UPAYA MENGGGALANG DUKUNGAN MASYARAKAT UNTUK PENDIDIKAN
Table of Contents
MENGGALANG DUKUNGAN MASYARAKAT
A. Upaya Menggalang Masyarakat
Dukungan
masyarakat dan orangtua murid terhadap berbagai program dan kebutuhan sekolah
merupakan aspek yang sangat penting dan strategis dalam percepatan peningkatan
mutu sekolah secara keseluruhan. Orangtua murid dan msyarakat adalah salah satu
sumber daya pendidikan yang memiliki potensi dan kekuatan besar untuk
berkontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan berkualitas. Kenyataan yang
kita hadapi selama ini dukungan orang tua murid dan masyarakat terhadap pendidikan masih
tergolong kecil/rendah, khususnya tentang aspek akademik. Demikian pula halnya
dengan dukungan aspek nonakademik seperti sarana prasarana, dan dana,
lebih-lebih dalam era sekarang sedang digaungkan pendidikn gratis. Akibatnya
sekolah tidak dapat memperbaiki sekolah meskipun hanya sekedar mengganti atap
yang memerlukan dana sangat kecil.
Untuk
percepatan peningkatan kualitas sekolah melalui pemenuhan 8 (delapan) standar
nasional pendidikan (8 SNP) diperlukan upaya penggalangan dukungan orang tua
murid dan masyarakat serta stakeholder
untuk mengembangkan, membangun dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Hal
ini mutlak diperlukan mengingat pemerintah dan pemerintah daerah masih memiliki
keterbatasan dalam memberikan dukungan semua kebutuhan sekolah untuk semua
sekolah.
Hal
yang perlu diperhatikan untuk menggalang dukungan masyarakat agar bersedia dan
turut mendukung lembaga pendidikan adalah isu yang akan digunakan. Isu yang
menarik untuk dipakai sebagai upaya menggalang dukungan harus memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut:
1. Isi
memang benar-benar penting dan berarti bagi masyarakat. Isu sebaiknya dalam
lingkup yang terbatas lebih dahulu serta isu tersebut memiliki kekhasan.
2. Isu
harus tetap mencerminkan adanya tujuan perubahan yang lebih besar dalam jangka
panjang.
3. Isu
yang diungkapkan memiliki landasan untuk membangun kerja sama lebih lanjut
dimasa depan.
4. Apabila
memungkinkan ajak beberapa tokoh masyarakat untuk merumuskan isu penting yang
perlu dianggap sebagai dasar untuk membangun kerjasama dan dukungan.
Agar
dukungan masyarakat terhadap lembaga pendidikan (sekolah) benar-benar memiliki meaning fullness, maka kerjasama dengan
kelompok pendukung tersebut harus benar-benar efektif. Ada beberapa ciri-ciri
kerjasama dalam suatu kelompok dengan para pendukung yang efektif, yaiu:
1. Terfokus
pada tujuan atau sasaran yang disepakati.
2. Tegas
dalam menetapkan jenis isu yang akan digarap/ditanggulangi serta di antisipasi
bersama.
3. Ada
pembagian peran dan tugas yang jelas di antara semua partisipan.
4. Juga
dinamika dalam setiap proses kerjasama, karena itu kelenturan (fleksibelitas)
harus benar-benar dijaga.
5. Adanya
mekanisme komunikasi yang baik dan lancar, sehingga semua harus tahu
menghubungi siapa tentang apa dan pada saat kapan serta dimana.
6. Dibentuk
untuk jangka waktu tertentu yang jelas.
Sehubungan
dengan hal tersebut, ada beberapa saran yang perlu mendapatkan perhatian dan
pertimbangan untuk menjaga tingkat efektivitas kerjasama tersebut diatas.
1. Hindari
membentuk struktur organisasi formal, kecuali memang benar-benar dibutuhkan.
Meskipun demikian suasana nonformal dalam struktur formal harus tetap dijaga
dan terpelihara.
2. Delegasikan
tanggung jawab dan peran seluas mungkin, kecuali pada hal-hal yang memang
sangat strategis dan hanya boleh diketahui oleh orang-orang tertentu.
3. Setiap
produk keputusan hendaknya hasil keputusan bersama, bukan hasil pemikiran
seseorang.
4. Pahami
berbagai kendala, kekurangan atau keterbatasan yang dimiliki semua pihak.
Dengan kata lain lakukan SWOT analisis terhadap kelompok pendukung dan pihak lembaga
pendidikan.
5. Ambil
pra karsa dan inisiatif untuk selalu menghidupkan saluran komunikasi dengan
semua pihak.
B. Peranan Manajer Pendidikan Menggalang Dukungan Masyarakat
Untuk
dapat mengaktifkan orangtua murid, tokoh-tokoh masyarakat, komite sekolah dan stakeholder, salah satu strategi yang
dapat ditempuh diluar badan-badan formal seperti BP3 yaitu menarik perhatian
masyarakat melalui mutu pendidikan yang dihasilkan oleh staf pengajar. Artinya,
hubungan akrab dengan masyarakat dimulai dengan memajukan dan menunjukkan mutu
pendidikan yang meyakinkan. Untuk itu lakukan beberapa langkah berikut:
1. Bina
pengajar secara aktif, sehingga mereka berdedikasi dan professional. Dalam
kaitan ini, maka kepala sekolah perlu mengembangkan budaya kerja yang
berkualitas dilingkungannya. Budaya kerja harus dimulai oleh pemimpin untuk
selanjutnya kembangkan suasana kerja (iklim kerja) yang kondusif sehingga
melahirkan kemauan untuk bersikap dan bertindak professional oleh semua warga
sekolah.
Agar
lebih berhasil dalam melakukan perubahan yang berorientasi pada mutu,
Sukardi (2001) menyarankan kepada para kepala sekolah hendaknya mengakomodasi
lima prasyarat penting untuk terjadinya Manajemen Mutu Terpadu sebagai berikut:
a. Para
pemimpin structural dalam organisasi sekolah perlu memiliki pandangan jauh ke
depan tentang kemana lembaga sekolah akan diarahkan. Dalam hal ini para
pemimpin harus mengerti Visi, Misi dan Tujuan Institusinya masing-massing
secara mendalam.
b. Pada
civitas akademika (semua warga sekolah) perlu memiliki kemampuan profesi yang
mencakup kemampuan individual, program pendidikan dan pelatihan. Artinya perlu
pembinaan berkelanjutan melalui diklat, lokakarya, seminar atau pembinaan
internal sekolah melalui diskusi bulanan, semesteran dan sebagainya.
c. Adanya
apersepsi insentif baik materi maupun intensif psikologis seperti kemungkinan
dan kemudahan promosi, penghargaan atas prestasi pekerjaan.
d. Tersedianya
sumber daya dan mekanisme penempatan yang sesuai dengan keahliannya
masing-masing. Meskipun demikian perlu juga dipertimbangkan aspek psikologis
seperti kemauan dan komitmen tugas selain keahlian dalam menempatkan seseorang
pada pekerjaan tertentu. Keahlian saja tidak akan membawa orang berprestasi
tanpa adanya kemauan dan komitmen yang kuat untuk berprestasi kerja.
e. Adanya
rencana kerja strategis sekolah yang tergambar dalam Visi, Misi dan tujuan
organisasi serta rencana operasional (Renstra dan Respons).
