Meningkatan Hasil Belajar pada Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Menggunakan Model Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence

Table of Contents

Meningkatan Hasil Belajar pada Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Menggunakan Model Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence  pada Siswa Kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar

Herman Firdaus
Program PG-PSD FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Jl. Brigjen H.Hasan Basry, Banjarmasin

ABSTRACT
In practice the real learning activities in the classroom, the teacher of the class 5 SDN Bincau Muara facing various problems. Problems occurred in the learning activities such as the student has yet to understand the subject matter taught thoroughly, this is apparent when the teacher gives assignments, tasks that are not completed by teachers provided students with good. In the learning process of students looks passive and not directly involved in the study, it is visible when the teacher asked the students to ask about material that is not understood, there is almost no students who have stretched out a hand to ask questions and the students just looks all silent. Students in a learning activity looks crowded and busy with his world, there is even a frequent truant students and never attend until now.
This study used a qualitative research approach with the kind of class action Research (PTK). Class action research was conducted on the SDN Bincau Muara located in Banjar Regency. Implemented on the even semester academic year 2015/2016 on a Social Science lesson (IPS) with the material preparation of Indonesia's independence. With a total of 23 students consists of 16 men and 7 women. The data used in the form of the results of the observation activities of the teachers and students during the learning progress and student learning outcomes acquired through a written test at the end of learning.
The results of observation activities teachers have done very well, the activity of students in learning have been very active and an increase in the results of the study be 91% to reach the KKM. So the learning Mind Mapping model combined with Concept Sentence recommended to teachers so they can be used as an alternative in the learning variations, especially on subjects IPS material Independence Indonesia.
Keywords: results of the study, the preparation of the independence of Indonesia, Mind Mapping, Concept Sentence.



Pada masa sekarang, pengembangan sistem pendidikan nasional merupakan salah satu faktor utama dalam menilai keberhasilan pembangunan sebuah negara. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Sehubungan dengan itu, Susanto (2014) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu instrumen utama pengembangan SDM, tenaga pendidik dalam hai ini guru sebagai salah satu unsur yang berperan penting di dalamnya.
Suriansyah (2013:1) mengatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat berpengaruh terhadap gaya hidup, sosial dan ekonomi sehingga selalu mengalami perubahan yang tingkat akselerasinya juga semakin cepat. Perubahan masyarakat industri ke masyarakat infomasi telah menimbulkan dampak terhadap permintaan atas program baru pendidikan, khususnya  tuntutan kualitas pendidikan menjadi sangat besar dari masyarakat.
Trianto (2014:3) mengemukakan bahwa peningkatan kualitas pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Sekolah merupakan institusi  masyarakat yang berperan dalam transformasi, pengembangan keilmuan dan pewarisan nilai. Sehingga yang diperlukan adalah pendidikan yang berkualitas. Oleh sebab itu diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal (guru profesional) karena guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi proses pembelajaran di dalam kelas sebagai unsur terkecil dari suatu keberhasilan pendidikan.
Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran di dalam kelas harus ditunjang oleh guru yang profesional, yaitu guru yang benar-benar piawai dalam menggunakan strategi, metode, teknik pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
Dalam kegiatan pembelajaran, posisi guru tidak hanya dituntut untuk hadir di kelas, tetapi guru harus berperan dalam menentukan nasib bangsa dimasa depan. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Gunawan (2013:16) mengatakan bahwa Salah satu mata pelajaran yang sangat penting di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pelajaran IPS termasuk kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP no.19. 2005 pasal 7 ayat 3, pasal 70 ayat 2 dan 4).
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai (Gunawan, 2013:51)
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 6-12 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan operasional kongkrit.
Susanto (2014:2) mengemukakan bahwa proses pembelajaran pendidikan IPS di jenjang persekolahan baik pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah, perlu adanya pembaharuan yang serius, karena pada kenyataannya selama ini masih banyak model pembelajaran yang masih bersifat konvensional, tidak terlihat adanya improvisasi dalam pembelajaran, jauh dari model pembelajaran yang modern sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi lingkungan sekitar dimana siswa berada.
