Bimbingan Dan Konseling Terhadap Murid Berkebiasaan Buruk, Murid Lambat Belajar Dan Murid Cepat Belajar

Table of Contents

bimbingan murid berkebiasaan buruk

Orientasi Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus–menerus dan sistematis dari pembimbing kepada terbimbing agar tercapai pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

2. Hubungan Antara Bimbingan dan Konseling

Konseling merupakan suatu proses pertemuan antara penyuluh (konselor) dengan klien di mana penyuluh (konselor) membantu dalam mengusahakan perubahan sikap dan tingkah laku. Sasaran utama dari konseling adalah perubahan sikap dan tingkah laku, sesuai pula dengan definisi yang dikemukakan oleh Rogers, yaitu “counseling is a series of direct contact with the individual which aims to affair him assistance in changing his attitudes and behavior” (Carl R. Rogers, 1942) (“Konseling ialah serangkaian hubungan langsung dengan individu dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya”)

Antara sikap dan tingkah laku terdapat hubungan yang sangat erat. Sesuatu tingkah laku tentu didasari oleh sikap tertentu. Jadi sikap ini mendasari tingkah laku. Beberapa tingkah laku murid mungkin berpangkal dari sesuatu sikap tertentu. Tingkah laku murid tidak akan menjadi tertib, aktif berpartisipasi, semangat pada pelajaran dan sebagainya apabila belum ada perubahan dari yang kurang senang kepada pelajaran yang senang karena itu tidak terlalu mudah baginya. Tugas konselor di dalam konseling adalah mengadakan perubahan sikap tersebut. Perubahan tingkah laku tanpa perubahan sikap yang mendasarinya mungkin bersifat sementara saja karena ada tekanan dari luar.

Di dalam konseling, konselor tidak memberikan pemecahan, tetapi berusaha untuk menciptakan situasi, dimana berkat situasi tersebut si klien menemukan sesuatu yang berharga bagi dirinya sehingga terjadi perubahan pandangan, perubahan pola hidup dan perubahan sikap. Jadi di dalam penyuluhan perubahan masalah klien ditemukan dan dilakukan oleh klien sendiri. Untuk dapat memecahkan masalahnya klien perlu merubah sikap oleh dirinya sendiri.

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas–tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik) dan karir (Departemen Pendidikan Nasioanl, 2008)

a. Tujuan Bimbingan dan Konseling yang Terkait dengan Aspek Pribadi–Sosial Konseli adalah Sebagai Berikut:

  1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai–nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya. Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
  2. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing–masing.
  3. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugerah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta mampu mresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
  4. Memiliki pemahaman dan penerimaan dari secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
  5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
  6. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
  7. Bersikap aspek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
  8. emiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen tehadap tugas atau kewajibannya.
  9. emiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.
  10. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
  11. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.


b. Tujuan Bimbingan dan Konseling yang Terkait dengan Aspek Akademik (belajar) adalah Sebagai Berikut :

  1. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
  2. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
  3. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
  4. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaeran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
  5. Memilliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan lebih luas.
  6. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.


c. Tujuan Bimbingan Dan Konseling Yang Terkait Dengan Aspek Karir Adalah Sebagai Berikut :

  1. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
  2. Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
  3. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
  4. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
  5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyatratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
  6. Memiliki kemampuan merncanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan social ekonomi.
  7. Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecendrungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mangarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
  8. Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia berminat terhadap pekerjaan tersebut.
  9. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.

4. Jenis-Jenis Bimbingan dan Konseling

a. Jenis-jenis Masalah yang Dihadapi Individu

Pada umumnya jenis-jenis masalah yang dihadapi individu, terutama yang dihadapi oleh murid sekolah, dapat digolongkan menjadi beberapa jenis masalah sebagai berikut: (Tim Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan, 1995)
  1. Masalah pengajaran atau belajar
  2. Masalah pendidikan
  3. Masalah karir
  4. Masalah pengguanaan waktu senggang
  5. Masalah social
  6. Masalah pribadi

b. Jenis-jenis Bimbingan

Setiap jenis masalah membutuhkan cara pemecahan tertentu dan jenis bimbingan tertentu pula. Adapun jenis-jenis bimbingan dapat dikelompokkan berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh individu sebagai berikut:

1) Bimbingan pengajaran/belajar (instructional guidance)
Jenis bimbingan ini memberikan bantuan kepada murid dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar. Adapun tujuannya adalah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasai belajar (Tim Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan, 1985).

Bimbingan pengajaran ((instructional guidance) yang diberikan kepada murid meliputi hal-hal sebagai berikut :
  1. Mmendapatkan cara belajar yang efesien.
  2. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan belajar.
  3. Membuat tugas-tugas sekolah dan mampu menyiapkan diri untuk ulangan (temtamen).
  4. Menentukan cara mempelajari buku-buku pelajaran dan sebagainya.

