PENILAIAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Table of Contents

2.1 Prinsip Dan Prosedur Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. (Depdiknas, 2006:14).
Beberapa aspek yang bisa menjadi perhatian penilaian diantaranya adalah : (a) Aspek akademik. Aspek akademik meliputi apa yang diketahui, dipahami, dan tersimpan dalam otak siswa; (b) Aspek pemikiran. Aspek pemikiran meliputi kualitas penalaran, kerangka kerja konseptual, penggunaan metode ilmiah dan pemecahan masalah serta kemampuan menyusun argumentasi; (c) Aspek keterampilan. Aspek keterampilan meliputi keterampilan komunikasi tulis dan lisan, keterampilan meneliti, keterampilan dalam mengorganisasi dan menganalisis informasi dan keterampilan teknik; (d) Aspek sikap. Aspek sikap meliputi sikap suka belajar, komitmen untuk menjadi warga Negara yang baik, kegemaran membaca, kegemaran berfikir ilmiah dan sebagainya; dan (e) Aspek kebiasaan kerja. Aspek kebiasan kerja meliputi menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menggunakan waktu dengan bijaksana, bekerja sebaik mungkin dan sebagainya.
Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap – tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisah – pisah sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil belajar, dan Indikator mata pelajaran.

1.      Prinsip – Prinsip Penilaian
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang memiliki beberapa prinsip. Prinsip – prinsip dasar pembelajaran terpadu, yaitu :
1)      The hidden curriculum (kurikulum tersembunyi). Anak tidak hanya terpaku pada kenyataan, atau pokok bahasan tertentu, sangat mungkin pembelajaran yang dikembangkan memuat pesan yang tersembunyi penuh makna bagi anak.
2)      Subject in the curriculum (mata pelajaran dalam kurikulum). Perlu dipertimbangkan mana yang perlu didahulukan dalam pemiliha pokok atau topic belajar, waktu belajar, serta penilaian kemajuan.
3)      The learning environment (lingkungan belajar). Lingkungan belajar di kelas memberikan kebebasan bagi anak untuk berpikir dan berkreativitas.
4)      Views of social world (wawasan dunia social). Masyarakat sekitar membuka dan memberikan wawasan untuk pengembangan pembelajaran di sekolah.
5)      Value and attitude (sikap dan norma). Anak – anak memperoleh sikap dan norma dari lingkungan masyarakat termasuk rumah, sekolah dan panutannya, baik verbal maupun nonverbal. (Saud, 2006:12)
Menurut Trianto (2007:87), dalam melaksanakan penilaian hendaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1)   Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
2)   Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
3)   Sistem yang direncanakan adalah system penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indicator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
4)   Hasil penelitian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi peserta didik yang pencapainya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai kriteria ketuntasan
5)   Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Lebih lanjut dapat dijelaskan prinsip – prinsip penilaian, yang secara keseluruhan harus memperhatikan beberapa hal dalam melaksanakan penilaian antara lain :
1.      Berorientasi pada kompetensi. Penilaian harus mampu menentukan apakah siswa telah mencapai kompetensi yang dimaksudkan dalam kurikulum
2.      Menyeluruh. Penilaian hendaknya menilai siswa secara menyeluruh, mencakup semua aspek perilaku yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3.      Valid. Penilaian harus dapat memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa.
4.      Adil dan terbuka. Penilaian harus adil terhadap semua siswa dan semua kriteria dan pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak.
5.      Mendidik. Penilaian merupakan penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu bagi siswa yang kurang berhasil.
6.      Menyeluruh. Penilaian dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknik dan prosedur untuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
7.      Berkesinambungan. Penilaian hendaknya dilakukan secara terencana dan terus – menerus.
8.      Bermakna. Penilaian yang dihasilkan diharapkan benar – benar menggambarkan perilaku yang sesungguhnya dari siswa. Karena tidak ada satupun bentuk penilaian yang dapat menghadirkan gambaran yang otentik, maka diharapkan guru menggunakan berbagai bentk penilaian.
Untuk melaksanakan penilaian secara afektif perlu diperhatikan beberapa karaktristik yang melekat dalam suatu penilaian: (a) mudah dilaksanakan; (b) tidak menyita banyak waktu; (c)tidak memerlukan analisis yang rumit; (d) fleksibel dan dapat diterapkan untuk berbagai topic; (e) hasilnya dapat segera dimanfaatkan; (f) meningkatkan pemahaman guru tentang persepsi siswa pada materi pembelajaran; (g) dapat meningkatkan pemahaman guru terhadap kebutuhan siswanya.
Menurut Nana Sudjana (2008:3-4), penilaian berfungsi sebagai: (a) alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pengajaran; (b) umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar; dan (c) dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai – nilai prestasi yang dicapainya. Sedangkan tujuan dalam penilaian adalah; (a) mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya; (b) mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran; (c) menentukan tindak lanjut hasil penilaian; dan (d) memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak – pihak yang berkepentingan.