Pada silabus IPS kelas V SD dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terdapat materi masa persiapan  kemerdekaan Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan menunjukan betapa pentingnya mempelajari tentang sejarah para pahlawan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Siswa diharapkan mampu menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Salah satu indikator yang harus dicapai siswa adalah menjelaskan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan. Berdasarkan data dari guru atau pengajar kelas V SDN Bincau Muara didapatkan informasi bahwa siswa mengalami kesulitan belajar pada pembelajaran IPS tentang sejarah, terutama pada materi masa Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Materi tersebut dianggap siswa kurang menarik sehingga siswa tidak ingin menggali pengetahuan yang lebih dalam lagi.
Dalam praktek nyata kegiatan pembelajaran di kelas, pengajar kelas V SDN Bincau Muara menghadapi berbagai permasalahan. Permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran diantaranya adalah siswa belum memahami materi pelajaran yang diajarkan secara tuntas, hal ini terlihat ketika guru memberikan tugas, tugas-tugas yang diberikan guru tidak diselesaikan oleh  siswa dengan baik. Dalam proses pembelajaran siswa terlihat pasif dan tidak terlibat secara langsung dalam pembelajaran, hal tersebut terlihat ketika guru meminta siswa untuk bertanya mengenai materi  yang tidak dipahami, hampir tidak  ada siswa yang mengacungkan tangan untuk bertanya dan siswa hanya terlihat diam semua. Siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terlihat ramai dan sibuk dengan dunianya masing-masing, bahkan ada siswa yang sering membolos dan tidak pernah mengikuti pelajaran sampai sekarang.
Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti jelaskan, maka hal tersebut berdampak terhadap rendahnya hasil belajar IPS terutama pada materi tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang didapatkan siswa kelas V di sekolah tersebut. Masih terdapat beberapa siswa yang belum memenuhi standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dalam pelajaran IPS yaitu 70. Pada tahun ajaran 2013/2014, dari hasil ulangan siswa terdapat 8 siswa (40%) yang mendapatkan nilai dibawah KKM dan yang mendapat nilai diatas KKM sebanyak 12 siswa (60%) dengan nilai terendah yang diperoleh siswa 60 dan nilai tertinggi 83. Sedangkan pada tahun ajaran 2014/2015, dari hasil ulangan siswa terdapat 8 siswa (50%) yang mendapat nilai di bawah KKM, dan 8 siswa (50%) yang berada diatas KKM dengan nilai terendah 51 dan nilai tertinggi 90.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diidentifikasi bahwa dalam pembelajaran IPS terutama tentang sejarah persiapan kemerdekaan Indonesia terjadi beberapa masalah yang harus diatasi, diantaranya adalah hasil belajar dan keaktifan siswa rendah.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka dicari suatu solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Sebaiknya guru memilih model pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan pemahaman siswa dan membuat siswa aktif dalam mengikuti pelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai solusi dalam memecahkan permasalahan dalam pembelajaran adalah dengan menggabungkan dua model kooperatif yaitu model Mind Mapping dengan Concept Sentence.
Menurut Shoimin (2014:105) mind map atau pemetaan pikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan prasarana. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisional karena ia mengaktifkan kedua belahan otak.
Shoimin (2014:37) mengatakan bahwa “model Concept Sentence adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan kartu-kartu yang berisi beberapa kata kunci kepada siswa. Kemudian, kata kunci tersebut disusun menjadi beberapa kalimat dan dikembangkan menjadi paragraf-paragraf.”