2) Bimbingan pendidikan (educational guidance)
Bimbingan pendidikan bertujuan membantu murid dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan. Bimbingan pendidikan memberikan bantuan kepada murid-murid dalam hal-hal sebagai berikut:
  1. Pengenalan terhadap studi lanjut.
  2. Pengenalan terhadap situasi pendidikan yang dihadapi oleh murid-murid.
  3. Perencanaan pendidikan.
3) Bimbingan pekerjaan/jabatan (vocational guidance)
Bimbingan pekerjaan/jabatan bertujuan membantu murid-murid dalam mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan pemilihan pekerjaan/jabatan.

Kegiatan dalam bimbingan pekerjaan meliputi antara lain:
  1. Mengenalkan berbagai jenis pendidikan atau latihan tertentu untuk jenis pekerjaan tertentu.
  2. Mengenalkan berbagai jenis pekerjaan yang mungkin dapat dimasuki oleh tamatan pendidikan tertentu.
  3. Mengenalkan berbagai jenis pekerjaan dengan segala syarat-syarat dan kondisinya.
  4. Membantu memperoleh suatu pekerjaan atau pekerjaan sambilan bagi siapa yang membutuhkan sesuai dengan kemampuan dirinya.
  5. Membantu memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya dalam lapangan pekerjaan tertentu. 
4) Bimbingan social (social guidance) 
Bimbingan sosial adalah merupakan jenis bimbingan yang bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial.
Kegiatan-kegiatan bimbingan sosial ini antara lain:

  1. Membantu individu memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai.
  2. Membantu dalam memperoleh cara-cara bekerja dan berperan dalam kehidupan kelompok.
  3. Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai.
  4. Membantu memperoleh penyesuaian dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
  5. Bimbingan dalam menggunakan waktu senggang (leisere time guidance)
Bimbingan ini bertujuan membantu murid-murid dalam menggunakan waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan yang membawa manfaat bagi dirinya maupun lingkungannya. Kegiatan jenis bimbingan ini antara lain membantu murid-murid dalam hal:
  1. Menggunakan waktu senggang dengan kegiatan produktif.
  2. Menyusun dan membagi waktu belajar dengan sebaik-baiknya.
  3. Mengisi dan menggunakan waktu belajar pada jam-jam bebas, hari libur dan sebagainya.
6) Bimbingan pribadi (personal guidance)
Jenis bimbingan ini membantu individu untuk mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat kekurangmampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan aspek-aspek perkembangan, persahabatan, keluarga, cita-cita, seks, konflik pribadi, dan sebagainya.

Bimbingan dan Konseling Terhadap Siswa Berkebiasaan Buruk

1. Pengertian Murid Berkebiasaan Buruk dan Ciri-cirinya

Kebiasaan (habits) dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau sifat yang secara konstan (tetap) terlihat dalam kelakuan seseorang, untuk bertindak dengan suatu cara tertentu. Adapun ciri-ciri murid yang termasuk dalam kategori kebiasaan buruk adalah:
  1. Kebiasaan yang ada pada seorang murid terlihat dalam tindakan dan sikap yang dilakukan berulangkali karena bertentangan dengan norma yang dianut oleh kelompoknya. Misalnya di sekolah berlaku ketentuan bahwa setiap murid harus memakai seragam, bagi yang tidak mengikuti ketentuan tersebut maka termasuk kebiasaan buruk.
  2. Kebiasaan murid yang bertentangan dengan norma yang dianut dalam lingkungan masyarakatnya. Misalnya kebiasaan berdusta dan lain-lain.
  3. Kebiasaan yang bertentangan dangan kesusilaan baik yang diharapkan orang tua lain maupun terhadap diri sendiri.misalnya tidak memperhatikan cara berpakaian yang sopan.
  4. Murid yang memiliki sikap atau watak tertentu yang tidak baik. Mislanya berpakaian kurang sopan.
  5. Murid yang memiliki sikap atau watak tertentu yang tidak baik. Misalnya pemarah.
  6. Tindakan yang dilakukan murid sehingga dapat merugikan dirinya sendiri maupun lingkungannya. Misalnya berdusta dan lain-lain.
  7. Tindakan yang menjadi problem dalam pengajaran yaitu problem kronis atau adanya gejala yang menunjukkan bahwa murid mengalami kesulitan hubungan sosial. 