2.      Prosedur Penilaian
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses penilaian hasil belajar, yaitu :
1.      Merumuskan atau mempertegas tujuan – tujuan pengajaran. Mengingat fungsi penilaian hasil belajar adalah mengukur tercapai-tidaknya tujuan pengajaran, maka perlu dilakukan upaya mempertegas tujuan pengajaran sehingga dapat memberikan arah terhadap penyususnan alat – alat penilaian.
2.      Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran. Hal ini penting mengingat isi teks atau pertanyaan penilaian berkenaan dengan bahan pengajaran yang diberikan. Penguasaan materi pengajaran sesuai dengan tujuan – tujuan pengajaran merupakan isi dan sasaran penilaian hasil belajar.
3.      Menyusun alat – alat penilaian, baik tes maupun non tes, yang cocok digunakan dalam menilai jenis – jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran. Dalam penyusunan alat penilaian hendaknya diperhatikan kaidah – kaidah penulisan soal.
4.      Menggunakan hasil – hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, yakni untuk kepentingan pendiskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran, kepentingan bimbingan belajar, maupuan kepentingan laporan pertanggungjawaban pendidikan. (Sudjana, 2008:9)
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui perencanaan, pengumpulan informasi, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Secara teknis, penilaian bisa dilakukan dengan cara – cara berikut :
1.    Melihat kompetensi yang ingin dicapai pada kurikulum.
2.    Memilih alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
3.    Mempertimbangkan kondisi anak, manakala penilaian sedang berlangsung.
4.    Penilaian dilakukan secara terpadu, dengan kegiatan belajar mengajar.
5.    Penilaian dapat dilakukan dalam suasana formal maupun informal.
6.    Memberikan petunjuk secara jelas dalam pelaksanaan penilaian dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
7.    Membuat kriteria penskoran secara jelas sehingga tidak menimbulkan multitafsir.
8.    Menggunakan berbagai bentuk dan alat untuk menilai beragam kompetensi.
9.    Melakukan rangkaian aktivitas penilaian melalui: pemberian tugas, pekerjaan rumah, ulangan, pengamatan, dan sebagainya. (Muslich, 2007:80)
Untuk menyusun alat – alat penilaian (baik tes maupun non tes) ada beberapa langkah yang harus ditempuh, yakni: (a) menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup pertanyaan, terutama materi pelajaran, baik luasnya maupun kedalamannya; (b) merumuskan tujuan intruksional khusus sehingga jelas betul abilitas yang harus dinilainya; (c) membuat kisi – kisi atau blueprint alat penilaian; (d) menyusun atau menulis soal – soal berdasarkan kisi – kisi yang telah dibuat; dan (e) membuat dan menentukan kunci jawaban soal.