Alasan peneliti memilih model pembelajaran Mind Mapping karena dapat membuat siswa lebih mudah dalam menerima dan memahami isi materi yang disajikan, pembuatan mind map yang warna warni akan meningkatkan kemampuan manajemen informasi, konsentrasi, imajinasi serta meningkatkan kemampuan fungsi otak pada siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih menyenangkan. Ditambah dengan model Concept Sentence diharapkan siswa dapat menangkap konsep-konsep yang terkandung dalam sebuah materi. IPS merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan sehingga siswa dituntut untuk menghafalkan materi IPS yang sangat banyak. Siswa akan menjadi tidak bersemangat dan bosan jika materi disampaikan dengan metode yang biasa saja. Oleh karena itu peneliti menggabungkan model Mind Mapping dengan Concept Sentence.
Alasan peneliti menggabungkan dua model pembelajaran menjadi satu pada saat penerapannya di kelas karena model Mind Mapping model Concept Sentence saling melengkapi. Untuk membuat catatan berbentuk mind map, siswa harus membaca materi  terlebih dahulu , dari materi tersebut siswa dapat menemukan hal-hal penting yang dapat dijadikan sub-sub topik. Dengan cara itu  siswa akan aktif menggali sebuah konsep dari materi yang ia baca, ditammbah dengan model Concept Sentence akan membuat siswa lebih mudah dalam menjabarkan inti materi atau isi dari mind map kedalam bentuk kalimat dan menceritakannya di depan kelas dengan runtut, baik dan benar sehingga  tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Beberapa penelitian menggunakan model Mind Mapping telah banyak dilaksanakan. Penelitian tersebuat antara lain dilakukan oleh Ratnasari (2013), Amelia (2013) dan Muhibah (2013). Sedangkan penelitian dengan menggunakan model Concept Sentence juga pernah dilaksanakan oleh Mahillah (2013) dan Sukmawati (2013). Dari beberapa penelitian di atas, tentu hal ini mempunnyai relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Namun yang membedakannya adalah permasalahan dalam penelitian, subyek dan obyek penelitiannya.
Yang telah dipaparkan di atas tentu hasil penelitian yang akan dilaksanakan berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya, jika ada kemiripan bukan berarti sama persis, namun hanyalah sebuah pembuktian teori yang telah dilakukan sebelumnya, dan dapat dikatakan sebagai penelitian baru.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul : “Meningkatan Hasil Belajar pada Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia Menggunakan Model Mind Mapping Dikombinasikan  dengan Concept Sentence pada Siswa Kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.      Aktivitas guru dalam pembelajaran pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan  dengan Concept Sentence pada siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar.
2.      Aktivitas siswa dalam mempelajari materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan  dengan Concept Sentence pada siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar.
3.      Peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan  dengan Concept Sentence di SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar.
Djamarah (Suriansyah, dkk. 2014:40) mengatakan bahwa pada usia sekolah dasar anak pertama kali mengalami pendidikan formal dan juga bisa dikatakan bahwa usia ini adalah merupakan usia yang matang untuk menerima pelajaran-pelajaran yang merupakan tingkat pertama dalam pendidikan sebagai bekal dikemudian hari meniti jenjang pendidikan tingkat yang lebih tinggi.
Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan operasional kongkrit. Menurut Yusuf dan Sugandhi (2011:61) “pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif.”
Dilihat dari karakteristik anak usia SD, menurut Piaget (Trianto, 2014:72) “anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya”, oleh sebab itu peran guru sebaiknya sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Dari implikasi teori Piaget, jelaslah guru harus mampu menciptakan keadaan siswa yang mampu untuk belajar sendiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar, melainkan membangun siswa yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.
“IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.” (Gunawan, 2013:51)
Gunawan (2014:50) mengatakan bahwa pendidikan IPS di Sekolah Dasar disajikan dalam bentuk synthetic sciense, karena basis dari disiplin ini terletak pada fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata.
