Makalah Pebelajar Muda Bahasa Inggris

Table of Contents

pebelajar muda bahasa inggris

Pebelajar Muda Usia

Yang disebut sebagai pebelajar muda usia di sini adalah siswa sekolah dasar yang berusia antara 6-12 tahun. Mereka dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu younger group (6-8 tahun) dan older group (9-12 tahun). Menurut jenjang kelasnya, mereka bisa disebut anak-anak lower classes, yaitu anak kelas 1, 2, dan 3 serta upper classes siswa kelas 4, 5, dan 6. Sementara itu, Scott dan Ytreberg (1990) membagi mereka dalam kelompok level one atau tingkat pemula (5-7 tahun) dan level two (8-10 tahun). Kelompok level two juga bisa disebut beginners jika mereka baru mulai belajar bahasa inggris pada usia itu.

Saat ini banyak anak preschool atau siswa taman kanak-kanak yang juga belajar bahasa Inggris sehingga kita dapat mengelompokkan mereka dalam kelompok sendiri, yaitu kelompok very young learners. Dalam pembelajaran bahasa Inggris kematangan siswa di kelas tidak hanya ditentukan oleh siswa atau jenjang kelas mereka saja, tetapi juga oleh banyak faktor lain, seperti lingkungan (perkotaan atau pedesaan), budaya setempat, minat, dan pengaruh orang tua. Dengan demikian, program dan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh guru banyak ditentukan oleh pemahaman mereka terhadap lingkungan, sikap, minat, dan latar belakang anak.

Pada dasarnya, yang perlu diingat sebagai salah satu tujuan penting dalam pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar adalah menumbuhkan minat anak dalam belajar bahasa Inggris.

Ciri-Ciri Pebelajar Muda

Berikut ini karakteristik atau ciri-ciri pebelajar muda secara umum :

Pada umumnya, anak-anak yang berusia 5-7 tahun memiliki sikap egocentric di mana ada kecenderungan mereka suka menghubungkan apa yang mereka pelajari atau mereka lakukan dengan dirinya sendirinya. Mereka menyukai materi pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari dan sekelilingnya, misalnya kata yang menggunakan kata atau frasa, seperti “my ...: my family, my house ...”. Mereka juga memberikan perhatian lebih pada kalimat atau frasa yang menyangkut benda-benda miliknya atau yang dipakainya bahkan pada anggota tubuhnya

Ketika anak-anak bertambah usia, yaitu ketika menginjak usia 10 tahun (kelas 4 sd) mereka sedang dalam proses perubahan yang tadinya egocentric menuju ke hubungan timbal balik atau reciprocity. Perhatiannya tidak lagi berpusat pada dirinya, tetapi sudah mulai memerhatikan orang lain. Pada masa-masa itu, topik yang semula sebagian besar berfokus pada i, my, atau me, dengan you dan your yang ditujukan untuk anak lain atau temannya

Pebelajar muda kelompok level one, yaitu usia 5-7 tahun masih sulit membedakan hal-hal yang konkrit dan yang abstrak. Garis pembatas antara dunia nyata dan dunia imajinasi tidak atau belum jelas bagi mereka.

Pada waktu memperkenalkan bahasa Inggris kepada anak-anak, sebaiknya diawali dengan hal-hal yang konkrit sebelum menuju ke hal-hal yang bersifat abstrak. Selain itu, jangan hanya mengandalkan bahasa lisan karena bahasa lisan saja tidak cukup. Kegiatan untuk anak-anak juga harus melibatkan aspek pikiran (kognitif) dan gerakan tubuh. Banyak benda objek dan gambar yang bersifat konkrit yang bisa digunakan untuk memberi gambaran tentang lingkungannya, misalnya kursi, meja, papan tulis, pintu, jendela, dan alat tulis. Benda-benda tersebut dapat dikemas dalam sebuah nyanyian seperti yang ada di bawah ini.
This is the window (sambil menunjuk jendela),That is the door (sambil menunjuk pintu),That is the black board (sambil menunjuk papan tulis),And this is the floor (sambil menunjuk lantai).
Ketika menginjak usia 8-10 tahun, mereka sudah bisa membedakan antara fakta dan fiksi, juga bisa mengerti hal yang abstrak. Pada usia 10 tahun, mereka bisa disebut anak yang matang dengan kedewasaan di satu sisi dan kekanak-kanakan di sisi lainnya. Perbedaan antara orang dewasa dan anak-anak dalam menyikapi sesuatu hal yang belum dimengerti, yaitu anak-anak tidak selalu dapat mengerti apa yang diperbincangkan oleh orang dewasa begitu pula sebaliknya. Orang dewasa akan mencari tahu dengan cara bertanya, tetapi anak-anak tidak selalu mau bertanya. Mereka kadang berpura-pura mengerti atau mereka mengerti, tetapi menurut pemahaman mereka sendiri