2.2 Jenis Penilaian
Jenis penilaian pembelajaran tematik dilihat dari segi alatnya terdiri atas tes dan bukan tes (nontes). System penilaian dengan menggunakan teknik tes disebut penilaian konvensional. System penilaian tersebut kurang dapat menggambarkan kemajuan belajar peserta didik secara menyeluruh, sebab biasanya hasil belajar peserta didik digambarkan dalam bentuk angka – angka atau huruf – huruf di mana gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu, untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar peserta didik secara menyeluruh, perlu dilengkapi dengan menggunakan teknik penilaian lainnya yaitu teknik bukan tes. Penilaian dengan menggunakan teknik bukan tes disebut penilaian alternative (alternative assessment)
Penilaian alternatif dipakai sebagai penunjang dalam memberikan gambaran pengalaman dan kemajuan belajar peserta didik secara menyeluruh. Melalui penggunaan penilaian alternatif ini, kemajuan belajar peserta didik dapat diketahui oleh guru dan orang tua, bahkan oleh peserta didik sendiri. Hal ini sesuai dengan tuntutan penilaian berbasis kelas bahwa penilaian dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar (KMB) dan dilakukan dengan cara pengumpulan kerja siswa (portopolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper dan pencil test). Hasil penilaian pembelajaran tematik dengan cara tersebut berguna sebagai umpan balik bagi peserta didik, memantau kemajuan dan diagnosis, masukan bagi perbaikan program pembelajaran, mencapai kompetensi yang diharapkan, dan memberi informasi komunikatif bagi masyarakat.
Beberapa kompetensi dan kemajuan belajar siswa tidak mampu diungkap hanya dengan menggunakan tes. Untuk mendapatkan hasil penilaian yang otentik (sesuai dengan kenyataan yang ada) telah banyak dikembangkan perangkat penilaian non tes. Beberapa perangkat penilaian tes dan non tes yang telah banyak digunakan diantaranya adalah :
1.      Penilaian Tes :
§  Pilihan ganda
§  Jawab singkat
§  Jawab terbuka
§  Essay
§  Laporan/makalah

2.      Penilaian Nontes :
§  Pengamatan
§  Wawancara
§  Portofolio
§  Kinerja
§  Proyek
§  Skala Afektif

Bagian terpenting yang paling mendasar dari penilaian adalah melibatkan pengamatan siswa secara cermat dan sitematis dalam beragam konteks. Hanya dengan pengamatan seperti itulah guru benar – benar menyadari akan perkembangan dan kemajuan siswa melalui tahap – tahap perkembangan literasi. Pengamatan mesti berlangsung dalam situasi alamiah pada lingkungan pembelajaran dan harus melibatkan tindakan mengawasi, menyimak, dan berinteraksi dengan siswa. Guru memperhatikan dan mencatat perilaku yang diperlihatkan siswa dan selanjutnya mempertimbangkan pengamatan mereka. Segala yang dikatakan dan dilakukan seorang anak merupakan sumber informasi tentang perkembangan anak itu. (Lipton, 2005:170)
Selanjutnya penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara. Wawancara dapat mengungkap pikiran siswa tentang bacaan dan tulisan. Dengan pemeriksaan khusus, seorang guru seringkali dapat mengungkap pemahaman atau kesalahpahaman siswa tentang literasi. Bila sebagian siswa tidak sepenuhnya menyadari tentang strategi apa yang mereka gunakan ketika membaca atau menulis, pertanyaan wawancara akan membantu mereka untuk semakin menyadari apa yang mereka pikirkan.