Adapun menurut Chapin dan Messick (Susanto, 2014:11) tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokan kedalam enam komponen, yaitu:
1.      Memberikan pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan yang akan datang..
2.      Mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi.
3.      Mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam bermasyarakat.
4.      Menyediakan kesempatan siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial.
5.      Ditujukan pada pembekalan pengetahuan, pengembangan berfikir dan kemampuan berfikir kritis, melatih kebebasan keterampilan dan kebiasaan.
6.      Ditujukan kepada peserta didik untuk mampu memahami hal yang bersifat konkret, realistis dalam kehidupan sosial.
Wiriaatmadja (Gunawan,2014:110) menjelaskan bahwa agar pembelajaran IPS tidak membosankan, maka dalam proses belajar mengajar harus melakukan banyak kegiatan aktif, seperti:
1.      Belajar mengajar aktif harus dengan berfikir reflektif dan pengambilan keputusan selama kegiatan berlangsung.
2.      Melalui proses belajar aktif, siswa lebih mudah mengembangkan dan memahami pengetahuan baru mereka.
3.      Proses belajar mengajar aktif membangun kebermaknaaan pembelajaran yang diperlukan agar peserta didik dapat mengembangkan pemahaman sosialnya.
4.      Peranan guru secara bertahap bergeser dari berbagai sumber pengetahuan atau model kepada peranan yang tidak menonjol untuk mendorong siswa agar mandiri dan disiplin.
Dengan memperhatikan langkah-langkah tersebut disertai dengan kreativitas guru, diharapkan pembelajaran IPS menjadi menarik dan tidak membosankan.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan pendektan kualitatif. Menurut Bogdan dan Tailor (Tohirin, 2013:2) “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Penelitian dengan pendekatan ini bersifat deskriptif dan menggunakan analisis dengan pendekatan induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan, dan disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukan ciri-ciri alamiahnya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), karena tindakan yang akan dilakukan diterapkan pada pembelajaran dalam kelas. Menurut Suyanto (Muslich, 2012:9) “PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional,”
Tindakan penelitian ini menggunakan model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang dirancang dalam empat tahap. Keempat tahap tersebut adalah (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Bincau Muara. SDN Bincau Muara berlokasi di Propinsi Kalimantan Selatan Kabupaten Banjar dengan alamat JL. Melati RT.02 No. 41. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dengan jumlah siswa ada 23 orang siswa yang terdiri dari 16 orang laki – laki dan 7 orang perempuan.
Alasan peneliti memilih SDN Bincau Muara sebagai tempat melakukan penelitian, karena berdasarkan data yang didapatkan dari guru menunjukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia, karena dilihat dari data pada tahun ajaran 2014/2015, dari hasil ulangan siswa terdapat 8 siswa (50%) yang mendapat nilai di bawah KKM, dan 8 siswa (50%) yang berada diatas KKM yang telah ditentukan, yaitu 70 dengan nilai terendah 51 dan nilai tertinggi 90
Alasan dipilihnya kelas V dalam penelitian ini karena ada beberapa masalah, yaitu kurangnnya keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran IPS terutama materi tentang sejarah, sehingga membuat siswa hanya bergantung pada guru sebagai sumber informasi, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pada akhirnya siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dalam mempelajari sebuah materi. Sedangkan faktor yang diteliti dalam penelitian ini berupa hasil observasi aktivitas guru, aktivitas siswa serta hasil belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Kegiatan dalam perencanaan tindakan ini adalah:
1.      Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2.      Mempersiapkan RPP yang akan digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Mind Mapping dan Concept Sentence pada materi  tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
3.      Mempersiapkan alat bantu yang akan dipergunakan dalam pembelajaran.
4.      Menyusun lembar kerja kelompok dan lembar evaluasi yang untuk menguji kemampuan siswa yang berhubungan dengan materi pelajaran, yaitu tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
5.      Membuat atau menyusun format hasil belajar, aktivitas siswa dan aktivitas guru.
Sesuai dengan RPP yang sudah disusun, langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan oleh peneliti mengacu pada langkah-langkah gabungan model model Mind Mapping dan Concept Sentence pada materi  tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan (bukti empires) pada kegiatan siklus 1 dianalisis dan disimpulkan guna melihat kelemahan dan kemajuan dari tindakan siklus 1. Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan pada siklus II.