2. Pacu
para pengajar untuk berprestasi dan melaksanakan pembelajaran secara efektif,
sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berprestasi. Banyak contoh sekolah
favorit diserbu oleh masyarakat dengan biaya mahal karena lulusannya
berprestasi tinggi, dapat melanjutkan ke sekolah yang bermutu (lanjutan maupun
perguruan tinggi). Apabila hal ini dapat dilakukan masyarakat akan sangat mudah
diminta bantuannya, tenaga, waktu bahkan materi sekalipun. Untuk memacu
percepatan mutu melalui percepatan peningkatan mutu tenaga kerja ini, maka
suasana kondusif yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya motivasi kerja,
kemauan (willingness) dan komitmen
kerja merupakan prasyarat yang harus dipenuhi. Pendekatan manajemen modern
memungkinkan terciptanya suasana yang menumbuhkan kemauan, komitmen dan
motivasi karyawan dalam meningkatkan mutu kerjanya. Untuk itu maka pimpinan
sekolah perlu mengetahui secara jelas apa dan bagaimana kebutuhan para karyawan
di sekolahnya, sehingga apa yang menjadi kebutuhan karyawan sejalan dengan apa
yang diinginkan oleh lembaga sekolah.
3. Bina
semua staf sekolah agar mereka memahami secara jelas dan tepat apa yang
diinginkan oleh sekolah terhadap masyarakat. Sebab, setiap tenaga pendidikan di
sekolah mau tidak mau dan sengaja atau tidak sengaja bahkan disadari atau tidak
disadari adalah juru bicara sekolah yang suatu saat akan ditanya masyarakat
tentang sekolahnya. Apabila staf sekolah tidak memahami secara jelas dan tepat
tentang berbagai program serta kebijakan sekolah, ada kemungkinan akan
memberikan penjelasan yang tidak tepat. Hal ini akan berakibat pada image yang kurang baik terhadap sekolah.
Oleh sebab itu semua staf sudah semestinya harus mengetahui apa dan bagaimana
kebijakan sekolah dalam pengelolaan sekolah.
Pelaksanaan
pengelolaan hubungan sekolah dengan
masyarakat sering dihadapkan pada masalah sulitnya meningkatkan keterlibatan
orang tua murid, masyarakat atau tokoh masyarakat secara individual dalam
mendukug upaya peningkatan mutu di sekolah. Sehubungan dengan pembinaan dan
peningkatan keterlibatan mereka dalam dunia pendidikan yang focus pada
peningkatan mutu sekolah, Epstein, dkk (2009) menyarankan agar keterlibatab
keluarga/orangtua murid dan masyarakat terhadap keberhasilan program-program
pendidikan semakin tinggi, maka diperlukan peran sekolah yang kuat dalam
mengelola keterlibatan mereka. Dalam kaitan ini Epstein, dkk (2009) menyarankan
ada beberapa hal yang harusnya dapat dilakukan sekolah untuk meningkatkan
keterlibatan masyarakat dalam dunia pendidikan di sekolah yaitu: high commitment to learning. Principal
support for community involvement, a wilcom school climate, two-way
communication.
Penjelasan
untuk masing-masing hal tersebut di atas secara rinci dapat diuraikan sebagai
berikut:
a.
High
commitment to learning
Kemitraan
dengan masyarakat dan orangtua murid harus difokuskan dan komitmen hanya
ditujukan untuk kemajuan siswa (student
centered) bukan untuk kepentingan lainnya di luar kepentingan kemajuan
sekolah. Oleh sebab itu, kepala sekolah maupun pendidik di sekolah harus
menjaga komitmennya dalam setiap bentuk aktivitas kemitraan, kerjasama atau
hubungan dengan masyarakat.
Komitmen
sekolah untuk peningkatan kualitas pembelajaran akan menghasilkan proses
pembelajaran yang berkualitas yang akan menyebabkan lulusan yang bermutu.
Lulusan bermutu inilah yang menjadi idaman bagi semua orangtua dan masyarakat.
Semakin bermutu sekolah, semakin disenang orangtua dan masyarakat, maka mereka
semakin berpartisipasi kepada sekolah. Hal ini dapat kita lihat pada
sekolah-sekolah bermutu (apalagi sekolah swasta), dukungan masyarakat dan
orangtua murid sangat besar.
b.
Principal
support for community involvement
Disadari
bahwa kerjasama dan kemitraan dengan masyarakat serta orangtua murid merupakan
hal yang sangat strategis dan penting untuk kemajuan sekolah. Untuk itu faktor
visi dan misi kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan
kemitraan ini. Banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa keberhasilan
sekolah secara optimal sangat tergantung dari kualitas kepala sekolah.
Dalam
konteks hubungan sekolah dan masyarakat peran kepemimpinan kepala sekolah
sangat besar. Dukungan yang kuat dari kepala sekolah merupakan faktor penting
dalam kegiatan kemitraan ini. Untuk itu kepala sekolah sudah sejak awal harus
memiliki niat untuk member kesempatan yang luas kepada orang tua murid dan
masyarakat dalam berpartisipasi kepada sekolah sesuai dengan fungsi, peran dan
kemampuan masing-masing.
c.
A
welcoming school climate
Kemitraan
dengan orangtua murid dan masyarakat sangat efektif apabila dilakukan dalam
sekolah yang memiliki iklim yang sehat dan terbuka. Sebab dengan iklim yang
demikian orangtua dan masyarakat akan merasa nyaman untuk bekerja sama.
Terciptanya iklim ini sangat tergantung dari keterbukaan sekolah, kepala
sekolah dan pendidik untuk menerima kehadiran orangtua dan masyarakat dalam
setiap bentuk kegiatan kolaborasi untuk kemajuan dan prestasi para siswa.