Anak-anak juga cenderung imajinatif dan aktif. Mereka menyukai pembelajaran melalui permainan, cerita maupun lagu sehingga mereka akan lebih termotivasi untuk belajar bahasa Inggris walaupun secara tidak langsung. Belajar berbahasa sambil bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak atau sering disebut sebagai recreational time out activities.

Ur (1996) mengatakan ada tiga sumber perhatian untuk anak-anak dalam kelas, yaitu gambar, dongeng, dan permainan. Dalam permainan, ada kebutuhan untuk berkomunikasi dan ini mendorong anak untuk berbicara. Mereka bisa berbicara dengan dirinya sendiri atau dengan temannya, bernyanyi dan bermain dengan kata-kata yang sedang dipelajari. Misalnya, dengan menyamakan bunyi /e/ dan /ai/

Contoh :
Let’s go
Pets go
Blue eyes
Blue pies



Meskipun kata-kata itu tidak memberikan makna, tetapi hal ini secara umum ditemui pada tingkat awal pembelajaran bahasa asing. Kegiataan ini memberikan kegembiraan pada anak-anak (scoth dan ytreberg, 1990).

  1. Perasaan mudah bosan juga merupakan salah satu ciri anak-anak. Mereka mempunyai tingkat konsentrasi dan perhatian yang pendek. Untuk mengatasi kebosanan mereka, kegiatan belajar harus variatif dan perlu diganti setiap 10-15 menit. Variasi bisa diciptakan dalam kegiatan belajar pada pengelompokkan siswa, jarak waktu kegiatan, bahan ajar maupun variasi suara dan pemanfaatan barang-barang buatan di sekitar kita juga dapat bermanfaat dalam kegiatan belajar. Anak-anak older group atau upper classes bisa berkonsentrasi lebih lama, tetapi variasi kegiatan masih diperlukan.
  2. Kehidupan anak-anak penuh warna dan keceriaan. Kegiatan dan tugas yang disertai dengan gambar yang menarik dan berwarna-warni akan membuat anak-anak lebih gembira. Tugas untuk mewarnai tentu akan dikerjakan dengan gembira sambil mengenal dan mempelajari nama-nama warna dan benda-benda yang tercantum pada gambar tersebut. Berbagai media berupa flash card dan puppets dengan warna-warna yang ceria akan sangat membantu melancarkan proses belajar mengajar bahasa Inggris. Keceriaan anak-anak bisa juga dituangkan dalam lagu. Anak-anak biasanya cepat hafal nyanyian yang sederhana, riang, dan mudah untuk diucapkan, apalagi bila nyanyian itu dilagukan dengan gerakan yang sesuai.
  3. Anak-anak menyukai cerita sebagaimana mereka menyukai permainan. Melalui cerita, siswa dapat dilatih untuk lebuh memusatkan perhatian pada konteks secara keseluruhan daripada jika dinyatakan per kata. Sementara melalui permainan, siswa lebih terdorong untuk lebih aktif dan lebih bebas dalam menggunakan bahasa inggris yang kadang-kadang akan terucap bahasa menurut versi mereka. Dalam kegiatan bercerita, anak dapat belajar bahasa dengan menyimak atau menerima pesan yang terkandung di dalamnya.
  4. Younger group lebih menyukai mengerjakan tugas sendiri, tetapi dengan teman di dekatnya. Mereka belum bisa berbagi dan sangat self-centered sampai batas usia 7 tahun. Pada usia 8-9 tahun, mereka sudah bisa bekerja sama dan belajar dari orang lain. Bentuk kerja sama dapat in pairs atau in groups. Mereka merasa lebih aman jika dalam mengerjakan tugas bekerja sama, sesuai dengan kemauannya karena bisa saling membantu dan mengoreksi. Sekali anak-anak merasa aman dan senang dalam kelas bahasa Inggris, mereka bisa diberi semangat agar lebih berani dan lebih aktif dalam pembelajaran bahasa.
  5. Pebelajar usia 8-10 tahun cukup mempunyai kesadaran dan kesiapan berbahasa. Sementara itu, pada usia sebelumnya, sebenarnya mereka belum menyadari untuk apa belajar bahasa asing walaupun mereka merasa senang dan bersemangat tinggi. Anak-anak dapat mengerti konteks dari suatu percakapan tanpa harus mengerti arti kata per kata. Sebenarnya, intonasi, isyarat, ekspresi wajah, dan berbagai gerak akan membantu mereka untuk mengerti suatu kata atau kalimat yang belu mereka ketahui.
  6. Pada dasarnya, anak-anak menyukai percakapan instrik untuk berinteraksi dan berbicara tentang apa yang dimiliki. Mereka harus berbicara dan berinteraksi dalam bahasa Inggris dengan sesama teman dan dengan guru bahasanya karena mereka harus belajar bagaimana menggunakan bahasa Inggris. Satu-satunya cara yang paling efektif bagi anak untuk belajar menggunakan bahasa termasuk bahasa asing adalah dengan jalan menggunakan bahasa itu sendiri.
  7. Siswa sekolah dasar pada umumnya adalah pebelajar yang merupakan pemikir aktif. Mereka senang belajar sesuatu, termasuk juga belajar bahasa dengan cara melakukan sesuatu (learning by doing), misalnya bermain atau bernyanyi dengan menggerakkan anggota tubuh untuk memberi isyarat atau memberi makna ungkapan yang diucapkan. Aktivitas yang menggunakan contoh, gerak, ekspresi, dan pemanfaatan objek atau gambar-gambar yang dapat mempermudah anak belajar bahasa. Kegiatan semacam itu dapat membantu anak-anak untuk memahami kata-kata atau frasa yang baru diberikan dan baru mereka dengar.