Hasil pada tahap observasi dianalisis, dalam tahap ini guru dapat merefleksikan apakah efek dari  tindakan yang  telah dilakukan, apakah pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, guru juga dapat mencari apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan. Penelitian tindakan kelas akan dilakukan pada siklus II jika belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Seorang siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan individual jika siswa tersebut telah menguasai materi tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan nilai akhir ≥ 70. Suatu kelas dikatakan telah mencapai ketuntasan klasikal jika ≥80% dari seluruh siswa mencapai nilai ≥ 70.

HASIL
Penelitian tindakan kelas pada siklus 1 masih belum mencapai indikator keberhasilan pada aspek aktivitas guru dan aktivitas siwa. Skor aktivitas guru pada siklus 1 pertemuan 2 hanya mencapai skor 30 yang berada pada kriteria baik, untuk memenuhi indikator keberhasilan guru harus memperoleh skor 32-40 yang berada pada kriteria sangat baik. Sedangkan aktivitas juga belum mencapai indkator keberhasilan karena pada siklus 1 pertemuan 2 hanya memperoleh nilai 82,8% yang berada pada kriteria aktif, untuk mencapai indikator keberhasilan, aktivitas siswa harus mencapai nilai 84-100 yang berada pada kriteria sangat aktif. sedangkan pada hasil belajar sudah mencapai indikator yang telah ditentukan yaitu pada siklus 1 pertemuan 2, sebanyak 83% dari seluruh siswa memperoleh nilai ≥70. Dengan demikian maka peneliti akan meneruskan penelitian tindakan kelas ke siklus II untuk memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
Sedangkan penelitian tindakan kelas pada siklus II pertemuan 2 dinyatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan baik pada aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa, sehingga hipotesis yang berbunyi “Jika pembelajaran tentang Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan dengan menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence maka hasil belajar siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar dapat meningkat” diterima.

PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence pada siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia  dilaksanakan selama dua siklus, setiap siklus  terdiri dari dua kali pertemuan. Berdasarkan data yang diperoleh, ada peningkatan kualitas tindakan dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua tiap siklusnya  dari aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
Aktivitas Guru
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada pembelajaran dikelas, aktivitas guru pada siklus I sampai siklus II mengalami perbaikan, pada siklus I setiap pertemuan dilakukan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti. Dalam perencanaan ini peneliti telah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dan harus dilakukan supaya indikator keberhasilan aktivitas guru dapat tercapai. Pada siklus I pertemuan 1 aktivitas guru berada pada kriteria baik. Sedangkan pada siklus I pertemuan 2 aktivitas guru masih berada pada kriteria baik walaupun sudah dilaksanakan sesuai refleksi pertemuan 1, namun skor yang diperoleh guru telah mengalami peningkatan dibandingkan pertemuan sebelumnya.
Pada siklus II setiap pertemuan telah dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti serta skenario kegiatan yang telah disesuaikan berdasarkan refleksi pada siklus I pertemuan 1 dan 2. Pada siklus II pertemuan 1 dan 2 aktivitas guru berada pada kriteria sangat baik dan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah yang ditempuh pada siklus II ini sesuai dengan pendapat Suriansyah dkk (2015:21) yang mengemukakan bahwa guru sebagai pemegang utama pada proses belajar mengajar. Hal ini diperjelas oleh pendapat Sanjaya (Susanto, 2014:13) yang mengatakan bahwa kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru, karena guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.
Sanjaya (2013:23) juga mengemukakan bahwa guru berperan dalam memberikan pelayanan demi memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat pendapat Suriansyah dkk (2014:7) yang mengatakan bahwa guru berperan dalam mendorong peserta didik untuk bekerja keras demi mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.