2. Jenis-Jenis Kebiasaan Buruk

a. Murid yang Agresif
Murid yang agresif mempunyai kebiasaan atau kecenderungan untuk menyerang anak lain, bahkan kadang-kadang gurunya.

b. Anak Pemarah dan Mudah Tersinggung 
Baik di rumah maupun di sekolah, guru dan orang tua kadang-kadang berhadapan dengan murid yang belum mampu menguasai diri, belum sanggup menahan perasaan. Apabila sikap dan tingkah laku itu berulangkali terjadi, dapat dikatakan murid tersebut telah terlanjur memiliki kebiasaan buruk, yang tidak menguntungkan dirinya sendiri maupun diri murid lainnya di sekolah.

c. Murid yang Menguasai Murid Lain
Murid yang berkebiasaan buruk seperti ini sampai hati melukai murid lain baik fisik maupun perasaannya. Ia akan bangga kalau melihat murid yang jauh lebih kecil, menangis dan menderita. Ia berusaha mengganggu karena menganggap dirinya paling hebat sehingga orang lain takut kepadanya.

d. Murid Curang, Menipu, Mencuri dan Berdusta
Murid yang biasa mengambil barang atau benda kecil yang hampir tidak berharga akan dapat berubah menjadi pencuri kecil dan akhirnya akan dapat menjadi pencuri ulung. Kecurangan dalam mengerjakan tes tidak selamanya menandakan murid yang melakukan tidak bisa dipercaya. Kecenderungan ini timbul apabila tes terlalu sukar, sehingga anak merasa takut akan mendapatkan hasil jelek. Berdusta yang dilakukan oleh murid menunjukkan kurang memenuhi persyaratan baku orang dewasa sehingga banyak memberikan tafsiran yang salah.

e. Anak yang Iri Hati
Kebiasaan murid yang iri hati terlihat dalam berbagai bentuk sikap, misalnya acuh tak acuh, mencari kesalahan teman lain dan menjatuhkan nama teman dan sebagainya.

f. Murid Pemalu, Sukar Bergaul dan Menyendiri
Murid jenis ini mudah tersinggung perasaannya.Ia benar-benar menderita karena tidak banyak mengalami kebahagiaan di rumah maupun di sekolah. Biasanya karena mempunyai kekurangan fisik sehingga rendah diri.

g. Murid yang Selalu Berusaha Menarik Perhatian
Murid ini dengan berbagai cara berusaha agar dapat menarik perhatian teman-teman dan gurunya. Mungkin berteriak, membuat gaduh di kelas dan sebagainya.

h. Murid Berkebiasaan Kurang Aturan, Kurang Sopan dan Kurang Tata Krama
Pelajaran akhlak, budi pekerti, sopan santun dan sejenisnya banyak diajarkan di sekolah. Meskipun demikian di sekolah atau di rumah masih ada murid yang berkebiasaan buruk yaitu bertentangan dengan apa yang dipelajari di sekolah.

3. Sebab-sebab Murid Berkebiasaan Buruk

Hampir semua kebiasaan buruk disebabkan penyesuaian sosial yang salah. Untuk pertumbuhan pribadi yang sehat, manusia melakukan penyesuaian sosial sejak lahir. Penyesuaian diri pada lingkungan sosial tumbuh dan berkembang sejalan dengan bertambahnya usia dan kematangan pribadi. Untuk melepaskan diri dari ketegangan itu ia akan memilih salah satu dari kemungkinan menyesuaikan diri yaitu:

a. Penyesuaian yang langsung dapat menyelesaikan masalah.
Cara penyesuaian ini dapat dibenarkan karena langsung dapat memecahkan persoalan, misalnya bentuk penyesuaian sublimasi. Maksudnya apabila individu gagal dalam suatu hal, langsung mengalihkan perhatian pada cita-cita lain yang lebih sesuai dan diharapkan akan lebih berhasil daripada sebelumnya.

b. Penyesuaian sebagian dengan kelakuan mempertahankan diri.
Penyesuaian diri dengan tingkah laku mempertahankan diri terdiri dari dua bentuk yaitu membela diri (kompensasi, proyeksi, identifikasi, rasionalosasi dan represi) dan pengunduran diri (negativism, disasosiasi dan substitusi)

c. Penyesuaian yang salah yang tidak membawa penyelesaian.
Bentuk penyesuaian yang salah sama sekali adalah jika usaha tidak memberikan hasil akan tetapi justru membawa malapetaka yaitu dalam bentuk gangguan kejiwaan dan bersifat kejasmanian. Adapun kebiasaan buruk murid dalam bentuk penyesuaian yang salah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu gejala-gejala murid yang agresif dan gejala-gejala murid yang mengundurkan diri.