3 Faktor yang Memengaruhi Pembelajaran EYL

2.3.1 Bahasa Ibu

Insting, karakteristik, dan keterampilan yang sudah terbentuk dalam mempelajari bahasa ibu atau bahasa pertama sangat membantu anak dalam mempelajari bahasa baru, dalam hal ini bahasa inggris. Ada persamaan antara pola pembelajaran bahasa ibu dan bahasa asing, tetapi banyak pula perbedaan terutama dalam hal ejaan, ucapan termasuk tekanan dan intonasi, struktur, dan kosakata. Perbedaan ini dapat memengaruhi proses belajar bahasa asing bagi anak-anak. Tidak jarang pengaruh bahasa pertama menjadi penghambat dalam mempelajari bahasa asing.

Sulit bagi anak indonesia mengucapkan bunyi huruf hidup yang panjang, seperti pada kata food; room; diftong /ei/, /au/, /ou/ seperti pada kata away,now |nau|, dan road |roud|. Juga pola kata benda yang dikombinasikan dengan kata sifat, misalkan a red chair dalam bahasa indonesia letaknya berbeda jika dibandingkan dengan kursi merah.

2.3.2 Bahan Ajar

Pemilihan materi sebagai bahan ajar dengan teknik pembelajaran yang sesuai dengan usia dan minat anak akan dapat menyenangkan siswa EYL. Anak–anak mempunyai perhatian yang besar terhadap hal-hal yang menyangkut interest mereka, misalnya tentang binatang peliharaan, sepak bola, keluarga, dan hobi. Dalam memilih buku untuk siswa, guru perlu mempertimbangkan banyak hal.

Bahan ajar hendaknya yang dapat merangsang siswa belajar aktif dengan tujuan yang  jelas dan bermakna dengan instruksi jelas. Latihan, tugas, dan kegiatan belajarnya harus melibatkan siswa. Pilihan kata dan tingkat kesulitan tata bahasa perlu disusun secara runtut, dari yang mudah ke yang lebih sukar.