Davis (Surianyah, 2015:41) juga mengemukakan bahwa guru yang berkualitas adalah guru yang mampu memecahkan permasalahan secara mandiri. Oleh sebab itu, peningkatan yang terjadi dikarenakan guru berupaya memperbaiki kesalahan ataupun kekurangan yang terjadi disetiap pertemuannya. Hai ini sesuai dengan PP No.19/2005 pasal 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (Gunawan, 2013:168) yang menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Untuk itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran serta secara spesifik.
Penguasaan model pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Hal di atas senada dengan pendapat Schon (Huda, 2014:30) yang mengatakan bahwa pengajaran membutuhkan refleksi terus-menerus atas apa yang sedang dan telah terjadi, karena refleksi akan meningkatkan kualitas keputusan-keputusan yang diambil oleh guru.
Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan guru terhadap aktivitas siswa pada pembelajaran dikelas, aktivitas siswa pada siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan, pada siklus I pertemuan 1 dan 2 aktivitas siswa berada pada kriteria aktif. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 aktivitas siswa berada pada kriteria sangat aktif dan telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hal tersebut karena setiap pertemuan pada tiap siklus dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi aktivitas siswa pada pertemuan sebelumnya.
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menempatkan aktivitas peserta didik sebagai subjek utama, hal ini juga sesuai dengan pendapat Suriansyah (2014:261) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan untuk melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Pendapat tersebut senada dengan Mingus (2015:154) yang mengatakan bahwa siswa mampu bekerja efektif dalam sebuah kelompok karena mereka mampu menerapkan sejumlah kemampuan kerja kelompok. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan sosial, seperti mendengar, berbagi, dan mendukung aktif. Hal tersebut juga dikarenakan perserta didik mempunyai perasaan ingin mengembangkan diri secara terus menerus. Suriansyah dkk (2014:7)
Peningkatan aktivitas siswa juga terjadi karena guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Munir (Suriansyah, 2014:218) yang mengatakan bahwa pengajar berperan memberi kemudahan agar peserta didik aktif belajar. Hal ini diperjelas oleh pendapat Susanto (2014:17) yang mengatakan bahwa guru yang kreatif dan inovatif dalam pembelajaran akan membuat siswa meniru gurunya yang aktif dan kreatif ini.
McCombs & Miller (Gunawan, 2013:170) yang mengatakan bahwa peningkatan aktivitas siswa dapat terjadi karena pembelajaran yang berpusat pada siswa yang menggambarkan strategi-strategi pengajaran dimana guru lebih memfasilitasi daripada mengajar langsung.
Hal senada juga dijelaskan oleh Suriansyah dkk (2014:66) yang menjelaskan bahwa pembelajaran yang berhasil optimal adalah pembelajaran yang mampu menggerakan seluruh siswa untuk terlibat aktif dalam semua  aktivitas pembelajaran dan terus menerus sepanjang pembelajaran berlangsung.
Hasil Belajar
Berdasrkan hasil belajar yang yang diperoleh dari nilai evaluasi tiap pertemuan pada siklus I dan siklus II  telah terjadi peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran IPS pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence pada siswa kelas V SDN Bincau Muara  Kabupaten Banjar.
Ketuntasan hasil belajar pada siklus  I  sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada awal siklus 1, hasil belajar siswa 56% yang mengalami ketuntasan, dan menjadi 91% yang mencapai ketuntasan pada akhir siklus II. Dengan hasil tersebut maka indikator keberhasilan hasil belajar siswa yang telah ditetapkan. Suriansyah dkk (2014:16) mengemukakan bahwa evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran.