4. Langkah Bimbingan yang Ditempuh

Berikut ini merupakan saran yang dapat ditempuh oleh konselor dalam memberikan bimbingan terhadap murid yang berkebiasaan buruk:

a. Usaha pencegahan
Usaha pencegahan yang dilakukan adalah menciptakan kondisi sekolah lebih sehat yang menunjang bagi perkembangan sosial dan kesehatan mental anak.

Langkah-langkah pencegahan yang dapat ditempuh, yaitu:
  1. Menciptakan lingkungan sekolah yang memungkinkan adanya pergaulan yang sehat.
  2. Kurikulum dan bahan pengajaran modul disesuaikan pada kebutuhan murid.
  3. Hubungan antara guru dengan murid yang akrab dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan norma-norma serta batas tanggung jawab yang jelas.
b. Usaha Referal (Penyerahan)
Apabila kasus itu sudah parah hendaknya guru menyerahkan kasus referal itu kepada konselor atau lembaga yang berwenang menangani kasus tersebut.  Cara melaksanakan referal perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:
  1. Penyerahan hanya dilaksanakan untuk memberi pertolongan.
  2. Penyerahan tidak dimaksudkan memperuncing masalah.
  3. Penyerahan kasus dengan kehangatan dan keramahtamahan.

c. Usaha Konseling Kelompok
Konseling kelompok diberlakukan bagi murid-murid yang sudah dapat mengadakan kontak dengan orang lain dengan bahasa lisan. Adapun cara melaksanakannya adalah:
  1. Kelompok ditunjuk oleh pembimbing dengan memperhatikan keseimbangan murid agresif dan murid pasif.
  2. Kelompok berdiskusi sampai 3 kali seminggu.
  3. Tujuannya adalah saling mengenal satu sama lain.
  4. Konselor bertugas menciptakan suasana akrab.
  5. Pembicaraan cenderung berkisar pada pengalaman masing-masing murid.
d. Menyelenggarakan Konseling Pribadi 
Dalam penyelenggaraan konseling perorangan, Priyatno, dkk.juga memberikan pedoman sebagai berikut :
  1. Memberikan penjelasan dari contoh masalah-masalah yang dapat ditangani melalui konseling perorangan.
  2. Menjelaskan dan memberikan contoh-contoh tentang tujuan dan kegunaan konseling perorangan.
  3. Menerima klien dalam suasana yang hangat, akrab dan apa adanya.
  4. Mengatur reformasi pelaksanaan konseling perorangan.
  5. Memberikan penstrukturan dalam konseling perorangan.
  6. Menerapkan asas-asas BK dalam konseling perorangan.
  7. Menerapkan teknik-teknik dasar umum dalam konseling perorangan.
  8. Menerapkan teknik-teknik khusus dalam konseling perorangan.
  9. Menerapkan teknik-teknik pengubahan tingkah laku dalam konseling perorangan.
  10. Mengevaluasi proses dan hasil konseling perorangan.
  11. Membuat catatan dan menyusun laporan konseling perorangan sesuai dengan kode etik BK (kerahasiaan, keterbukaan, tanggung jawab).

Bimbingan dan Konseling Terhadap Murid Yang Lambat Belajar

1. Pengertian Murid Lambat Belajar dan Ciri-cirinya

Murid yang lambat belajar adalah sekelompok murid di sekolah yang perkembangan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan rata-rata teman seusianya. Adapun ciri-ciri lambat belajar diidentifikasikan sebagai berikut :
  • Kemampuan kecerdasan rendah.
  • Perhatian dan konsentrasinya terbatas.
  • Terbatasnya kemampuan untuk menilai bahan-bahan pelajaran yang relevan.
  • Terbatasnya kemampuan mengabstraksi dan menggeneralisasi.
  • Lambat dalam melihat dan menciptakan hubungan antara kata dan pengertian.
  • Sering mengalami kegagalan dalam mengenal kembali hal-hal yang telah dipelajari.
  • Waktu untuk mempelajari dan menerangkan pelajaran cukup lama.
  • Kurang mempunyai inisiatif.
  • Tidak dapat menciptakan dan memiliki pedoman kerja sendiri.
  • Kurang mempunyai daya cipta.
  • Tidak mempunyai kesanggupan untuk menguraikan suatu persoalan.
  • Tidak mempunyai kesangupan untuk menggunakan proses mental tinggi.

2. Manifestasi dari Gejala-gejala Tingkah Laku Murid Lambat Belajar

Umumnya murid lambat belajar menunjukkan tingkah laku sebagai berikut :
  • Keterlambatan: lambat menerima pelajaran, lambat dalam mengelola pelajaran, lambat membaca dan sebagainya.
  • Kelainan tingkah laku, yaitu tingkah laku yang tidak produktif dan kebiasaan jelek.
  • Kurangnya kemampuan, yaitu kurangnya kemampuan konsentrasi, kemampuan membaca dan sebagainya.
  • Prestasi yang rendah.