2.3 Instrumen Penilaian Tes Tertulis
Tes tertulis ada dua bentuk soal : (1) soal dengan pilihan jawaban (pilihan ganda, dua pilihan/benar-salah, ya-tidak, menjodohkan), dan (2)  soal dengan mensuplai-jawaban (isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, soal uraian).
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berfikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya, tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar maka peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran, tetap menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal – hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata – katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrument penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal – hal berikut :
a.    Materi, misalnya kesesuaian soal dengan indikator pada kurikulum.
b.    Kontruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
c.    Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
Penilaian tes tertulis dalam pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1.    Penilaian tes tertulis untuk tiap – tiap mata pelajaran dengan menyebutkan nama mata pelajaran.
2.    Penilaian tes tertulis dengan tanpa menyebutkan  nama mata pelajaran, tetapi guru mengetahui tujuan yang ingin dicapai berdasarkan indicator yang telah ditetapkan untuk masing – masing matapelajaran. Contoh instrument penilaian tertulis :
Tema                                : Diri Sendiri
Subtema                           : Berkenalan
Matapelajaran                   : Pendidikan Kewarganegaraan
Kompetensi Dasar            : 1.1 Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan
suku bangsa
Indikator                          : 1.1.1 Membedakan dan mengelompokkan nama teman
Sekelas berdasarkan jenis kelamin
Bentuk penilaian              : Penilaian tertulis
Instrument penilaian        : Melengkapii/isian singkat

Contoh soal
1.      Budi adalah seorang ….
2.      Ani adalah seorang ….


2.4 Instrumen Penilaian Nontes
Ada beberapa contoh penilaian pembelajaran tematik dalam bentuk tes :
a.    Penilaian yang terbentuk dalam jaring – jaring tema yang dimasukkan dalam mata pelajaran
b.    Penilaian yang terbentuk dalam jaring – jaring tema yang tidak dimunculkan dengan mata pelajaran.

1.    Penilaian Pengamatan
Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik didalam kelas maupun diluar kelas. Sebagai alat evaluasi pengamatan dipakai untuk :
a.    Menilai minat, sikap dan nilai – nilai yang terkandung dalam diri peserta didik dan;
b.    Melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok.

Teknik yang digunakan adalah : daftar cek (check list) dan skala penilaian (assessment scale)

Contoh pengamatan dengan menggunakan daftar cek (check List)
Kelas/semester : III/genap
Mata pelajaran             : IPA
Indikator                     : Menunjukkan adanya pengaruh energi berdasarkan
Pengamatan, misalnya panas dari sinar matahari,
kincir angina berputar bila ditiup angina, dan memetik
gitar menghasilkan bunyi
No
Aspek yang dinilai
Hasil Pengamatan
1
2
3
4
5
1
Kesungguhan dalam melakukan pengamatan objek