Sunal (Susanto, 2014:5) juga mengatakan bahwa evaluasi sebagai proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektf suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Oleh sebab itu Trianto (2014:101) mengemukakan bahwa penilaian sebagai serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Susanto (2014:8) mengatakan bahwa untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman-pemahaman konsep, guru dapat melakukan evaluasi produk, jadi melalui evaluasi produk dapat diketahui  bahwa apakah dan sampai berapa jauh suatu tujuan intruksional dapat tercapai, semua tujuan itu merupakan hasil belajar yang seharusnya diperoleh siswa.
Sedangkan Winkel (Susanto, 2014:8) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa erat hubungannya dengan tujuan intruksional (pembelajaran) yang telah dirancang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.
Peningkatan hasil belajar ini juag tidak terlepas dari peranan guru dalam menerapkan model pembelajaran Mind Mapping dikombinasikan dengan Concept Sentence dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce dan Weil (Trianto, 2014:54) yang mengemukakan bahwa setiap model mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik hingga mencapai tujuan pembelajaran. Dengan adanya evaluasi, Uno (2014:98) mengemukakan bahwa melalui evaluasi akan ditemukan kekurangan yang terdapat pada kegiatan pembelajaran sehingga kekurangan tersebut dapat diperbaiki.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarakan analisis data, temuan penelitian dan pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Aktivitas guru dalam pembelajaran pada Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan  dengan Concept Sentence pada siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar telah terlaksana dengan sangat baik.
2.      Aktivitas siswa dalam mempelajari materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan  dengan Concept Sentence pada siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar mengalami peningkatan menjadi sangat aktif.
3.      Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan  dengan Concept Sentence di SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar menjadi 91% yang mencapai KKM
Berdasarakan analisis data, temuan penelitian dan pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Aktivitas guru dalam pembelajaran pada Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan  dengan Concept Sentence pada siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar telah terlaksana dengan sangat baik.
2.      Aktivitas siswa dalam mempelajari materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan  dengan Concept Sentence pada siswa kelas V SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar mengalami peningkatan menjadi sangat aktif.
3.      Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan model Mind Mapping dikombinasikan  dengan Concept Sentence di SDN Bincau Muara Kabupaten Banjar menjadi 91% yang mencapai KKM

UCAPAN TERIMA KASIH
Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs.H.Zulkipli, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Sulistiyana, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah membantu memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan jurnal ini.

DAFTAR RUJUKAN
Amelia, M. A. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Sifat-sifat Bangun Ruang melalui Pendekatan Kooperatif Model Mind mapping pada Siswa kelas V SDN Sungai Muffi 1 Banjarnasin. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: PGSD FKIP UNLAM.
Gunawan, Rudy. (2013). Pendidikan IPS. Bandung: Alfabeta.
Huda, M. (2013). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mahillah, S. (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Keterampilan Menulis Puisi Melalui Model Concept Sentence di Kelas V SDN Keraton 2 Martapura Kabupaten Banjar. Skripsi tidak diterbitkan.Banjarmasin: PGSD FKIP UNLAM.
Mingus, N. (2015). Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.
Muhibah, S. (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Globalisasi melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Mind Mapping Siswa Kelas IV SDN Alalak Utara 1 Banjarmasin. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: PGSD FKIP UNLAM.
Muslich, M. (2012). Melaksanakan PTK Itu Murah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ratnasari, A. E. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar IPS Tentang Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Model Kooperatif Tipe Mind Mapping Pada Siswa Kelas V di SDN Standar Nasional Dungai Miai 5 Banjarmasin. Skripsi tidak diterbitkan. Banjarmasin: PGSD FKIP UNLAM.
Sanjaya, W. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
Sukmawati, D. (2013). Penerapan Model Concept Sentence Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Cibodas Kabupaten Bandung Barat. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suriansyah, A. (2014). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Susanto, A. (2014). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Group.
Tohirin. (2013). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, H. B. (2014). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf, S., & Sugandhi, N. M. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: RajaGrafindo.
meningkatkan hasil belajar menggunakan model mind mapping dan concept sentence pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia



Post a Comment