Sekolah
perlu menciptakan suasana yang nyaman, aman dan terbuka bagi semua orangtua
murid dan masyarakat untuk dating ke sekolah serta memberikan pelayanan yang
memuaskan. Apapun keperluan mereka ke sekolah dan siapapun mereka sekolah wajib
memberikan pelayanan yang memuaskan. Kita ketahui bahwa dalam manajemen mutu
sekolah harus dapat memberikan kepuasan pelanggan, dan masyarakat serta
orangtua murid adalah pemilik sekaligus pelanggan sekolah.
d.
Two-way
communication
Kegiatan
kerjasama dengan orangtua murid dan masyarakat secara umum harus dilakukan
dengan prinsip komunikasi dua arah, sebab dengan komunikasi yang demikian akan
terjadi saling member informasi. Sekolah membutuhkan banyak informasi tentang
anak, masalah belajar anak bahkan sumber-sumberyang dapat dimanfaatkan, oleh
sekolah dari masyarakat. Sebaliknya orangtua memerlukan informasi tentang perkembangan
anak di sekolah
Progress
prestasi belajar anak. Hal tersebut hanya akan dapat dicapai apabila tercipta
komunikasi dua arah bahkan multi arah (multy
way communication). Dalam kaitan ini maka keterampilan komunikasi kepala
sekolah dan guru harus selalu ditingkatkan untuk menjamin aktivitas komunikasi
dengan berbagai pihak berjalan secara efektif.
Disamping
itu juga diperlukan adanya kemampuan sekolah dalam beberapa hal untuk
mengantisipasi faktor yang dapat meningkatkan kemitraan/hubungan sekolah dengan
masyarakat yaitu: professional
preparation, partnership selection and partnership reflection and evaluation.
Professional preparation. Sekolah
yang telah berhasil membangun rasa kebersamaan di dalam lingkungan sekolah
mereka (sekolah yang kolaboratif dan komunikatif) nampak memiliki keberhasilan
yang besar dalam mengembangkan hubungan yang kuat dengan masyarakat dan
keluarga/orangtua murid di luar sekolah (Sanders & Harve, 2002). Oleh sebab
itu, kapasitas sekolah untuk merancang dan mendesain secara baik strategi
berkolaborasi dengan masyarakat sebenarnya merupakan salah satu indikator
profesionalisme kepala sekolah dan guru. Apabila hal ini dapat tercipta
kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin
sehari-hari. Ini berarti kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat tidak akan
menjadi beban apalagi mengganggu sekolah. Bahkan kegiatan hubungan sekolah
dengan masyarakat dan orangtua murid menjadi kebutuhan sekolah yang harus
dipenuhi.
Hal
tersebut menuntut profesionalisme para kepala sekolah dan pendidik dalam
menyelenggarakan kegiatan kemitraaan, kolaborasi dan atau kerjasama dalam
berbagai bentuk. Profesionalisme semestinya sudah disiapkan sejak awal sebelum
menjadi guru atau sebelum menjadi kepala sekolah (Epstein dkk, 2009). Tema-tema
seperti strategi kolaborasi dengan masyarakat, keluarga dan orangtua murid
serta pemahaman yang mendalam tentang apa dan bagaimana menggerakkan orangtua
dan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan sekolah dan progress akademik
anak harus menjadi bagian dalam pengembangan profesionalisme tenaga pendididk
dan kependidikan. Sayangnya berbagai persiapan tersebut tidak dilakukan sejak
awal pada saat mereka akan menjadi pendidik. Hampir sebagian besar program studi di
perguruan tinggi yang menyiapkan tenaga pendidik belum memasukkan kemampuan
tersebut sebagai bagian dari kurikulum mereka. Hal tersebut juga ternyata tidak
masuk dalam berbagai kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh institusi yang
bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu tenaga pendidik dan kependidikan
serta mutu sekolah. Akibatnya pada saat menjadi pendidik dan kepala sekolah
kegiatan kemitraan dan kolaborasi dengan masyarakat jarang dilakukan, semua
kebutuhan untuk pengembangan pendidikan selalu bergantung pada pemerintah.
Partnership selection.
Memilih organisasi atau kelompok masyarakat sebagai mitra bagi sekolah
memerlukan profesionalisme semua elemen sekolah. Oleh sebab itu, pengembangan
profesionalisme para pendidik juga membantu kemampuan untuk memilih kelompok
atau organisasi yang tepat sebagai mitra sekolah serta kemampuan untuk melihat
peluang kemitraan bagi kemajuan sekolah. Banyak partner masyarakat yang dapat
dijadikan mitra sekolah dalam pengembangan sekolah, tetapi tidak semua
organisasi dan kelompok masyarakat atau individu tokoh masyarakat dapat
dijadikan mitra sekolah. Perlu dipilih
mana yang benar-benar dapat dijadikan mitra untuk kemajuan sekolah dan tidak
membawa kemajuan sekolah kea rah yang lain, misalnya untuk kepentingan politik
praktis.
Partnership reflection and evaluation. Epstein, dkk (2009) menyatakan bahwa refleksi dan eevaluasi
kegiatan keterlibatan orangtua murid dan masyarakat sangat penting dilakukan,
sebab kolaborasi dengan masyarakat adalah proses bukan sebuah event
kegiatan saja. Oleh sebab itu, penting bahwa mitra selalu melakukan refleksi
dan evaluasi terhadap semua kegiatan kolaborasi. Dari hasil refleksi dan
evaluasi ini sekolah dan mitra sekolah dapat melakukan upaya perbaikan dan
mungkin perencanaan ulang terhadap semua kegiatan apabila semua kegiatan belum
mencapai sasaran.
Sanders (2005) menyatakan bahwa salah satu faktor yang krusial
untuk perencanaan dan evaluasi kemitraan ini adalah kepemimpinan kepala
sekolah. Berbagai studi tentang keterlibatan orang tua murid dan masyarakat
mencatat bahwa pentingnya efektivitas kepemimpinan kepala sekolah untuk keberhasilan kolaborasi sekolah dengan
masyarakat. Efektivitas kepemimpinan kepala sekolah adalah salah satu hal yang
mendukung pendidik dan tenaga kependidikan
dalam mengembangkan keterampilan profesionalnya sebagai kolaborator. Hal
ini menjadi syarat bagi prilaku kepala sekolah dalam menyiapkan guru untuk
merencankan kemitraan serta tindakan kolaborasi dengan berbagai elemen
masyarakat (Sanders & Harvey, 2002).