2
Kecermatan dalam mengamati objek





3
Menunaikan tugasnya dalam kelompok






Skor





Keterangan :
1 = kurang baik
2 = kurang
3 = cuku
4 = baik
5 = baik sekali
2.    Penilaian Portofolio
a.      Pengertian
Karakteristik portofolio sebagai penilaian adalah : (a) merupakan hasil karya siswa yang berisi kemajuan dan penyelesaian tugas – tugas secara terus menerus dalam usaha pencapaian kompetensi pembelajaran; (b) mengukur setiap prestasi siswa secara individual dan menyadari perbedaan antara siswa; (c) merupakan pendekatan kerja sama; (d) mempunyai tujuan untuk menilai diri sendiri; (e) memperbaiki dan mengupayakan prestasi; dan (f) adanya keterkaitan antara penilaian dan pembelajaran.
b.      Langkah – langkah Penilaian Portofolio
Agar portofolio menjadi bagian integral dari kegiatan pembelajaran di kelas, portofolio harus direncanakan dengan hati – hati. Langkah – langkah yang dapat ditempuh antara laian adalah :
1.    Memberi keyakinan kepada siswa bahwa portofolio merupakan milik mereka. Supaya siswa terlibat dalam kerja aktif dan mendorong mereka untuk menilai diri sendiri, harus diyakinkan bahwa portofolio merupakan milik dan upaya mereka bukan sekedar mengumpulkan hasil kerja supaya mendapat nilai yang baik.
2.    Menentukan contoh kerja apa yang akan dikumpulkan. Berbagai contoh kerja dapat dikumpulkan, namun guru dapat memilih contoh kerja yang memudahkan mereka melihat perkembangan atau kemajuan siswa dalam mencapai kompetensi tertentu.
3.    Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja. Guru dapat mngajak siswa untuk menempatkan dan menyimpan kumpulan hasil kerjanya. Karya setiap siswa dapat ditampung dalam sebuah map.
4.    Menyusun rubrik. Supaya guru dapat menilai dengan adil karya siswa, guru perlu membuat rubric yang memuat kriteria – kriteria karya yang diharapkan.
5.    Menyusun jadwal. Perlu dilakukan penjadwalan misalnya berapa kali seminar dilakukan dan kapan. Demikian pula dengan penyelenggaraan pameran/display.
6.    Melibatkan orang tua siswa. Pada waktu yang tepat perlu dijelaskan kepada orang tua apa itu portofolio dan manfaatnya. jika memungkinkan orang tua dapat diajak untuk mereview hasil portofolio anaknya dengan harapan orantua terlbat lebih aktif dalam proses belaajar anaknya.
Dalam melaksanakan penilaian portofolio perlu diperhatikan beberapa hal penting, antara lain : (a) siswa merasa memiliki portofolio sendiri; (b)menentukan secara bersama hasil kerja yang akan dikumpulkan; (c)mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa dalam satu tempat; (d) memberi tanggal pembuatan; (e)  menentukan kriteria untuk menilai hasil kerja siswa; (f) meminta siswa untuk menilai hasil kereja mereka secara berkesinambungan; (g)memberikan kesempatan bagi siswa yang kurang untuk memperbaiki hasil karyanya dan menentukan waktu penyelesaiannya; dan (h) bilamana dirasa perlu dapat dijadwalkan pertemuan dengan orang tua. (Muslich, 2007:89)

Contoh instrument penilaian portofolio
Bahasa Indonesia
Aspek                                 : menulis
Kompetensi Dasar              : Menulis beberapa kalimat dengan huruf
sambung
Hasil Belajar                       : Menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri
atas 3-5 kata) dengan huruf sambung
Indikator                             : Menuliskan pikiran dan pengalaman dengan
huruf sambung dengan rapi yang mudah dibaca orang lain
Bentuk Penilaian                : Penilaian portofolio
Indikator ini mengisyaratkan keharusan adanya proses panjang untuk menguasainya sehingga digunaan penilaian portofolio untuk mengukur ketercapaiannya.
Instrument penilaian :
Waktu         : 3 minggu (sesuai dengan waktu untuk menyelesaikan tema)

Penugasan   :
1.    Setiap siswa membuat karangan pertama tentang pengalaman yang dialami minggu pertama. Karangan ditulis dengan huruf sambung yang rapi pada sebuah buku atau diare. Guru menilai dan memberikan masukan pada kkarangan pertama.
2.    Setiap siswa membuat karangan kedua tentang pengalaman yang dialami minggu kedua. Karangan ditulis dengan huruf sambung yang rapi dan diletakkan setelah karangan pertama. Guru menilai dan memberikan masukan pada karangan kedua.
3.    Setiap siswa membuat karangan ketiga tentang pengalaman yang dialami minggu ketiga. Karangan ditulis dengan huruf sambung yang rapi dan diletakkan setelah karangan kedua. Guru menilai dan memberikan masukan pada karangan ketiga.