3. Pemahaman Latar Belakang Tingkah Laku Lambat Belajar

Dalam memahami latar belakang tingkah laku murid yang lambat belajar dapat dilakukan dengan:
a. Mempelajari catatan pribadi
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru/konselor dalam menghadapi kasus murid lambat belajar adalah memahami apa yang menjadi latar belakang gejala-gejala tingkah laku tersebut. untuk memahami latar belakang suatu gejala tingkah laku tertentu, konselor pertama-tama hendaklah mempelajari catatan pribadi murid dan catatan lain yang berhubungan dengan murid tersebut.

b. Pengumpulan data baru
Apabila data yang diperoleh belum memadai maka masih perlu disusun kemungkinan masalah sementara untuk kemudian diadakan pengumpulan data baru yang dikerjakan pada saat konselor menghadapi seorang kasus. Pengumpulan data baru dipusatkan pada hal-hal berikut:
  1. Untuk mencek kemampuan kecerdasan murid.
  2. Untuk mendapatkan data yang lebih lengkap tentang keadaan keluarga serta pelayanan keluarga terhadap murid sebagai kasus.
  3. Untuk mendapatkan data lebih lanjut tentang hubungan sosial murid dengan teman-temannya.

c. Menyimpulkan masalah
Penyimpulan masalah hendaknya dalam bentuk alternatif dan disusun dalam satu ranking.Sehingga segera dapat dilihat urutan kemungkinan terkuat sampai pada kemungkinan terlemah.

4. Bantuan Terhadap Murid yang Lambat Belajar

Secara umum kemungkinan-kemungkinan bantuan yang dapat diberikan kepada murid lambat belajar antara lain:

a. Pemberian informasi secara lisan
Tujuan pemberian informasi lisan adalah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh murid sesuai dengan kasus yang dialaminya. Informasi ini dapat diberikan dengan cara tanya jawab, diskusi dan ceramah. Langkah-langkah yang ditempuh dalam memberikan informasi secara lisan adalah:
  1. Mempersiapkan bahan-bahan informasi yang diperlukan dan menyajikan dengan format/bentuk tertentu.
  2. Menciptakan hubungan yang baik dengan murid yang menjadi kasus.
  3. Mengkomunikasikan bahan
  4. Menyimpulkan informasi dan merangkum cara-cara belajar yang akan digunakan murid serta menutup pertemuan.

b. Bantuan penempatan
Bantuan penempatan ini ditujukan untuk memperbaiki bantuan murid dalam mengatasi kesulitan khususnya yang menyangkut hubungan social murid di dalam kelas dan tingkat kemampuan murid. Misalnya menempatkan murid pada kelas-kelas hiterogen yang sesuai dengan tingkat kecerdasaannya.

c. Pertemuan dengan orang tua
Pertemuan dengan orang tua murid ini yang dianggap paling banyak manfaatnya dalam mebantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi murid, memberikan saran-saran tentang bagaimana sebaiknya memberi pelayanan kepada murid yang lambat belajar dan memberikan motivasi serta petunjuk cara-cara belajar yang efektif dan efesien.

d. Sosiodrama
Sosiodrama ini digunakan untuk memperbaiki hubungan social dengan teman-temannya. Dalam pelaksanaan sosiodrama ini harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Persiapan yaitu mempersiapkan pengelompokan murid, mengidentifikasi masalah yanag dihadapi kelompok, merencanakan tema cerita.
  2. Intruksi yang meliputi memperkenalkan kegiatan dan tujuannya serta menjelaskan cara-cara melaksankan kegiatan.
  3. Pemilihan peran yang meliputi kegiatan menceritakan garis besar cerita dan penentuan para pemain.
  4. Pelaksanaan sosio drama yaitu masing-masing pemeran memerankan peranannya sesuai dengan fantasinya.
  5. Mendiskusikan sikap-sikap yang diperankan, bertukar pendapat dan saran tentang sikap tersebut, pengarahan dan pemecahan.
  6. Mengulangi permainan setelah memperhatikan hasil diskusi.

5. Usaha-usaha Tindak Lanjut (Follow Up)

Setelah guru atau konselor memberikan bantuan dalam proses pemecahan kesulitan murid dalam belajar, maka masih perlu mengikuti perkembangan murid. Ini merupakan evalusi terhadap seluruh tahap dalam proses pemecahan kesulitan belajar bagi murid yang lambat belajar.

