Sekolah Dan Guru Lain Sebagai Sumber Belajar

Sekolah Dan Guru Lain Sebagai Sumber Belajar


Dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan. Lingkungan adalah sumber belajar yang vital. Pembelajaran yang menjadikan lingkungan sebagai objek belajar dapat memberikan pengalaman nyata dan langsung kepada peserta didik. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diterima dan diingat siswa. Siswa harus mengonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Pembelajaran sebagai hasil usaha siswa dan pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan siswa sebagai bahan mentah bagi proses perenungan dan pengabstrakan. Setiap siswa, sebenarnya telah mempunyai satu aset ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif. Untuk membina siswa dalam menemukan pengetahuan baru, guru sebaiknya memerhatikan struktur kognitif yang ada pada mereka. Pada proses belajar mengajar, guru tidak lagi hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi siswa sendiri yang harus membangun pengetahuannya (knowledge is constructed by human).

Secara tradisional, sumber belajar adalah guru dan buku paket. Guru di sekolah bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. Tuntutan terhadap pelayanan pembelajaran saat ini, banyak disebabkan oleh perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karenanya, konsep pembelajaran saat ini pun berubah dari guru mengajar menjadi siswa belajar. Namun sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, di rumah, di masyarakat sangat banyak jika kita pandai memanfaatkannya.
Lingkungan pembelajaran yang baik adalah lingkungan pembelajaran dimana
  • siswa dan guru belajar bersama sebagai suatu komunitas belajar
  • guru menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran
  • guru mendorong partisipasi aktif siswa dalam belajar; dan
  • guru memiliki minat untuk memberikan layanan pendidikan yang terbaik.
Untuk menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang nyaman maka seorang guru haruslah:
  1. berperan sebagai manajer pembelajaran, memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Guru harus berperan sebagai partisipan, tidak hanya berperilaku mengajar, tetapi juga belajar dari interaksi dengan siswa.
  2. Berperan sebagai pelatih, memberikan peluang bagi siswa mengembangkan cara-cara pembelajaran sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasar, dan tidak memberikan satu cara yang mutlak.
  3. berperan sebagai konselor, mampu menciptakan interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak dengan guru.
  4. sebagai fasilitator guru harus mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai fasilitator, juga berperan sebagai motivator dan memfasilitasi kegiatan belajar siswa.
  5. sebagai kreator proses belajar mengajar dituntut untuk dapat menguasai perkembangan teknologi di bidangnya untuk merancang dan menyampaikan pembelajaran
  6. sebagai pemimpin, diharapkan menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama
  7. sebagai pengarang, harus kreatif dan inovatif menghasilkan karya yang akan digunakan melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya.
Jika seorang guru telah mampu menjadi guru seperti yang diamanatkan di atas maka bukanlah menjadi masalah yang besar untuk menciptakan kondisi belajar yang nyaman dalam kondisi apapun. Dalam pembelajaran terutama pembelajaran kelas rengkap, kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai salah satu sumber belajar sangatlah penting. Seorang guru dituntut mampu mengenali dan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia di sekitar siswa. Diantara sumber belajar yang dapat dimanfaatkan adalah teman sesama guru di sekolah sendiri atau sekolah lain, masyarakat di lingkungan sekolah, keluarga siswa beserta lingkungannya, lingkungan alam sekitar sekolah dan rumah siswa. Oleh karena itu untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal terutama pada pembelajaran kelas rangkap sebagai seorang guru Anda perlu mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak.

Dalam pembelajaran kelas rangkap kemitraan antar guru baik di dalam lingkungan sekolah yang sama maupun sekolah yang berbeda sangatlah penting, terutama guru yang bertugas di SD dengan sumber belajar di sekolah sangat terbatas. Kerjasama di dalam satu sekolah dapat dilakukan secara terprogram atau secara insidental sesuai kebutuhan. Di sekolah-sekolah di daerah terpencil dimana terdapat berbagai kesulitan dan keterbatasan maka menciptakan sumber belajar dan sumber daya merupakan faktor penting.

Membiasakan diri bermitra kerja sesama guru dapat saling mengisi kekurangan. Misalnya, guru yang lebih menguasai mata pelajaran matematika dapat membantu guru lain yang kurang menguasai mata pelajaran tersebut. Kekurangan dan kelemahan yang ada dapat diatasi bersama. Winataputra (1999) menyebutkan bahwa melalui pembiasaan kerjasama antar guru dan antar sekolah dapat dicapai hal hal sebagai berikut:
  1. Program pembelajaran dapat dilakukan lebih efisien dan efektif dalam arti hemat sumber daya dan mencapai tujuan secara optimal
  2. Tercipta suasana kebersamaan dan kesejawatan antar guru dalam membangun dan memelihara suasana pendidikan persekolahan yang demokratis
  3. Kebersamaan dan kesejawatan antar guru akan menjadi model bagi para siswa dalam membina persahabatan antar siswa karena mereka akan merasa senang bergaul dengan guru yang benar-benar memberikan keteladanan sesuai dengan nilai dan semangat “ing ngarso sung tulodo     Pemecahan masalah-masalah pendidikan di SD akan menjadi semakin mudah dan ringan karena semua guru dan kepala sekolah menerapkan prinsip ”berat sama dipikul ringan sama dijinjing”.
Kerjasama dilakukan untuk saling membantu, saling mengisi dan saling mengatasi kesulitan. Kerjasama antara guru dalam satu sekolah atau antar sekolah perlu dilakukan di bawah kepemimpinan kepala sekolah. Kerjasama tersebut dapat terjadi sebagai berikut:

a. Kerjasama Sesama Guru dari Satu Sekolah

Kerjasama antara sesama guru di satu sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung situasi dan kebutuhan. Sebuah SD N Inpres di Distrik Bade Kabupaten Mappi, Papua mempunyai 6 kelas dengan 4 orang guru. Pak Ys sebagai Kepala Sekolah mengajar di kelas V dan VI yang kadang-kadang dirangkap oleh Pak Wy seorang guru lulusan SPG yang mengajar kelas III dan IV, Ibu Rn adalah seorang guru olahraga, dan Pak An seorang lulusan SMK (SMEA) yang biasanya menangani administrasi sekolah juga membantu mengajar di kelas I dan II. Dari kegiatan pembelajaran sehari-hari Pk Wy merasa kesulitan terutama karena Kepala Sekolah sering meninggalkan tempat untuk urusan dinas, oleh karena itu Pak Wy seringkali meminta Ibu Rn untuk membantu mengajar di Kelas III dan IV untuk semua bidang studi. Pada awalnya Ibu Rn merasa sangat kesulitan terutama untuk mata pelajaran Matematika, IPA, IPS dan Bahasa Indonesia. Demikian pula Pak An yang belum menguasai strategi pembelajaran. Namun karena Ibu Rn dan Pak An sering bertanya pada Pak Wy maka terciptalah proses pembelajaran yang baik. Berkat kerjasama yang baik antara sesama guru di bawah pimpinan dan bimbingan kepala sekolah proses pembelajaran di sekolah tersebut dapat terlaksana dengan baik. Bagaimana di tempat Anda? Pernahkah menemukan masalah seperti di atas? Bagaimana Anda menyikapinya?

Keinginan yang kuat untuk menjadi seorang guru yang dapat mengatasi segala permasalahan dan keterbatasan dalam proses pembelajaran dan kerjasama yang baik akan menciptakan proses pembelajaran yang optimal.

Winataputra (1999) menyebutkan bahwa pembelajaran yang terkondisikan menggunakan pendekatan PKR memerlukan berbagai sarana pembinaan profesional guru yang dapat dimanfaatkan secara mandiri oleh setiap guru diharapkan adanya koordinasi antara kepala sekolah dan pihak guru. Kepala Sekolah diharapkan mengadakan dan membiasakan perencanaan PKR bersama oleh sesama guru di sekolah tersebut, misalnya dalam menyusun jadwal, menetapkan kelas-kelas yang dirangkap, menata ruangan, memanfaatkan sumber belajar, dan memecahkan masalah yang dihadapi. Pertemuan antar guru tersebut dapat dipimpin oleh kepala sekolah atau oleh guru secara bergilir sesuai dengan permasalahan yang terjadi.

b. Kerjasama Guru dari Sekolah Lain

Dalam beberapa hal seringkali kita tak mampu memecahkan masalah pembelajaran sendiri, bahkan setelah didiskusikan dengan teman sejawat dalam satu sekolah. Sebaiknya kita tidak putus asa dan menyerah begitu saja tetapi marilah kita coba untuk bertanya pada teman-teman sejawat yang bertugas di sekolah lain. Dengan demikian diharapkan kita mampu untuk memecahkan masalah pembelajaran yang kita hadapi. Menciptakan hubungan kerjasama yang baik antar teman sejawat sangat membantu dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran.

Djalil, dkk. (2005) menyebutkan bahwa kerjasama antar sekolah merupakan faktor yang sangat penting, misalnya untuk kepentingan berikut:
  1. berdiskusi dan tukar pengalaman utnuk mengatasi berbagai kesulitan mengajar, misalnya tidak mempunyai buku sumber, dan alat peraga pelajaran, atau kurang menguasai materi yang harus diajarkan.
  2. Membangun Pusat Sumber Belajar (PSB) yang saat ini dikenal sebagai Pusat Sumber Belajar Guru (PSBG), misalnya mengembangkan alat pelajaran, perpustakaan bersama, dan laboratorium yang sederhana.
  3. Mengadakan kegiatan bersama, misalnya mengadakan kunjungan dan karyawisata, membuat media pembelajaran, menyusun skenario pembelajaran dan lain-lain
  4. Saling membantu dalam mengajar, misalnya guru dari SD yang satu dapat membantu mengajar di SD lainnya yang berdekatan.
Untuk menciptakan suasana tersebut di atas, sebaiknya dibawah koordinasi Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran setempat mengadakan dan mengupayakan kerjasama antara SD satu dengan SD lain yang berdekatan. Cara ini diperlukan terutama pada SD yang memiliki jumlah guru yang terbatas dang sangat minimal, namun tidak menutup kemungkinan diterapkan pula oleh sekolah dengan jumlah guru memadai. Sebuah SD dapat mengundang guru lain yang dinilai menguasai suatu mata pelajaran tertentu dengan baik, dengan cara itu sesama guru dari sekolah yang berbeda dapat saling bertukar pengalaman dan ilmu, atau dapat juga saling meminjam alat bantu mengajar misal KIT IPA atau satu waktu secara bersama-sama memanfaatkan fasilitas yang dimilki salah satu SD. Jika di sekolah Anda tidak mempunyai fasilitas laboratorium IPA yang cukup lengkap dan memadai maka dengan kerjasama yang baik Anda dapat memanfaatkan laboratorium dari sekolah lain, demikian pula ketersediaan koleksi perpustakaan yang terbatas Anda dapatmengatasi ini dengan saling meminjam buku yang tidak tersedia di sekolah Anda. Jumlah guru yang terbatas di sebuah sekolah seringkali menyebabkan mata pelajaran tertentu menjadi terbengkalai, apalagi jika materi pelajaran tersebut tidakdikuasai dengan baik oleh guru yang bersangkutan.

