan hasil tes pertama (pre test) untuk melihat seberapa jauh keefektifan dan efisien media yang dibuat tersebut. 
v Berikan pertanyaan lisan untuk mengetahui pendapat atau sikap mereka terhadap media tersebut dan sajian yang diterimanya, dan 
v Ringkas dan analisis yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan tadi: kemampuan awal, sektor tes awal dan tes akhir, waktu yang diperlukan, perbaikan bagian-bagian yang sulit, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian dan sebagainya. Atas dasar semua ini media diperbaiki dan disempurnakan.  
2)   Evaluasi Sumatif 
Evaluasi sumatif merupakan bentuk final dari suatu produk media pembelajaran, setelah diperbaiki dan disempurnakan. Evaluast sumatif dimaksudkan mengumpulkan data untuk menentukan apakah media yang telah dibuat patut digunakan dalam stuasi-situasi tertentu atau apakah media tersebut benar-benar efektif seperti yang Anda laporkan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
·    Media sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber ingin diteruskan pada kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, dan materi yang akan disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar. Media mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa-siswi. Sumber itu dapat berupa perangkat keras, seperti : komputer, televisi, LCD dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat-perangakat keras itu.
·    Ada lima cara dalam mengklarifikasi media pembelajaran untuk keperluan mendiskripsikan strategi penyampaian, yaitu : Tingkat kecermatan representasi, Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkannya, Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya, Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya, Tingkat biaya yang diperlukan.
·   Bahan belajar mandiri mempunyai empat karakteristik sebagai berikut :
o  Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri.
o  Dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing.
o  Dapat dipelajari siswa menurut waktu dan tempat yang dipilihnya.
o  Mampu membuat siswa aktif melakukan sesuatu pada saat belajar
·    Dalam mengembangkan lembar kegiatan siswa, menurut Muslim Ibrahim (2008) terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan teknis.
·    Pembuatan media pembelajaran tematik, berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan sebagai berikut: Penyusunan Rancangan, Penulisan Naskah, Produksi Media, Evaluasi Program Media.
3.2  Saran
Kami ingin menyampaikan melalui makalah ini agar pembaca makalah dapat memahami materi Model dan Strategi Pembelajaran Tematik mengenai  Pengembangan Media Pembelajaran Tematik  ini secara mendalam dan mendapat pengetahuan lebih banyak lagi tentang Model dan Strategi Pembelajaran Tematik.

DAFTAR PUSTAKA

Trianto, 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Terima Kasih atas kunjungan anda, jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar atas postingan ini... 

Post a Comment