Pada tahap ini biasanya dilakukan kegiatan-kegiatan seperti mengadakan wawancara dengan orang tua dan guru untuk men-cek apakah perubahan tingkah laku telah terjadi atau belum. Disamping itu perlu observasi langsung terhadap murid lambat belajar yang mendapat bantuan tersebut, terhadap bantuan yang belum berhasil, apabila masih berada dalam kemampuan konselor maka dapat diadakan usaha-usaha umpan balik, berupa:
  1. Pengumpulan data kembali untuk mendapatkan data yang lebuh lengkap atau men-cek data yang ada tentang latar belakang masalah.
  2. Perumusan-perumusan kemungkinan masalah kembali, sebab mungkin perumusan masalah yang kurang tepat.
  3. Pemilihan layanan bantuan bimbingan konseling yang lain.
  4. Mengulang bantuan bimbingan dan konseling kepada murid yang lambat belajar tersebut.

Dalam mengulang kegiatan-kegiatan tersebut kerja sama dengan guru, orang tua dan staf lainnya tetap diperlukan. Apabila pelayanan bantuan yang dilakukan konselor terhadap murid lambat belajar, diluar batas kemampuannya, maka konselor telah melakukan fungsi penghantar. Langkah yang dapat dilakukan konselor dalam menghantarkan/ menyerahkan murid sebagai kasus kepada orang lain yang lebih berwenang adalah:
  1. Menyerahkan kepada orang yang ahli tes diaknostik untuk pelajaran dasar dan pelajaran lainnya.
  2. Menyerahkan kepada ahli pengajaran remedial dalam pengajaran dasar lainnya.
  3. Bersama orang tua menyerahkan murid sebagai kasus kepada dokter atau psikolog.

Bimbingan Terhadap Murid Cepat Belajar

1. Pengertian Murid Cepat Belajar

Murid cepat belajar adalah murid yang cepat sekali dalam menerima, memahami, dan menguasai pelajaran yang diberikan kepadanya dengan prestasi yang baik sekali. Sehingga hasil prestasi belajar yang dicapai dapat dilihat pada rapor dan nilai ujian akhir pun baik sekali. Secara umum dapat dusimpulkan bahwa murid ceapat belajar adalah :
  1. Murid yang pada umumnya memiliki intelegensi tinggi.
  2. Murid yang cepat sekali menerima, menguasai, dan memahami serta memproduksi pelajaran yang diterimanya.
  3. Murid yang rangking hasil rata-rata prestasi akademisnya tinggi.
  4. Murid yang sikap, kerajinan, kebersihan dan kesehatannya baik.

2. Perbedaan antara Murid Cepat Belajar dengan Murid Biasa (Normal)

Sikap dan murid cepat belajar yang dikemukakan ini diidentifikasikan dari sikap dan sifat murid. Sikap dan sifat murid itu dapat dilihat:
a. Sebelum bersekolah:
  1. Murid cepat belajar, ketika belajar berjalan lebih awal dari pada anak average.
  2. Perkembangan bicaranya dimulai lebih awal dan berkembang lebih cepat.
  3. Paling tidak 50% dari murid cepat belajar dapat membaca sebelum masuk sekolah.

b. Setelah masuk sekolah
  1. Murid cepat belajar rajin ke sekolah, karena haus akan ilmu penegetahuan.
  2. Murid cepat belajar senang mengikuti aktivitas-aktivitas ekstra kurikuler.
  3. Jika ia diberi kesempatan memilih mata pelajaran, akan lebih senang memilih mata pelajaran yang berat-berat.
  4. Kemampuan mentalnya yang superior ditunjukan pada kecakapannya dalam membaca, mampu menarik generalisasi-generalisasi, mengenal hubungan-hubungan, meng-komprehensifkan pengertian dan mampu berfikir logis.
  5. Fisiknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
  6. Kurang sabar dengan prosedur-prosedur rutin, memerlukan metode belajar yang efisien tetapi mampu kerja dengan baik.
  7. Kecakapan dalam berbagai hal ditunjukan dari berbagai minat, lebih aktif dan rasa ingin tahu tentang hal-hal baru lebih besar. Ia memiliki pemikiran yang luas dan kemampuan mengkritik diri sendiri.
  8. Murid cepat belajar memiliki sikap sosial berada diatas murid rata-rata. Ia mengambil bagian lebih banyak dari aktivitas-aktivitas sosial dan sukses dalam aktivitas tersebut.
  9. Murid cepat belajar umumnya jujur, suka menolong dan murah hati, tetapi jika tidak dididik dalam moral akan menjadi seorang yang terancam sosialnya.
  10. Murid cepat belajar cenderung tidak mempunyai gangguan-gangguan nervous (gagap).