Berbagai hasil kajian penelitian di berbagai Negara dan
praktik-praktik dilapangan secara jelas
menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam pendidikan dapat
memberikan keuntungan yang besar bagi siswa, sekolah, orangtua murid dan
masyarakat. Keberhasilan membangun dan menumbuh kembangkan partisipasi
masyarakat ini mempersyaratkan adanya
keterampilan berkolaborasi, adanya tujuan yang disepakati dan dipahami bersama,
adanya struktur yang jelas dalam rangka partisipasi pengambilan keputusan
bersama, serta adanya ketersediaan waktu untuk melakukan evaluasi dan refleksi
terhadap semua aktivitas kemitraan.
C. Program Hubungan Sekolah-Masyarakat
1.
Pengertian
Program
Pada dasarnya
setiap kegiatan apapun jenisnya dan pada organisasi apapun, apalagi bagi
organisasi pendidikan seperti lembaga
sekolah, maka perencanaan program kegiatan merupakan suatu keharusan yang tidak
dapat dihindari.
Perencanaan
program pada dasarnya proses penetapan kegiatan di masa akan dating, dengan
mengatur berbagai sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil
seoptimal mungkin sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Rogers, A.
Kauffman seperti dikutip Fattah (2003) menyatakan bahwa perencanaan adalah
proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan
dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien
mungkin.
Dari beberapa
pengertian di atas nampak bahwa
perencanaan program itu adalah merancang kegiatan yang akan dilaksanakan,
bagaimana melaksanakan, apa dan siapa yang harus melaksanakan, kapan, di mana
dan apa yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut, dapat dinyatakan
bahwa program sebenarnya adalah kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
suatu organisasi//lembaga dengan
mempertimbangkan berbagai aspek.
Program pada
dasarnya adalah rencana berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan di masa yang
akan datang.
Rumusan rencana program yang matang akan menghasilkan suatu program kerja yang
efektif. Rumusan program yang matang ini sebaiknya didasarkan pada landasan
fakta/data, landasan berpikir yang sehat dan cerdas, dan jelas
arah.
2.
Aspek
yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penyusunan Program
Koontz seperti
dikutip Fattah (2003) menyatakan bahwa penyusunan program merupakan proses
intelektual yang menentukan secara sadar tindakan yang akan ditempuh dan
mendasarkan keputusan-keputusan pada tujuan yang akan dicapai, informasi yang
tepat waktu dan dapat dipercaya serta memerhatikan perkiraan keadaan yang akan
dating. Ini berarti kegiatan perencanaan program harus membutuhkan pendekatan
rasional ilmiah. Di samping itu perencanaan perlu memerhatikan sifat, kondisi
dan kecenderungan masa akan datang (pendekatan futuralistik).
Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan program, agar program
tersebut benar-benar terarah kepada apa yang ingin dicapai. Beberapa hal pokok
tersebut adalah sebagai berikut:
- Kegiatan yang akan diprogramkan hendaknya didasarkan pada hasil analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan (SWOT) serta data-data pendukung lainnya. Dengan demikian, maka program yang akan dilaksanakan sudah mengantisipasi berbagai hal, baik yang menyangkut hambatan maupun dukungan. Apabila hal ini dapat dilakukan, maka kemungkinan kegagalan dalam melaksanakan program yang direncanakan akan dapat diminimalkan sekecil mungkin dan peluang keberhasilan akan semakin luas.
- Kegiatan yang diprogramkan atau direncanakan harus benar-benar kegiatan yang sangat urgen dalam mendukung upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Oleh sebab itu, pemahaman yang mendalam tentang visi, misi, tujuan dan strategi sekolah harus benar-benar mantap. Dalam istilah lain disebut bahwa program yang direncanakan harus termasuk special event (event penting yang mampu mempercepat pencapaian tujuan).misalnya diprogramkan kegiatan pameran, pertemuan dan sebagainya, perlu dipertanyakan apakah kegiatan itu memang benar-benar dapat mempercepat pencapaian tujuan dan mendapat perhatian dari khalayak sasaran. Apabila jawabannya meragukan, perlu dikaji lagi lebih mendalam apakah kegiatan tersebut layak untuk diprogramkan atau tidak.
- Rencana program yang akan dilaksanakan harus mempunyai tujuan yang jelas dan mendukung pencapaian tujuan lainnya. Artinya, tujuan kegiatan tersebut merupakan rangkaian dan memiliki keterkaitan dengan tujuan yang lain, sehingga saling mendukung dalam mencapai tujuan yang lebih tinggi atau tujuan sekolah secara keseluruhan
- Rencana kegiatan harus memiliki nilai ganda dan multy player effect artinya, kegiatan yang akan diprogramkan harus memberikan nilai tambah baik untuk sekolah maupun nilai tambah bagi masyarakat orangtua murid atau stakeholder. Engan demikian akan mendororng keterlibatan semua komponen dan warga sekolah lainnya untuk ikut aktif dalam semua kegiatan yang akan dilaksanakan di kemudian hari. Nilai tambah dalam pengertian ini adalah bahwa program keuntungan bagi sekolah juga bagi orangtua murid dan masyarakat. Dengan kata lain saling mengntungkan.
- Rencana kegiatan harus mampu membangun citra positif bagi lembaga dan bagi masyarakat sekolah. Citra positif dapat diindiksikan dengan terwujudnya dampak program dalam bentuk prestasi sekolah, prestasi siswa secara individual yang pada gilirannya akan menumbuhkan rasa bangga para orangtua murid terhadap anaknya dan sekolah di mana anaknya sedang belajar. Prestasi ini tidak hanya menyangkut aspek akademik seperti olah raga, seni dan keterampilan lebih-lebih lagi prestasi dalam bidang keagamaan yang menjadi pusat perhatian masyarakat sekarang ditengah-tengah kegelisahan mereka akan kenakalan remaja dan kemerosotan moral serta karakter.
- Program yang disusun hendaknya berorientasi pada produk yang akan dihasilkan. Jadi, perlu diperhatikan terlebih dahulu produk apa yang diinginkan melalui program yang sedang direncanakan. Apabila kita telah memiliki gambaran tentang produk secara jelas, akan memudahkan perencanaan program dalam menetapkan kegiatan yang akan dilaksanakan.
g. Sumber daya yang tersedia di dalam sekolah. Sejauh mana sumber daya yang tersedia baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas yang akan men dukung implementasi kegiatan di masa depan. Ketersedian jumlah dan kualitas sumber daya merupakan faktor penentu keberhasilan dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang telah diprogramkan. Program akan menjadi sia-sia dan hanya baik di atas kertas saja, apabila tidak ditunjang oleh adanya sumber daya yang memadai dilihat dari kuantitas dan kualitas. Bahkan sumber daya yang berkualitas menjadi lebih besar
3. Membuat Program Hubungan Lembaga
Pendidikan (Sekolah) dengan Orangtua Murid/Masyarakat
Perencanaan program yang efektif dan efesien
menjadi pusat perhatian bagi semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap
keberhasilan lembaga yang dipimpinnya atau anggota organisasi yang merasa
memiliki organisasinya.