Aspek penilaian:
Peingkatan hasil karya (keruntutan isi, penggunaan huruf sambung, kerapian). Peningkatan usaha perbaikan (proses).
No
Nama Siswa
Aspek penilaian
skor
Peningkatan hasil karya
Peningkatan usaha
Keruntutan isi
Huruf sambung
Kerapian
1
Siswa A
20
25
20
25
90
2






3






4






5






Kriteria Penilaian :
a.       Peningkatan keruntutan isi : 0 – 20
b.      Peningkatan penggunaan huruf sambung : 0 – 30
c.       Peningkatan kerapian : 0 – 20
d.      Peningkatan usaha : 0 – 30
Sebelum melakukan penilaian portofolio, maka masing – masing karangan telah dinilai dengan penilaian produk pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf sambung, dan kerapian. Misalnya siswa A mendapatkan skor 30, 20, 20, pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf sambung dan kerapian untuk karangan pertama, 35, 25, 25 pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf sambung dan kerapian untuk karangan kedua dan 40, 25, 25 pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf sambung dan kerapian untuk karangan ketiga dan terdeteksi bahwa usaha yang dilakukan berdasarkan masukan guru sangat bagus, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada keruntutan isi dengan skor 20 (tertinggi), peningkatan penggunaan huruf sambung dengan skor 25, peningkatan kerapian sehingga bisa dibaca orang lain dengan skor 20 dan peningkatan usaha skor 25. Dengan demikian skor total siswa A adalah 90.

3.    Penilaian Kinerja
a.      Penertian
Menurut Masnur Muslich (2007:80) penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian ini biasanya digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam diskusi, menari, memainkan alat music, dan aktivitas olahraga. Karakteristik dari tes kinerja ada dua : 1) peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan) seperti melakukan eksperimen, praktik, dan sebagainya. 2) Produk dari tes kinerja kebih penting dari pada perbuatan atau kinerjanya.
Tes kinerja dapat dimanfaatkan misalnya untuk mengukur kemampuan membaca, kegiatan olahraga. Idealnya guru harus dapat mengamati keseluruhan kinerja siswa. Jika jumlah siswa terlalu banyak perlu alternatif dengan membuat tabel – tabel pengamatan yang praktis.


b.      Langkah – langkah Penilaian Kinerja
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja adalah sebagai berikut : (a) mengidentifikasi semua aspek penting ; (b) mengusahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak; (c) mengurutkan kemampuan ynag akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati; (d) bilamana menggunakan rating scale perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan. Dalam penilaian kinerja (performance) dapat menggunakan dua kemungkinan instrumen, yaitu daftar cek (checklist) dan skala rentang (rate scale). (Muslich, 2007 : 81).
Persiapan tes kinerja dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama, dilakukan identifikasi tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan penilaian kinerja.
Kedua, memilih kegiatan yang cocok untuk menilai siswa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kegiatan untuk penilaian kinerja antara lain adalah : (a) batasan waktu yang tersedia; (b) ketersediaan sumber daya alat di kelas; dan (c) berapa banyak data yang diperlukan untuk mengetahui kualitas kinerja siswa ?. Kegiatan dalam penilaian kinerja dapat dibedakan  menjadi informal dan formal.
Ketiga, menentukan kriteria kualitas kinerja siswa. Dalam kurikulum berbasis kompetensi kriteria dapat kita temukan pada indikator kompetensi. Penyusunan kriteria dapat pula dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal di bawah ini : (a) mengidentifikasi secara keseluruhan kinerja yang akan dinilai; (b) mendaftar aspek-aspek penting dan kinerja atau produk; (c) membatasi jumlah kriteria yang dapat diamati; (d) menyatakan kriteria dalam bentuk karakteristik produk atau kelakuan siswa yang dapat diamati; dan (e) menyusun kriteria agar dapat diamati dengan efektif.
Keempat, menyusun rubrik kinerja. Penilaian kinerja tidak memiliki kriteria benar salah melainkan ingin mengetahui derajad kesuksesan atau kualitas.
Kelima, menilai kinerja. Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menilai kinerja antara lain adalah : (a) pendekatan kinerja terdapat dalam checklist; (b) pendekatan naratif ; (c) pendekatan skala rating (rating scale), dalam standar, dan (d) metode hapalan.
            Contoh instrumen penilaian kinerja (performance)

Nama                           : Ahsani Taqwiim
            Kelas                           : I (satu)
            Semester                      : I (satu)
            Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan
            Kompetensi Dasar       : 4.2     Mengekspresikan diri melalui vocal
4.2.1    Menyanyikan lagu anak-anak dengan vocal yang jelas
Materi Pokok              : Menyanyikan lagu ‘Anak Bar’ dan ‘Mana Jempol’
               
No
Aspek yang dinilai
Hasil pengamatan
1
2
3
4
5
1
Menyanyikan lagu dengan riang dan semangat





2
Menyayikan lagu dengan vokal yang jelas





3
Menyanyikan lagu dengan ikut melibatkan teman-teman lainnya





Skor





           
           
                        Keterangan :
                        1 = kurang sekali
                        2 = kurang
                        3 = cukup
                        4 = baik
                        5 = baik sekali

Contoh instrumen penilaian unjuk kerja
            Tema                           : Rekreasi
            Bahasa Indonesia
            Aspek                          : Berbicara
            Kompetensi Dasar       : Memerankan tokoh dongeng
            Hasil Belajar                : Memerankan tokoh tertentu dalam dongeng sesuai
dengan karakternya.
            Indikator                     : Bermain peran dengan percaya diri sesuai dengan
                                                  Tokoh yang dibawakannya.
            Bentuk Penilaian         : Penilaian Unjuk Kerja
            Instrumen Penilaian
Penilaian dilakukan melalui pengamatan terhadap penampilan siswa ketika memerankan tokoh dengan menggunakan rubrik penilaian sebagai berikut :
           
No
Nama Siswa
Aspek Penilaian
Skor
Penampilan
Pelafalan & intonasi
Keberanian
1





2





3





4





5





6





7












            Kriteria :
1.      Penampilan (mimik, sikap, gerakan anggota tubuh): 0 = kurang; 20 = sedang; 40 = baik.
2.      Pelafalan dan intonasi (kejelasan dan kebenaran pelafalan serta ketepatan imtonasi): 0 = kurang; 15 = sedang; 30 = baik.
3.      Keneranian, 0 = tidak berani; 15 = kurang berani; 30 = berani.

4.    Penilaian Sikap
a.      Pengertian
Penilaian sikap sebagai penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain: (a) observasi perilaku, misalnya tentang kerja sama, inisiatif, perhatian; (b) pertanyaan langsung, misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah yang baru; dan (c) laporan pribadi. (Muslich, 2007:89)
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan, dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif, antara lain: (a) receiving/attending, kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) yang datang dari luar; (b) responding, reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar; (c) valuing, berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulasi; (d) organisasi, pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, dan (e) karakteristik nilai atau internalisasi nilai. Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. (Sudiana, 2003:30)

b.      Langkah-langkah Penilaian Sikap (Afektif)
Banyak teknik dikembangkan untuk menilai afektif, namun yang sering digunakan adalah dengan memanfaatkan skala likert. Langkah-langkah dalam menyusun skala likert antara lain adalah :
1.      Memilih variabel afektif yang akan diukur.
2.      Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang dimaksudkan.
3.      Mengklasifikasikan pernyataan positif atau negative
4.      Menentukan frase atau angka yang dapat menjadi alternative pilihan. Misalnya SS= sangat setuju, S= setuju, T= tidak setuju, ST= sangat tidak setuju.
5.      Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian.
6.      Melakukan uji coba.
7.      Mengidentifikasi dan membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik.
8.      Melaksanakan penilaian afektif.

Dalam penilaian afektif guru tentunya mengharpkan agar siswa merespon skala likert secara sungguh-sungguh. Agar tidak terjadi kendala dalam menentukan respon sesuai dengan kondisi sebenarnya. Siswa tidak perlu mencantumkan namanya dalam lembar penilaian afektif.