3. Kemungkinan Sebab-sebab Timbulnya Masalah Murid Cepat Belajar

Murid yang cepat belajar seolah-olah tidak mungkin menghadapi hambatan dalam hidupnya dan sering guru memiliki pandangan yang salah terhadap murid cepat belajar. Dalah arti sering diabaikan dan dianggap sudah dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Padahal dalam kenyatannya murid cepat belajar sering menghadapi hambatan-hambatan yang sulit dipecahkan sendiri tanpa bantuan orang lain. Hambatan-hambatan tersebut bersumber dari berbagai hal tetapi pada pokoknya adalah:
  1. Kurang pengertian guru/pendidik kepada murid cepat belajar sehingga pendidik ragu-ragu untuk berbuat sesuatu kepadanya.
  2. Perhatian pendidik pada umumnya ditujukan pada murid average atau pada murid yang terbelakang.
  3. Pendidik beranggapan bahwa murid cepat belajar bisa menjaga, memelihara dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Disamping itu, hal yang merupakan masalah bagi murid cepat belajar juga terletak pada lingkingan keluarga, masyarakat dan teman sepermainan.

4. Kemungkinan Masalah Murid Cepat Belajar

Kurangnya pengetahuan pendidik pada umumnya seperti tersebut diatas, mungkin dapat menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Masalah pendidikan dan jabatan: dalam hal ini kemungkinan murid akan:
  1. Terlalu memforsir diri
  2. Terlalu mementingkan intelek
  3. Sulit menyesuaikan cita-cita orang tua dengan minat
  4. Merasa lambat jalannya kurikulum sekolah
  5. Sulit memilih jabatan
  6. Kurang diperhatikan guru
  7. Bingung mengisi waktu luang

b. Masalah penyesuaian sosial: Dalam bidang ini murid mengalami berbagai kemungkinan yaitu:
  1. Tidak disenagi teman
  2. Tertekan oleh tuntutan orang tua
  3. Kurang disenangi tau disisihkan saudaranya
  4. Kurang stimulasi
  5. Dieksplotasi keluarga, sekolah dan masyarakat
c. Masalah emosional: Dalam hal ini murid memiliki kecendrungan mengalami kesulitan karena:
  1. Dilingkari dengan pemuasan dorongan
  2. Merasa sendiri
  3. Merasa cemas
d. Masalah ekonomi: dalam bidang ekonomi kemungkinan murid akan mengalami masalah dalam:
  1. Mengatur uang jajan
  2. Kurang biaya
  3. Terlalu banyak tuntutan alam hal peralatan/perlengkapan
  4. Kemungkinan-kemungkinan Reaksi Negatif Dari Murid Cepat Belajar
Dengan adanya masalah-masalah yang dihadapi murid cepat belajar seperti yang dijelaskan terdahulu, akan merangsang anak untuk membuat reaksi-reaksi penyesuaian yang mungkin merugikan dirinya maupun lingkungannya. Reaksi-reaksi itu dalah:
  1. Pura-pura bodoh
  2. Pelarian diri
  3. Minta perhatian

6. Cara Membimbing Murid Cepat Belajar

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi murid cepat belajar maka guru harus mengadakan usaha-usaha penyaluran, pengadaptasian dan penyesuaian. Cara-cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi masing-masing murid cepat belajar adalah:
a. Pelayanan Bimbingan dan Pendidikan
1) Usaha penyaluram; untuk menyakurkan kemampuan murid yang cepat belajar dan mengisi kelebihan waktu di kelas digunakan sistem pengajaran modul dan pengelompokan mata pelajaran mayor dan pilihan:

a) Sistem pengajaran modul
Sistem pengajaran modul sangat sesuai bagi murid cepat belajar, karena mereka mereka mampu belajar sendiri dengan baik tanpa pengawasan, mempunyai minat yang besar, sangat aktif dan selalu haus akan hal-hal yang baru, mampu mengkritik diri sendiri, kaya perbendaharaan bahasa sehingga mampu memahami apa yang dibaca dengan cepat. Ia mampu menarik generalisasi, menghubung-hubungkan dan mampu mengkomprehensifkan pengertian-pengertian dan berfikir secara logis.

b) Menyediakan mata pelajaran pilihan
Dalam kurikulum sekolah pembangunan ada mata pelajaran pilihan dan mayor. Mata pelajaran mayor adalah mata pelajaran yang harus diikuti semua murid, sedangkan mata pelajaran pilihan diambil oleh murid yang berminat pada mata pelajaran itu. Dengan adanya mata pelajaran tersebut maka waktu yang luang dari murid cepat belajar dapat disalurkan.