Agar
perencanaan program memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuan
organisasi, Ruslan (2002) menyatakan bahwa perencanaan program harus didasarkan
pada analisis tentang
hal-hal sebagai berikut:
a. A searching look
backward, yaitu penelusuran masa lampau,
pengalaman organisasi untuk mengetahui factor penentu yang memegang peranan
penting dalam keberhasilan dan mungkin juga kegagalan dalam pelaksanaan
program.
b. A deep look inside,
yaitu penelaahan mendalam tentang fakta dan pendapat di lingkungan internal
organisasi. Hal ini berarti perencana harus melibatkan semuan orang dalam
lingkungan internal organisasi dalam bermusyawarah, agar diperoleh informasi
yang lengkap dan akurat sebagai dasar dalam penyusunan program sekolah,
khususnya program hubungan sekolah dengan masyarakat dan orang tua murid.
c. A wide look around,
yaitu meliat kecendrungan-kecendrungan yang ada disekitar kita, serta situasi
dan kondisi saat ini untuk merancang rencana mendatang. Ketepatan dalam
melakukan prediksi kecendrungan lingkungan akan memberi kemungkinan besar
keberhasilan implementasi program. Sebaliknya ketidak tepatan prediksi akan
memungkinkan kemungkinan kegagalan implementasi program.
d. A long, long a head,
yaitu melihat pada apa yang menjadi misi dan visi utama organisasi. Dalam
menyusun rencana program, maka panduan utama yang harus diliat adalah visi dan
misi sekolah. Program disusun pada dasarnya adalah upaya untuk mencapai visi
dan misi sekolah.
Dalam
bidang pendidikan apabila menggunakan perencanaan strategik ternyata akan
memberikan kecenderungan
pada hasilnya yaitu program yang lebih operasional, sehingga peluang akan
keberhasilan program menjadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan dengan pendekatan
ini semua peluang faktor eksternal dan internal telah diperhitungkan secara
matang. Perencanaan strategik
ternyata telah dibuktikan berhasil membawa organisasi mencapai tujuan yang
diinginkan secara optimal. Sehubungan dengan hal ini R.G. Murdick (Suriansyah,
2001) menyebutkan beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melakukan
perencanaan strategik bagi suatu lembaga, yaitu:
a. Analisis
keadaan sekarang dan akan datang
b. Indenfikasi
kekuatan dan kelemahan lembaga
c. Mempertimbangkan
norma-norma
d. Indenfikasi
kemungkinan dan resiko
e. Menentukan
ruang lingkup hasil dan kebutuhan masyarakat
f. Menilai
faktor-faktor penunjang
g. Merumuskan
tujuan dan kreteria keberhasilan
h. Menetapkan
penataan distribusi sumber-sumber
Secara
sederhana aspek-aspek yang mutlak ada dalam perencanaan program berisikan
aspek-aspek sebagai berikut:
a.
Masalah yang dihadapi.
Rumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Misalnya rendahnya keterlibatan orangtua siswa dalam pengawasaan
putra-putrinya, sehingga sering terjadi kenakalan anak seperti membolos, tidak
disiplin dan sebagainya.
b.
Kegiatan akan
dilakukan. Uraikan secara rinci kegiatan apa yang akan dilakukan atau
direncanakan untuk mengatasi masalah yang dirumuskan.
c.
Tujuan kegiatan. Tujuan
apa yang ingin dicapai untuk satu kegiatan yang direncanakan. Misalnya kegiatan
pertemuan orangtua murid dengan guru dan pihak sekolah, tentukan tujuannya:
meningkatkan kesadaran orangtua akan pentingnya pengawasan mereka terhadap anak
dan bagaimana mengawasi anak-anak diluar rumah dan sekolah.
d.
Target/sasaran
kegiatan. Tentukan siapa sasaran kegiatan yang akan menjadi subjek dan objek
kegiatan, serta berapa target yang ingin dicapai.
e.
Indikator keberhasilan.
Tentukan indicator apa yang dapat menunjukan bahwa suatu kegiatan yang
dilakukan
f.
Strategi/teknik
pelaksanaan kegiatan. Tentukan strategi apa yang akan digunakan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut diatas, misalnya melalui panel diskusi, dialog dan sebagainya
(liat uraian tentang teknik hubungan sekolah dengan masyarakat dan orangtua
murid pada bagian terdahulu).
g.
Waktu dan tempat
pelaksanaan kegiatan. Tentukan kapan kegiatan akan dilaksanakan dan dimana
kegiatan tersebut akan dilakukan. Waktu pelaksanaan akan sangat berpengaruh
terhadap tinggi dan rendahnya tingkat partisipasi sasaran program (orangtua
murid dan masyarakat). Demikian juga tempat kegiatan. Waktu kegiatan hubungan
sekolah dengan masyarakat dan orangtua
murid yang dilaksanakan pada saat meraka sibuk dengan pekerjaan akan
menyebabkan merekatidak dapat berpartisipasi optimal. Oleh sebab itu, sekolah
perlu mempertimbangkan dengan matang waktu dan tempat kegiatan yang akan
dilaksanakan.
h.
Penanggung jawab dan
pelaksana kegiatan. Tentukan siapa yang menjadi penanggung jawab kegiatan dan
siapa yang menjadi pelaksana kegiatan. Pemilihan orang yang akan dilibatkan
hendaknya memperhatikan prinsip berdasarkan kemampuan dan kemauan orang yang
akan diberi kepercayaan. Kemampuan saja tidak cukup untuk menunjuk pelaksana
tanpa diiringi oleh kemauan. Kejelasaan orang-orang yang diberi tanggung jawab
sebagai pelaksana akan meudahkan sekolah untuk meminta laporan dan pertanggungjawaban
serta monitoring keberhasilan kegiatan.
i.
Pembiayaan. Rumuskan berapa
biaya yang diperlakuakan dan darimana sumber biaya tersebut.dalam penetuan
besaran biaya prinsip efisiensi hendaknya menjadi pertimbangan utama.