2.3.3 Interaksi Sosial

Komunikasi antara siswa dan guru serta siswa dan siswa yang hangat akan memberikan rasa aman pada pembelajaran pemula dan meningkatkan rasa percaya diri dalam mempelajari bahasa baru. Interaksi sosial membantu  anak untuk menggunakan bahasa dan membuat mereka untuk saling belajar.

Hubungan ini bisa terjalin melalui permainan, lagu, dan kegiatan belajar yang dilakukan secara berpasangan (in pairs) dan secara berkelompok (in groups). Komunikasi dengan teman dalam bentuk tanya jawab dapat membantu siswa menjadi berani menggunakan bahasa.

Jarak yang ada antara guru dan siswa dapat dikurangi dengan adanya kegiatan-kegiatan yang mudah dan menyenangkan, komunikasi antarsiswa jadi meningkat, demikian pula peran serta siswa terlihat sehingga kegiatan tersebut memberikan rasa percaya diri, terutama bagi siswa yang pemalu. Dengan adanya interaksi sosial diharapkan mereka tidak merasa malu untuk menggunakan bahasa yang baru dipelajari. Pertama dengan cara meniru, kemudian menjawab, dan bertanya. Selanjutnya, mereka dapat menyampaikan suatu pesan dalam bahasa Inggris.

2.3.4 Media Pembelajaran

Pembelajaran EYL akan lebih efektif jika guru menggunakan media untuk menunjang kegiatan belajar mengajar karena anak-anak menyukai hal-hal yang bersifat visual. Penggunaan alat bantu ajar atau media yang berbentuk benda nyata, gambar, puppets, dan miniatur dapat membuat penyajian materi lebih menarik dan menyenangkan.

Guru dapat menyiapkan alat bantu yang diambil dari koleksinya sendiri, misalnya gambar, foto, dan benda nyata, seperti pen, watch, dan bag atau gambar dalam bentuk flash cards atau pictures.

2.3.5 Latar Belakang Keluarga

Faktor latar belakang keluarga atau sosial juga dapat menunjang atau menghambat keberhasilan anak belajar bahasa Inggris. Tersedianya kamus, buku, dan fasilitas lain di rumah serta support orang tua juga merupakan faktor yang dapat memengaruhi proses belajar bahasa asing. Benda di lingkungan anak dapat menambah kosakata, misalnya TV, sofa, cupboard, buku siswa, kamus, dan buku bacaan yang dibelikan orang tua akan membantu siswa belajar bahasa Iinggris.

2.4 Kegiatan belajar EYL

Kegiatan siswa dalam pembelajaran bahasa inggris mencakup semua kompetensi bahasa yang berupa keterampilan menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).

2.4.1 Listening (keterampilan menyimak)

Bagi sebagian siswa EYL, menyimak adalah satu kegiatan yang sulit karena kosakata mereka masih sangat terbatas. Kesulitan mereka akan terbantu jika apa yang disampaikan guru diiringi dengan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan gerak tubuh. Anak-anak dapat lebih memusatkan perhatian terhadap apa yang mereka dengarkan jika disertai kegiatan yang melibatkan mereka. Kemudahan ini akan membuat mereka termotivasi daripada jika mereka disuruh mendengar kemudian menulis apa yang baru didengar.
Ada beberapa contoh kegiatan listening :

-          Listen and imitate

Kegiatan ini dapat digunakan untuk mempelajari kosakata baru dengan menggunakan gambar atau flash cards. Siswa mendengarkan terlebih dahulu apa yang diucapkan guru kemudian menirukan dengan ucapan yang benar.

-          Listen and repeat
Kegiatan ini dapat berupa permainan dengan materi berupa serangkaian kalimat yang sudah dipersiapkan guru. Pada kalimat tersebut terdapat kata atau frasa dan struktur bahasa yang sedang dipelajari. Guru membisikkan kalimat pada siswa pertama, lalusiswa pertama membisikkan kalimat tersebut pada siswa kedua. Pengulangan akan dilakukan oleh siswa kedua pada siswa ketiga, dan seterusnya. Ketika sampai pada siswa terakhir guru dapat mengecek apakah kalimat yang disampaikan siswa terakhir masih tetap sama seperti yang diberikan guru.