2) Sistem Pengadaptasian: konselor berusaha memberikan informasi dan tafsiran dari informasi tentang sifat-sifat dan kebiasaan, kemampuan dan kebutuhan muridcepat belajar kepada guru , agar guru dapat memilih metode mengajar yang sesuai dengan sifat-sifat, kebiasaan, kemampuan dan kebutuhan murid tersebut.

a) Pengajarn individual (individual intruction)
Murid cepat belajar mempunyai sifat-sifat kemampuan belajar secara individual.

b) Belajar sendiri
Murid cepat belajar semakin terangsang cara belajar sendiri. Kehausan akan ilmu pengetahuan cepat terpenuhi dalam kesempatan ini.

c) Prosedur sosial dalam pengajaran
Menggiatkan murid cepat belajar untuk membentuk belajar kelompok. Jadi aktivitas konselor dalam usaha pengadaptasian adalah:
  • Menyampaikan sifat-sifat minat, kemampuan, kebutuhan dan masalah murid cepat belajar kepada guru.
  • Memberi saran penggunaan metode mengajar yang efisien.
  • Menyampaikan sikap dan tingkah murid tersebut kepada orang tuanya, dengan maksud agar cara-cara dan tingkah lakunya dirumah dapat berubah, pemanjaan harus dikurangi.
3) Usaha Penyesuaian
  • Meningkatkan motivasi belajar
  • Menghilangkan kecemasan dan kekhawatirannya jika tidak dapat melanjutkan studinya.
  • Menyadarkan bahwa semua mata pelajaran itu penting, kelalaihan salah satu bererti akan menurunkan prestasi keseluruhan.
  • Memperbaiki sikap dan kebiasaan buruknya di kelas.
  • Case Conference, yaitu membicarakan bersama-sama guru tentang tingkah laku murid cepat belajar yang berkebiasaan buruk.
b. Pelayanan Bimbingan sosial
Usaha penyalurannya adalah:

a) Untuk murid yang apatis
  • Menempatkan dalam kelompok penyelesaian modul.
  • Mengaktifkan dalam kelompok belajar di rumah.
  • Mengikuti kelompok diskusi, kelompok wisata belajar.
  • Mengikutkan kedalam kepramukaan, camping, dan lainnya.

b) Untuk murid yang dinamis

Masalah sosial untuk murid sebenarnya berhubungan erat dengan kedisiplinan mengikuti pelajaran. Karena itu layanan secara khusus dalam bimbingan sosial tidak perlu dikemukakan secara eksplisit. Untuk memenuhi maksud-maksud memperbaiki sosialnya telah dipenuhi dengan layanan bimbingan pendidikan terhadapnya.

c. Pelayanan bimbingan ekonomi
1) Masalah sosial ekonomi untuk murid yang penghasilan orang tuanya rendah. Masalah ini menyebabkanmotivasi belajar murid menerun, timbul rasa cemas, takut tidak dapat melanjutkan studi sehingga menjadi “minder”.

a) Usaha penyaluran
Membantu menemukan jalan bagaimana murid dapat memperoleh pekerjaan sembilan, begitu juga orang tuanya.

b) Usaha pengaturanya
Memberikan saran agar kepala sekolah (kini) dan perguruan tinggi (nanti) dapat memberikan beasiswa, setidak tidaknya pembebasan uang sekolah, pemberian buku dan alat-alat pelajaran.

c) Masalah penyesuaian
  • Memberikan informasi dan orientasi kepada yayasan-yayasan, badan yang dapat memberikan beasiswa beserta cara bagi yang mendapatkan.
  • Counseling, untuk memperkuat ketahanan mental dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ekonomi.
2) Masalah sosial ekonomi untuk murid yang mempunyai kecenderungan banyak mengeluarkan uang untuk biaya sekolah.
a) Usaha penyalurannya
Mengaktifkan murid untuk menabung dari kelebihan uang saku.

b) Usaha pengaturannya
Memberikan saran kepada orang tua agar jangan terlalu memanjakan anak terutama dengan uang belebihan.

c) Usaha penyesuaian
Penyuluh: untuk menanamkan cara hidup sederhana dan arti uang bagi kelanjutan studi nanti.

d. Pelayanan bimbingan emosi
Dari masalah ekonomi tersebut maka murid yang penghasilan orang tuanya rendah nampak lebih serius prolema emosialnya, sedang untuk murid yang orang tuanya mempunyai penghasilan cukup lebih berkurang emosionalnya. Diharapkan dengan layanan bimbingan pendidikan, bimbingan sosial, dan bimbingan ekonomi maka problem emosional tersebut dapat diatasi. Jika tidak pelaksanaan layanan konseling, role playing, sosiodrama dan psikodrama harus dilakukan lebih intensif.


DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus.Yogyakarta: Nuha Litera

Terima Kasih atas kunjungan anda, jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar atas postingan ini...

Post a Comment