Dalam
bentuk bagan urutan kegiatan dalam program tersebut diatas dapat digambarkan
sebagai berikut:
Masalah
|
Tujuan
|
Kegiatan
|
Target
|
Indikator
Keberhasilan
|
Strategi
Teknik
|
Waktu
|
Pelaksanaan
Kegiatan
|
Biaya
|
KET
|
4. Standar
Program
Ada
beberapa kriteria program kerja kemitraan sekolah, orang tua murid/keluarga dan
masyarakat untuk menjadi program kerja yang baik. Beberapa hasil penelitian dan
kajian mendalam oleh beberapa ahli menunjukkan beberapa elemen program yang
dapat memberikan kontribusi kualitas yang terbaik tentang program kemitraan.
Denganelemen-elemen yang lengkap program dapat diharapkan meningkatkan
dampaknya bagi kemajuan sekolah, orang tua murid dan masyarakat secara umum.
Sehubungan
dengan hal tersebut Epstein, dkk (2009) membuat daftar elemen-elemen program
yang dinyatakan sebagai standar untuk program kemitraan yang ekselin.
Elemen-elemen tersebut adalah : teamwork,
leadership, plans for action, implementation and facilitation, evaluation,
funding, support and network connections.
a. Teamwork
Sekolah
sejak awal sudah harus merencanakan dan menetapkan secara matang siapa yang
akan menjadi pelaksana kemitraan yang diprogramkan. Pemilihan anggota tim harus
didasarkan pada pertimbangan dua hal pokok yaitu: kemauan (willingness) dan komitmen (commitment)
seseorang. Apabila sudah ditemukan orang-orang di sekolah yang memiliki dua hal
pokok tersebut, maka pertimbangan lainnya adalah kemampuan komunikasi dan
integritas khususnya ketauladanan.
b. Leadership
Kepemimpinan
seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa kepemimpinan di sekolah
merupakan factor yang sngat menentukan untuk kesuksesan suatu institusi
mencapai hasil yang optimal. Berbagai kajian telah membuktikan bahwa
kepemimpinan merupakan factor kunci dalam membawa sekolah menjadi sekolah yang
baik, sekolah efektif atau sekolah ekselin.
Dalam
kaitannya dengan program kemitraan sekolah, orang tua murid dan masyarakat
secara umum, maka kepala sekolah menjadi penentu keberhasilan implementasi
program kemitraan. Sejauh mana visi dan sejauh mana inovasi serta kreativitas
kepala sekolah merupakan modal awal bagi terlaksananya program kemitraan.
c. Plans for action
Rencana
tindakan yang dimaksudkan disini adalah apa yang sering kita sebut dengan Term
of Reference (ToR). Dengan ToR yang baik dan lengkap dapat menjadi panduan bagi
semua orang untuk ersikap dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan.
d. Implementation and facilitation
Implementasi
perlu fasilitas penunjang agar apa yang dilakukan dalam kegiatan membangun
kemitraan sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat dapat terlaksana sesuai
harapan. Berbagai kemudahan yang dapat diciptakan di sekolah untuk implementasi
program kemitraan harus disediakan oleh sekolah. Oleh sebab itu, kepala sekolah
memegang peranan penting dalam upaya memberikan berbagai kemudahan dan
fasilitas yang diperlukan oleh tim pelaksana kemitraan di sekolah.
e. Evaluation
Penilaian
atau evaluasi harus dilakukan secara terus menerus sejak awal dibuat program
sampai berakhirnya program diimplementasikan. Evaluasi awal dimaksudkan untuk
mengetahui sejauhmana persiapan telah dilakukan seperti penentuan tim kerja
yang dibentuk, fasilitas dan sebagainya, hasil evaluasi ini dijadikan dasar
untuk melakukan perbaikan dalam persiapan.
Disamping
itu, evaluasi juga dilakukan pada saat proses kegiatan program kemitraan sedang
berjalan, yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program
kemitraan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
bersama sejak awal. Sedangkan diakhir kegiatan evaluasidilakukan untuk
mengetahui sejauhmana semua kegiatan yang dilakukan telah mencapai sasaran,
target dan memberikan dampak apa terhadap sekolah, orang tua murid dan
masyarakat. Apakah dampak tersebut sesuai dengan harapan masing-masing.
Dengan
demikian jelas bahwa evaluasi harus dilakukan secara terus menerus sejak awal,
proses dan akhir kegiatan untuk dilakukan perbaikan secepatnya.
f. Fundig
Setiap
kegiatan tentu memerlukan pendanaan, demikian juga dengan kegiatan membangun
kemitraan yang harmonis antara sekolah, orang tua murid dan masyarakat. Oleh
sebab itu, sekolah perlu sejak awal rencana anggaran dan pendapatan dan belanja
sekolah sudah memberikan. Alokasi untuk pelaksanaan kegiatan
kemitraan sekolah ini. Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan kemitraan tidak selalu
memerlukan dana yang besar, karena kemitraan dapat dilakukan dengan
bermacam-macam teknik dan strategi. Bagi sekolah yang tidak memiliki dana yang
memadai, maka pemilihan strategi membangun kemitraan harus dipertimbangkan
kemampuan dana yang disiapkan oleh sekolah.
g. Support
Dukungan
yang dimaksud disini adalah, apakah program yang kita buat mendapat dukungan
dari berbagai sumber. Misalnya, apakah dinas pendidikan memberikan dukungan
untuk implementasi program, seperti dukungan kebijakan yang dapat memperkuat
kebijakan sekolah untuk melakukan program kemitraan sekolah, orangtua murid dan
masyarakat.
h. Network Connections
Sekolah
sudah harus menetapkan sejak awal jaringan komunikasi yang akan digunakan dalam
program dan implementasi program nantinya. Misalnya, kalau sekolah akan
melakukan komunikasi dalam bentuk pertemuan orang tua dan masyarakat di
sekolah, jaringan apa yang akan digunakan untuk membawa mereka kesekolah.
5.
Implementasi Program
Tahap lanjutan
program kerja yang telah disusun adalah tahap implementasi. Pada tahap
implementasi ini sering terjadi berbagai kendala dan hambatan. Bagaimanapun
baiknya suatu program yang telah disusun tidak akan ada artinya tanpa
implementasi program yang optimal seperti apa yang telah direncanakan.
Sehubungan dengan
implementasi program hubungan sekolah
dengan orangtua murid dan masyarakat ini Epstein, dkk (2009) menyarankan ada 10
(sepuluh) langkah untuk kesuksesan program berbasis sekolah dalam membina
kemitraan sekolah, keluarga (orangtua) dan masyarakat. Kesepuluh langkah
tersebut adalah : create an action team
for partnership, obtain funds and official support, provide training to all
members of the action, identify point-operasent strengths and weaknesses, write
a one-year actin plan for partnership, apply the frame work of six type for
involvement to activities linked to school improvement goals, enlist staff,
parents, students, and the community activities and results, conduct an annual
celebration to report progress to all participants, continue working toward a
comprehensive, on going, goal-oriented program of partnership.