Jika Anda berada pada posisi tersebut dan tidak mau bertanya pada teman guru di sekolah lain, maka apa yang terjadi? Bagaimana dengan tanggung jawab Anda? Bagaimana dengan siswa Anda? Apa yang akan Anda lakukan?

Kerjasama yang baik dalam menyelesaikan masalah dalam pelaksanaan pembelajaran sangat diperlukan terutama di wilayah dengan jumlah guru dan kelas yang terbatas. SD N III Abepura merupakan salah satu SD inti di Abepura, dimana guru-guru nya sebagian besar telah mengikuti berbagai kegiatan pelatihan bertaraf nasional, oleh karena itu seringkali dalam berbagai kegiatan Kepala Sekolah dan guru dari SD N III diminta untuk membantu guru-guru dari SD lain di sekitar Abepura. SD N III seringkali menjadi koordinator pelaksanaan KKG, dan menjadi mitra pelaksanaan PPL bagi mahasiswa PGSD. Guru SD yang sudah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan PKR ditugasi atau dikondisikan untuk membantu guru lain yang belum begitu mahir atau belum dapat menerapkan PKR. Iniasiatif dapat datang dari guru yang sudah memiliki kemahiran PKR atau dari guru yang memerlukan kemahiran itu, ataupun dari kepala sekolah yang bersangkutan.

Melalui LPTK setempat, perlu diadakan pelatihan PKR bagi guru SD terpencil. Para guru akan mendapatkan bekal pelaksanaan pembelajaran dalam berbagai situasi yang mengkondisikan terjadinya pelaksanaan PKR. Dinas P&P setempat bekerjasama dengan LPTK meningkatkan kemampuan para penilik agar menjadi model guru PKR dan dapat membimbing guru SD dalam merancang, melaksanakan, dan menilai serta meningkatkan PKR di SD yang menjadi tanggungjawab kepenilikannya.

Apabila letak SD berjauhan, kerjasama dapat dilakukan dengan saling meminjam alat-alat pembelajaran, buku pegangan, atau alat peraga lain. Misalnya di SD Anda tidak terdapat alat peraga abakus untuk pembelajaran matematika, Anda belum tahu dan belum pernah membuat alat tersebut, sementara di SD lain ada guru yang sudah membuat maka Anda sebaiknya Anda tidakmalu-malu meminta guru dari SD tersebut untuk meminjamkan atau membantu Anda membuat, tentunya pendekatan kelembagaan dan pribadi juga akan sangat membantu.

KKG (Kelompok Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) adalah forum yang dapat dijadikan untuk saling tukar informasi, pengalaman, berdiskusi, untuk memecahkan berbagai kesulitan mengajar dan mengerjakan sesuatu secara bersama. Sebaiknya sebelum mengikuti kegiatan dalam forum tersebut, identifikasilah segala kesulitan dan permasalahan yang Anda alami, jadikan forum tersebut untuk membantu menyelesaikan masalah Anda. Belajar dari sesama teman memiliki makn lebih besar, lewat kegiatan berkelompok Anda dapat memperoleh berbagai hal yang sulit didapatkan pada saat belajar sendiri, seperti sikap mau menghagai orang lain, sikap mau menerima orang lain, bekerja sama, dan sikap menikmati hidup bersama orang lain. Gunakan kesempatan bertanya hal-hal yang belum jelas atau belum diketahui dalam kelompok. Bertanya kadang dimaknai tidak tahu. Oleh karena itu, banyak orang tidak mau bertanya karena takut dianggap tidak tahu. Pembelajaran aktif memandang orang bertanya sebagai orang yang telah tahu dan ia ingin melengkapi pengetahuannya. Pada prinsipnya bertanya lebih baik daripada tidak tahu.

Terima Kasih atas kunjungan anda, jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar atas postingan ini...
 

Post a Comment for "Sekolah Dan Guru Lain Sebagai Sumber Belajar"