Tema                          : Rekreasi sains
Sains
Kompetensi Dasar      : Bersikap ilmiah
Hasil Belajar               : Mengembangkan Keingintahuan
Indikator                                : (1) Berani mengajukan pertanyaan (2) sering mengajukan pertanyaan. (3) Aktif mengemukakan pendapat.
Bentuk Penilaian        : Penilaian Sikap
B. Instrumen Penilaian
No.
Nama Siswa
Aspek penilaian
Skor
Berani bertanya
Frekuensi bertanya
Aktif berpendapat
1





2





3





4





5






Kriteria Penilaian :
1.      Berani bertanya : 0-30
2.      Frekuensi bertanya : 0-30
3.      Aktif berpendapat : 0-40

5.      Penilaian Produk
a.      Pengertian
            Penilaian hasil kerja atau produk merupakan penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu. Kerja praktik atau kualitas estetik dari sesuatu yang mereka produksi, contoh : kerja artistik ( menggambar, melukis, kerajinan ), makanan, pakaian, produk yang terbuat dari kayu, metal, plastic, keramik. (Muslich,2007:85)
Penilaian produk menilai siswa dalam : (a) bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dalam mendisain, (b) memilih bahan-bahan yang tepat, (c) menggunakan alat, (d) menunjukkan inovasi dan kreasi, dan (e) memilih bentuk dan gaya dalam karya seni.
b.      Langkah-langkah Penilaian Produk
Penilaian produk didesain dengan langkah-langkah berikut: pertama, membuat perencanaan dengan berangkat dari kenyataan tentang ; apakah anda akan menilai tahap persiapan, produksi, dan refleksi? Bagaimana anda secara spesifik membuat kriterianya?. Kedua, membuat pencatatan, yaitu metode yang digunakan, orang yang akan menilai, kriteria penilaian, dan tingkat keajekannya (reabilitas). Ketiga, pelaporan, yaitu menentukan tingkat kemampuan anak dengan suatu perspektif (analitik,holistic,catatan singkat, cek). Dari penilaian dapat diarahkan pada penilaian hasil akhir dan atau penilaian proses ( muslich,2007:86).
B. Contoh Instrumen Penilaian Produk
Tema                           : Rekreasi
Kertakes                      : Rupa
Kompetensi dasar       : Mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai
  gagasan imajinatif menggunakan berbagai bahan.
Hasil Belajar                : Membuat karya kerajinan yang mengandung berbagai
unsur rupa dari berbagai unsur rupa dari berbagai   bahan dilingkungan sekitar.
Indikator                     : Membuat benda mainan / hiasan dengan teknik lipat (
  origami ), potong dan rekat.
Betuk Penilaian           : Penilaian Produk
Deskripsi Tugas           : Setiap siswa membuat mainan berupa alat transportasi
dari kertas atau karton yang menggunakan teknik melipat, potong dan atau rekat secara bebas ( missal membuat pesawat terbang, kapal layar, dan lain-lain) dengan pewarnaannya.
Instrumen Penilaian
No
Nama Siswa
Aspek Penilaian
Skor
Proses
Hasil
1




2




3




4




5




6




7










Kriteria :
1.      Proses ( ketetapan lipatan / potongan / rekatan ) 0-40
2.      Hasil  ( bentuk / wujud, kreativitas, keindahan / kerapian ) 0-60

DAFTAR PUSTAKA

Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Prestasi
Pustakaraya.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad
21. Bogor : Ghalia Indonesia.



Terima Kasih atas kunjungan anda, jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar atas postingan ini...

3 comments

Jika ada yang ditanyakan, bisa menggunakan fitur Contact Us
Comment Author Avatar
November 17, 2016 at 8:01 AM Delete
bagus sangat membantu..
Comment Author Avatar
November 17, 2016 at 8:03 AM Delete
saya akan bertanya ,,
dari ke empat penilaian pembelajaran tematik tersebut ,, mana menurut
anda yang paling susah ? jelaskan..
Comment Author Avatar
October 4, 2019 at 5:35 PM Delete
bagus, izin ya, utk referensi pembuatan makalah, terima kasih