Dari pendapat
diatas nampak bahwa apabila sekolah menginginkan implementasi program kemitraan
sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat berhasil secara optimal, maka
sekolah harus mulai merencanakan kemitraan, mencari dukungan dari kantor
pendidikan, melatih semua anggota tim dan guru di sekolah untuk dapat
berkomunikasi dengan orangtua murid dan masyarakat.
Disamping itu
perlu juga sekolah menetapkan aspek apa yang harusnya menjadi sasaran
kemitraan. Sasaram ini sangat penting karena akan berkaitan dengan visi dan
misi sekolah yang ingin dicapai melalui kemitraan dengan masyarakat dan
orangtua. Hal yang tidak kalah pentingnya untuk implementasi program ini adalah
melakukan evaluasi dari awal (Planning),
evaluasi proses (untuk dilakukan perbaikan proses apabila masih terdapat
ketidaksesuaian apa yang direncanakan dengan hasil yang di dapat), jadi
evaluasi bukan hanya dilakukan setelah program selesai diimplementasikan.
6.
Pemantauan dan Evaluasi Program
Untuk pemantauan
dan evaluasi proes, hasil dan dampak/manfaat suatu program kegiatan hubungan
sekolah dengan masyarakat dapat digunakan suatu kerangka kerja logis (dalam
teori perencanaan sekarang dikenal dengan istilah logical framework). Pendekatan logical
frame work ini terdiri dari empat unsur pokok yaitu sebgai berikut :
a.
Sasaran
hasil (objective); suatu keadaan
tertentu yang diinginkan untuk dicapai setelah dilaksanakannya kegiatan. Secara
hasil yang diinginkan pada dasarnya dapat dalam bentuk kuantitatif (jumlah)
maupun kualitatif (kualitas). Kualitas berarti jumlah yang harus dicapai
setelah kegiatan berhasil dilaksanakan. Misalnya; setelah kegiatan kunjungan
kerumah orangtua murid, diharapkan dapat dicapai 75% orangtua murid mau memenuhi
undangan sekolah. Sedangkan kualitatif adalah kualitas hasil kegiatan yang
diinginkan, misalnya setelah berbagai kegiatan hubungan sekolah dengan
masyarakat dilaksanakan prestasi perolehan nilai ujian sekolah dengan
masyarakat dilaksanakan presentasi perolehan nilai ujian nasional (UN) siswa
dapat meningkat 10%.
b.
Indikator;
adalah petunjuk tertentu yang akan meykinkan kita apakah sasaran hasil yang
kita inginkan memang sudah tercapai atau bahkan membantu pendidikan ditunjukkan
olehindikator sebagai berikut: selalu datang setiap ada undangan dari sekolah,
turut mengawasi kegiatan anak, dan sebagainya.
c.
Pengujian
(verivication), yaitu suatu cara
untuk mencari bukti-bukti yang menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut
memang ada atau tidak ada. Untuk itu diperlukan suatu pengamatan langsung atau
melalui laporan-laporan tentang kebenaran indikator yang dapat terlihat.
d.
Asumsi,
yaitu suatu keadaan atau hal tertentu yang menjadi persyaratan terlaksananya
kegiatan yang direncanakan sehingga indikator itu benar-benar bisa terwujud dan
sasaran hasil anda tercapai. Dengan kata lain, tanpa persyaratan ini Anda tidak
dapat atau terhambat melaksanakan rencana kegiatan dengan baik.
Keempat unsur
pokok tersebutlah yang harus di monitor dan di evaluasi. Untuk memudahkannya, maka dapat dibuat catatan dengan
menggunakan format sebagai berikut :
Kegiatan
|
Sasaran Hasil
|
Indikator
|
Verifikasi
|
Asumsi
|
Siaran
pers
|
Masyarakat
paham & mau mendukung kegiatan sekolah
|
100
orangtua murid selalu berhadir dalam rapat BP3
|
Survei
dan pengamatan
|
Berita
sekolah dimuat dikoran lokal minimal 2 kali seminggu
|
Dialog
televise
|
||||
Surat
kabar sekolah
|
||||
Kunjungan
kerumah siswa
|
||||
Dialog/
pertemuan di sekolah
|
||||
Dst
|
Sedangkan untuk
evaluasi dampak kerangka kerja yang sama dapat digunakan dengan menggantikan
kolom 2 (sasaran/hasil) dengan dampak/ manfaat yang diperoleh, kemudian
merumuskan indikator, verifikasi dan asumsinya. Tetapi yang dijadikan titik
tolak bukanlah sasaran hasil setiap kegiatan tetapi sasaran hasil akhir dari keseluruhan
program pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat. Contoh format tersebut
adalah sebagai berikut :
Kegiatan
|
Dampak/ manfaat
|
Indikator
|
Verifikasi
|
Asumsi
|
Siaran
pers
|
Masyarakat
paham dan memahami/ mengerti
kebutuhan, problem serta harapan sekolah sehingga mereka mau mendukung
kegiatan sekolah
|
Orangtua
murid selalu berhadir dalam rapat BP3 (rata-rata 75%)
|
Survei
dan pengamatan pada saat di sekolah
Dukungan
berbagai kegiatan meningkat
|
Kontak-kontak
informal dari orangtua murid sudah sering terjadi
|
Kunjungan
kerumah
|
Sekolah
mendapat informasi yang akurat tentang anak
|
Terkumpul
data tentang anak secara lengkap, akurat dan aktual tentang cara berprilaku,
belajar dan budaya/ kebiasaan
|
Dukungan
meningkat, informasi sekolah di manfaatkan untuk bimbingan anak
|
Orangtua
memiliki data yang lengkap tentang anak. Melalui kunjungan data akan lengkap
|
Dst
|
Sehubungan
dengan evaluasi program kemitraan, keluarga, sekolah dengan masyarakat dan
orangtua murid ini, Epstein, dkk (2009) menyatakan bahwa evaluasi kemitraan dan
keterlibatan program harus mencakup beberapa hal sebagai berikut :
a.
Program development (e.g., teamwork,
plan, collegial and district support for partnerships, links of plans to school
goals ffor student success)
b.
Outreach to families and the community
(e.g. strategies to invite, communicate and include all families and various
community partners)
c.
Result for parents (e.g. response to
communications, inputs, patterns of involvement by major racial, ethnic, and
sicioeconomic groups)
d.
Result for school (e.g. welcoming
climate, safety of the school, family-friendly atmosphere, attitudes and
participation in partnerships of teachers, principals)
e.