-          Listen and follow instructions
Dalam kegiatan ini siswa harus mendengar dengan seksama instruksi yang diberikan guru kemudian diikuti dengan mengerjakan kegiatan sesuai instruksi, misalnya listen and guess, yaitu siswa mendengarkan kemudian menebak apa yang disampaikan guru atau listen and do something, misalnya :
Close your eyes;
Touch your hair;
Open your book;
Kegiatan ini dapat juga digunakan untuk mempelajari preposisi in, on, dan under, misalnya : “put your pen under your book”
Kemudian diulangi lagi “put your pen under your book”
 - Listen and match
Guru membacakan kalimat dan siswa menghubungkan gambar yang tepat dengan kalimat yang baru disampaikan oleh guru. Misalnya, ada beberapa gambar kemudian guru bicara dengan menyebut nama yang ada digambar. Siswa akan menjodohkan dan memberi nomor yang ada pada gambar.

2.4.2 Speaking (keterampilan berbicara)

Dari semua insting yang dimiliki anak sebagai pelajar muda bahasa Inggris, insting untuk berinteraksi dan berbicara adalah yang paling penting untuk pembelajaran bahasa Inggris. Anak-anak biasanya ingin segera menggunakan bahasa yang mereka pelajari untuk berkomunikasi. Dalam kegiatan speaking, guru harus memerhatikan tujuan dari kegiatan tersebut. Pada kegiatan terkontrol dimana tujuannya adalah mempraktikkan bahasa yang dipelajari dengan benar dan mengutamakan accuracy , guru dapat mengoreksi kesalahan pada waktu itu juga.

Dalam kegiatan speaking yang bersifat lebih bebas, misalnya pada kegiatan games, role play, dan questions and answer, tujuannya adalah memberi semangat kepada siswa untuk mengemukakan idenya dan fokusnya pada content dan bukan pada struktur.
Kegiatan speaking bias berupa :
-          Short dialogue;                  - Questions and answer;
-          Games;                              - Role play;
-          Retelling story.
Short dialogue, questions, and answer, dan games bisa dilakukan secara berpasangan. Kegiatan berpasangan ini lebih memotivasi anak untuk berbicara aktif. Kegiaan tanya jawab dapat meningkatkan kebutuhan siswa untuk berkomunikasi dengan temannya.

Role play juga merupakan aktivitas yang merangsang siswa untuk berbicara dan melatih kelancaran dengan menggunakan bahasa inggris. Dalam role play, siswa diberi kesempatan untuk mempraktikkan bahasa yang telah dipelajari dalam konteks tertentu. Kegiatan speaking bisa menjadi lebih hidup jika guru juga menggunakan objek atau alat bantu ajar yang sesuai dengan topiknya.

2.4.3 Reading (keterampilan membaca)

Dalam melaksanakan kegiatan membaca, siswa hendaknya paham tujuan dari kegiatan tersebut, apakah mereka membaca untuk mengerti inti dari bacaan itu atau mereka harus membaca untuk mendapatkan suatu informasi tertentu saja. Siswa tidak harus mengerti arti kata per kata, yang penting mereka bisa mengerti konteks dari suatu bacaan. Penting bagi seorang guru untuk memberikan rambu-rambu agar siswa mempunyai strategi dalam membaca suatu wacana.

Pengetahuan umum dan perbendaharaan kata yang telah dimiliki serta penggunaan gambar diharapkan dapat membantu anak dalam mengerti isi suatu bacaan. Pengetahuan awal ini merupakan dasar yang kemudian ditambah dengan pengalaman belajar, akhirnya dia akan mendapatkan pengetahuan baru.

Sebaiknya untuk kegiatan membaca dipilih topic yang berhubungan dengan minat anak, sesuatu yang ada hubungan dengan lingkungannya, sesuatu yang indah dan menarik serta berhubungan dengan topic yang akan dibahas pada saat itu.

Tingkat kesulitan maupun panjang bacaan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa. Ada beberapa hal yang dapat membantu agar kegiatan membaca menjadi lebih menarik, antara lain sebagai berikut:
-          Menggunakan gambar sebagai alat bantu,
-          Memberikan pertanyaan-pertanyaan,
-          Menunjukkan judul dan meminta siswa untuk menebaknya,
-          Kalimat-kalimat tidak terlalu panjang agar tidak membingungkan siswa,

Kegiatan membaca dalam kelas EYL biasanya meliputi kegiatan:
-          Membaca suatu wacana pendek atau dalam hati;
-          Memasang kata atau kalimat pada gambar yang cocok;
-          Mencocokkan pertanyaan dan jawaban yang ada;
-          Menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang sudah dibaca;
-          Melengkapi kalimat yang belum lengkap.

Jika dalam kegiatan listening dan siswa mampu menginterpretasikan konteks tanpa harus mengerti kata per kata dengan bantuan ekspresi wajah, inotasi, atau pun bahasa tubuh maka pada kegiatan reading gambar yang tepat dan kata kunci akan banyak membantu siswa dalam memahami wacana bahasa inggris.

2.4.4 Writing (kegiatan menulis)

Keterampilan menulis merupakan kelanjutan dari kegiatan yang terdahulu. Kegiatan ini hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa inggris. Writing merupakan keterampilan yang kompleks karena memerlukan kemampuan mengeja, struktur, dan penggunaan kosakata.

Dengan memperhatikan tingkat kemampuan siswa menulis bisa dibedakan dalam dua kategori berikut:
  1. Menyalin kata, kalimat, atau wacana pendek. Menyalin diterapkan untuk pebelajar pemula. Materi yang ditulis biasanya terbatas pada kata per kata. Tujuannya untuk melatih menulis tangan dengan ejaan yang benar dan mengenal kosakata yang baru.  Contohnya membuat daaftar nama binatang, alat tulis, mengisi teka-teki, label dari sebuah gambar, dan mengelompokkan kata dari sebuah topic.
  2. Menulis yang menuntut kreativitas siswa sebaiknya diterapkan pada siswa tingkat kelas lebih tinggi. Tujuannya untuk melatih siswa menulis dan mengeja, memakai tanda baca, dan mengenal kosakata baru serta struktur kalimat. Materi yang ditulis berupa frasa atau kalimat dengan satu pola yang telah dipelajari sebelumnya. Pada kegiatan ini siswa mempunyai kesempatan untuk mempraktikkan pola bahasa yang baru dipelajari dalam kalimat yang bermakna.

Jenis kegiatan menulis dapat berupa menulis kalimat singkat untuk menjelaskan suatu gambar, menyusun kalimat, menjawab pertanyaan, atau menggabungkan penggalan kalimat sehingga menjadi kalimat yang benar dan bermakna. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa pembelajaran pola bahasa yang diintegrasikan meelalui kegiatan terdahulu (listening, speaking, dan reading) bisa untuk mengetahui apakah anak-anak sudah menguasai bahasa inggris melalui kegiatan menulis.

Dalam pelaksanaanya tidak mungkin masing-masing pembelajaran keterampilan berbahasa ini dilakukan secara terpisah. Siswa menyimak sesuatu kemudian dia akan bertanya atau menjawab (speaking) secara lisan atau dapat pula menulis jawaban untuk pertanyaan dari guru. Kegiatan belajar bahasa merupakan kegiatan terpadu yang dikemas oleh guru dengan baik.

Pada kenyataannya, kegiatan guru EYL lebih banyak kegiatan yang berupa mengembangkan keterampilan berbahasa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Keterampilan berbahasa dapat disajikan secara terpadu. Kegiatan listening dipadukan dengan speaking dan reading diikuti oleh speaking kalau siwa diminta membaca. Hal ini dapat diteruskan dengan kegiatan-kegiatan lain, seperti writing, yaitu siswa diminta membuat ringkasan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

DAFTAR PUSTAKA


Suyanto, Kasihani K. E. 2008. English for Young Learners: Melejitkan Potensi Anak melalui English Class yang Fun, Asyik, dan Menarik. Jakarta: bumi Aksara.
Terima Kasih atas kunjungan anda, jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar atas postingan ini...

Post a Comment