Result for students (e.g. academic and
non academic outcomes, social development, postsecondary education and career
plans)
f.
Improvements on all of the above from
year and in extended longitudinal patterns.
BAB III
PENUTUP
Hal
yang perlu diperhatikan untuk menggalang dukungan masyarakat agar bersedia dan
turut mendukung lembaga pendidikan adalah isu yang akan digunakan. Isu harus benar-benar penting dan
berarti bagi masyarakat, mencerminkan
adanya tujuan perubahan yang lebih besar dalam jangka panjang, dan ajak beberapa tokoh
masyarakat untuk merumuskan isu penting yang perlu dianggap sebagai dasar untuk
membangun kerjasama dan dukungan.
Ciri-ciri kerjasama
dalam suatu kelompok dengan para pendukung yang efektif, yaitu:
1. Terfokus
pada tujuan atau sasaran yang disepakati.
2. Tegas
dalam menetapkan jenis isu yang akan digarap/ditanggulangi serta di antisipasi
bersama.
3. Ada
pembagian peran dan tugas yang jelas di antara semua partisipan.
4. Juga
dinamika dalam setiap proses kerjasama, karena itu kelenturan (fleksibelitas)
harus benar-benar dijaga.
5. Adanya
mekanisme komunikasi yang baik dan lancar, sehingga semua harus tahu
menghubungi siapa tentang apa dan pada saat kapan serta dimana.
6. Dibentuk
untuk jangka waktu tertentu yang jelas.
Untuk
dapat mengaktifkan orangtua murid, tokoh-tokoh masyarakat, komite sekolah dan stakeholder yaitu dengan menarik perhatian
masyarakat melalui mutu pendidikan yang dihasilkan oleh staf pengajar. Dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut :
1.
Bina pengajar secara
aktif, sehingga mereka berdedikasi dan professional.
2.
Pacu para pengajar
untuk berprestasi dan melaksanakan pembelajaran secara efektif.
3.
Bina semua staf sekolah
agar mereka memahami secara jelas dan tepat apa yang diinginkan oleh sekolah
terhadap masyarakat.
Perencanaan program itu adalah merancang kegiatan yang akan dilaksanakan,
bagaimana melaksanakan, apa dan siapa yang harus melaksanakan, kapan, di mana
dan apa yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut, dapat dinyatakan
bahwa program sebenarnya adalah kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
suatu organisasi//lembaag dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan
program, yaitu:
1.
Kegiatan
yang akan diprogramkan hendaknya didasarkan pada hasil analisis kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan (SWOT) serta data-data pendukung lainnya.
2.
Kegiatan
yang diprogramkan harus benar-benar kegiatan yang sangat urgent
dalam mendukung upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan.
3.
Rencana
program yang akan dilaksanakan harus mempunyai tujuan yang jelas dan mendukung
pencapaian tujuan lainnya.
4.
Rencana
kegiatan harus memiliki nilai ganda dan multy player effect artinya, kegiatan
yang akan diprogramkan harus memberikan nilai tambah baik untuk sekolah maupun
nilai tambah bagi masyarakat orangtua murid atau stakeholder.
5.
Rencana
kegiatan harus mampu membangun citra positif bagi lembaga dan bagi masyarakat
sekolah.
6.
Program
yang disusun hendaknya berorientasi pada produk yang akan dihasilkan.
7.
Sumber
daya yang tersedia di dalam sekolah.
Perencanaan
strategik telah dibuktikan
berhasil membawa organisasi mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal.
Sehubungan dengan hal ini R.G. Murdick (Suriansyah, 2001) menyebutkan beberapa
langkah yang harus ditempuh dalam melakukan perencanaan strategik bagi suatu
lembaga, yaitu:
1. Analisis
keadaan sekarang dan akan datang
2. Indenfikasi
kekuatan dan kelemahan lembaga
3. Mempertimbangkan
norma-norma
4. Indenfikasi
kemungkinan dan resiko
5. Menentukan
ruang lingkup hasil dan kebutuhan masyarakat
6. Menilai
faktor-faktor penunjang
7. Merumuskan
tujuan dan kreteria keberhasilan
8. Menetapkan
penataan distribusi sumber-sumber
Secara
sederhana aspek-aspek yang mutlak ada dalam perencanaan program berisikan
aspek-aspek sebagai berikut:
1. Masalah
yang dihadapi.
2. Kegiatan
akan dilakukan.
3. Tujuan
kegiatan.
4. Target/sasaran
kegiatan.
5. Indikator
keberhasilan.
6. Strategi/teknik
pelaksanaan kegiatan.
7. Waktu
dan tempat pelaksanaan kegiatan.
8. Penanggung
jawab dan pelaksana kegiatan.
9. Pembiayaan.
Elemen-elemen
program yang dinyatakan sebagai standar untuk program kemitraan yang ekselin, yaitu: teamwork, leadership, plans for action, implementation and facilitation,
evaluation, funding, support and network connections.
Pada tahap implementasi sering terjadi berbagai
kendala dan hambatan. Bagaimanapun baiknya suatu program yang telah disusun
tidak akan ada artinya tanpa implementasi program yang optimal seperti apa yang
telah direncanakan.
Epstein, dkk (2009) menyarankan ada 10 (sepuluh)
langkah untuk kesuksesan program berbasis sekolah dalam membina kemitraan
sekolah, keluarga (orangtua) dan masyarakat, yaitu
: create an action team for partnership,
obtain funds and official support, provide training to all members of the
action, identify point-operasent strengths and weaknesses, write a one-year
actin plan for partnership, apply the frame work of six type for involvement to
activities linked to school improvement goals, enlist staff, parents, students,
and the community activities and results, conduct an annual celebration to
report progress to all participants, continue working toward a comprehensive,
on going, goal-oriented program of partnership.
Untuk
pemantauan dan evaluasi proes, hasil dan dampak/manfaat suatu program kegiatan
hubungan sekolah dengan masyarakat dapat digunakan suatu kerangka kerja logis atau logical
framework yang terdiri dari :
1.
Sasaran
hasil (objective
2.
Indikator
3.
Pengujian
(verivication)
4.
Asumsi.
Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami telah berusaha semaksimal yang kami bisa.
Namun, kami mengakui pasti masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran yang konstruktif dari Bapak selaku dosen
pengajar mata kuliah HubunganSekolah dengan Masyarakat tentang materi Upaya
Menggalang Dukungan Masyarakat untuk Pendidikan yang kami buat ini agar kedepannya
dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Suriansyah,
Ahmad. 2014. Manajemen Hubungan Sekolah
dengan Masyarakat dalam Rangka Pembedayaan Masyarakat. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada