Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Materi Cahaya Dan Sifat-Sifatnya Melalui Model Group Investigation Divariasikan Dengan Snowball Throwing

Table of Contents
cahaya dan sifat-sifatnya
Abstract: The researcher uses a Classroom Action Research (CAR) method to write this study. This study has been conducted in 2 cycles with 2 meeting in each cycle that consists of 4 stages which are planning, implementation, observation and reflection. The subjects of this study are 23 students of V grades in SDN Bincau Muara Martaura.

The students consist of 16 male students and 7 female students. The researcher uses an observation technique for collecting the data. The instruments for conducting the observation are teacher’s activity sheet, student’s activity sheet and the outcome of the learning by giving a test at the end of the learning activity. The indicator of the student’s success in this study is when the students can get ≥70 of the score and classically about 80% of the students can get ≥70 of the score.

Based on the result of the study, the researcher finds that the application of the variation of Group Investigation learning technique and Snowball learning technique for the teacher’s activity is successful in 1st cycle from 37 in score to 40 in score with a good degree, in 2nd cycle from 45 in score to 50 in score with very good degree. For the student’s activity in 1st cycle from 58,43 in score with a less active criteria into 68,52 with an active criteria, in 2nd cycle from 78.08 with an active criteria into 86.95 with a very active criteria. For the result of the student learning activity in 1st cycle from 57% becomes 74%, in 2nd cycle from 78% becomes 100%. As the result of the study, the researcher concludes that by using the variation of Group Investigation technique and Snowball Throwing technique can increase the result of learning activity of the students.

Abstrak : Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 Siklus dengan 2 kali pertemuan setiap siklusnya yang terdiri dari 4 tahapan yaitu perencaan, pelaksaan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Bincau Muara Martapura, yang berjumlah 23 orang, terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 7 orang siswa perempuan.

Penggalian data menggunakan cara observasi baik berupa lembar aktivitas guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar digali dengan tes akhir belajar setiap akhir pelajaran. Indikator keberhasilan, dimana siswa dianggap tuntas belajar apabila mencapai nilai ≥70 dan secara klasikal diperoleh sekurang-kurangnya 80% dari seluruh siswa mendapat nilai ≥70.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa penerapan variasi model Group Investigation dengan Snowball Throwing untuk aktivitas guru pada siklus 1 dari skor 37 dengan kategori cuku baik  menjadi 40 dengan kategori baik, siklus II dari skor 45 dengan kategori sangat baik menjadi 50 dengan kategori sangat baik. Untuk aktivitas siswa siklus I dari 58,43 dengan kriteria cukup aktif  menjadi 68,52 dengan kriteria aktif, siklus II dari 78,08 dengan kriteria aktif menjadi 86,95 dengan kriteria sangat aktif. Untuk ketuntasan hasil belajar siswa siklus I dari 57% menjadi 74%, siklus II dari 78% menjadi 100%. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan menggunakan variasi model Group Investigation dengan Snowball Throwing mampu meningkatkan hasil belajar siswa.


Pada masa sekarang, pengembangan sistem pendidikan nasional merupakan salah satu faktor utama dalam menilai keberhasilan pembangunan sebuah negara. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Sehubungan dengan itu, Susanto (2013) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu instrumen utama pengembangan SDM, tenaga pendidik dalam hai ini guru sebagai salah satu unsur yang berperan penting di dalamnya.

Suriansyah (2013:1) mengatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat berpengaruh terhadap gaya hidup, sosial dan ekonomi sehingga selalu mengalami perubahan yang tingkat akselerasinya juga semakin cepat. Perubahan masyarakat industri ke masyarakat infomasi telah menimbulkan dampak terhadap permintaan atas program baru pendidikan, khususnya  tuntutan kualitas pendidikan menjadi sangat besar dari masyarakat.
Trianto (2012:3) mengemukakan bahwa peningkatan kualitas pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.

Sekolah merupakan institusi masyarakat yang berperan dalam transformasi, pengembangan keilmuan dan pewarisan nilai. Sehingga yang diperlukan adalah pendidikan yang berkualitas. Oleh sebab itu diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal (guru profesional) karena guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi proses pembelajaran di dalam kelas sebagai unsur terkecil dari suatu keberhasilan pendidikan.

Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran di dalam kelas harus ditunjang oleh guru yang profesional, yaitu guru yang benar-benar piawai dalam menggunakan strategi, metode, teknik pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

Dalam kegiatan pembelajaran, posisi guru tidak hanya dituntut untuk hadir di kelas, tetapi guru harus berperan dalam menentukan nasib bangsa dimasa depan. Dalam kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Salah satu bentuk pelaksanaan proses pendidikan di Sekolah Dasar adalah dengan adanya berbagai macam mata pelajaran. Salah satu Mata Pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah suatu pengetahuan toritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Aly, 2011:18). Lebih lanjut IPA didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang tediri dari fakta-fakta, konsep,konsep, prinsip-prinsip dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah (Samatowa, 2011:19).

Nash (1993) menjelaskan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru  tentang objek yang diamatinya (Samatowa, 2011:3).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di kelas V SDN Bincau Muara Martapura,  pada tahun  2014/2015 pembelajaran IPA materi cahaya dan sifat-sifatnya masih belum mencapai nilai yang maksimal sesuai dengan standar KKM 70. Dari permasalahan rendahnya nilai siswa tersebut disebabkan oleh faktor pembelajaran. Siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif, inovatif dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Kenyataan inilah yang merupakan landasan dasar yang perlu ditingkatkan hasil belajar merupakan salah satu indikator yang dijadikan perbandingan dalam sebuah keberhasilan pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut maka hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru adalah dengan memperbaiki proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation  divariasikan dengan model Snowball Throwing dalam pembelajaran IPA ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dan juga yang lebih utama dapat lebih melibatkan siswa, sehingga pada akhirnya juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Model Group Investigation merupakan pembelajaran yang membimbing siswa untuk memecahkan masalah secara kritis dan ilmiah. Sesungguhnya tipe GI merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang merupakan kegiatan belajar memfasilitasi siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen untuk mendiskusikan dan menyelesaikan suatu masalah yang ditugaskan guru kepada mereka (Hosnan, 2014:258).

Snowball Throwing merupakan pengembangan dari model pembelajaran   merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada model ini, kegiatan belajar diatur sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan (Shoimin, 2014:174).

Adapun langkah-langkah dari Model Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing yang diterapkan adalah sebagai berikut:
  1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan (Snowball Throwing).
  2. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen (Group Investigation)
  3. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok (Group Investigation).
  4. Guru mengundang ketua-ketua kelompok untuk memanggil materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya (Group Investigation).
  5. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan (Group Investigation).
  6. Setelah selesai diskusi kelompok, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan  kelompok (Group Investigation).
  7. Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok  (Snowball Throwing).
  8. Siswa membentuk kertas tersebut seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit (Snowball Throwing).
  9. Setelah siswa dapat satu bola, ia diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut secara bergantian (Snowball Throwing).
  10. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan. (Group Investigation).
  11. Guru mengevaluasi dan menutup pelajaran (Snowball Throwing).
Dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPA ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dan juga yang lebih utama dapat lebih melibatkan siswa, sehingga pada akhirnya juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan diatas maka peneliti merasa perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul: “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya dan Sifat-Sifatnya Melalui Model Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing pada Siswa Kelas V SDN  Bincau Muara Martapura. Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah aktifitas guru dalam pembelajaran materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan model pembelajaran Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing dikelas V SDN Bincau Muara Martapura?
  2. Bagaimanakah aktifitas siswa dalam pembelajaran materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan model pembelajaran Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing dikelas V SDN Bincau Muara Martapura?
  3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada materi cahaya dan sifat-sifatnya dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing di SDN Bincau Muara Martapura?

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas maka hipotesis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat dirumuskan: “Jika model pembelajaran Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing di terapkan pada mata pelajaran IPA materi konsep cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V SDN Bincau Muara Martapura, maka hasil belajar siswa akan meningkat”.

METODE

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Sukmadinata (2010:60), penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan pertisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Kusumah, Wijaya, Dwitagama, 2012:9).

Alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan misalnya dengan menggunakan model, media, teknik dan strategi pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam dua siklus tindakan. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa  kelas V SDN Bincau Muara, tahun pelajaran 2015/2016. Adapun siswanya berjumlah 23 orang, diantaranya 16 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.

Faktor yang di teliti adalah faktor guru, faktor siswa, dan faktor hasil belajar.

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. (1) Data kuantitatif (nilai belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistic deskriptif, misalnya mencari nilai rata-rata persentase keberhasilan belajar dan lain-lain. (2) Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang member gambaran tentang ekspresi guru dan siswa tentang tingkatan pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (efektif), aktivitas guru dan siswa, kepercayaan diri, motivasi belajar dan lainnya, dapat dianalisis secara kualitatif.

Indikator keberhasilaAktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran IPA di kelas V dengan menggunakan model Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing dikatakan berhasil apabila mencapai nilai ≥ 47 dengan interpretasi keaktifan guru berada pada kategori Sangat Baik.

Indikator aktivitas siswa: Suatu pembelajaran dapat dikatakan berhasil, jika aktivitas siswa secara rata-rata ≥ 21 dengan kriteria “sangat aktif” dan presentase secara klasikal ≥    84% dengan kriteria “sangat aktif”.

Hasil belajar, (a) Indikator ketuntasan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran ini adalah jika ketuntasan individual mencapai ≥70 (nilai KKM 70), (b) Indikator keberhasilan pada ketuntasan klasikal mencapai ≥80% dari seluruh siswa mencapai nilai ketuntasan individual ≥ 70)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada aktivitas guru, berdasarkan observasi pada siklus I dan siklus II terlihat perbandingan nilai dari kegiatan yang dilakukan oleh guru. Hal tersebut dapat di lihat pada Siklus I pertemuan 1 mendapat skor 37 dengan kriteria cukup baik, Siklus I pertemuan 2 mendapat skor 40 dengan kriteria baik, pada siklus II pertemuan 1 mendapat skor 45 dengan kriteria baik, dan siklus II pertemuan 2 mendapat skor 50 dengan kriteria sangat baik. Terlihat aktivitas guru pada setiap pertemuan selalu mengalami peningkatan.

Menurut Suriansyah, Aslamiah, Sulaiman, Norhafizah, (2011:5) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarinya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manageof learning). Dengan demikian, efektifvitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru

Menurut Trianto (2012:50) yang dilakukan guru saat pembelajaran berlangsung yaitu menyiapkan siswa, menyampaikan tujuan, presentasi dan demonstrasi, memberikan informasi yang jelas, mengecek pemahaman dan umpan balik, serta memberikan latihan mandiri

Dalam proses mengajar guru harus bisa mengatur suasana pengajaran. Karena menurut Sudjana (Susanto 2013: 17-18) faktor lain yang yang ikut menetukan keberhasilan siswa dalam belajar adalah suasana pengajaran yang diciptakan oleh guru. Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa tentunya akan memberikan nilai pada proses pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat meningkat secara maksimal dan tentunya guru berhasil dalam mengajar.

Dari hasil keempat pertemuan diatas selalu terjadi peningkatan aktivitas guru,  hal ini tidak terlepas dari peran guru yang tidak hanya menyampaikan materi secara satu arah atau ceramah, dengan penggabungan model Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing ini mampu membuat siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Semua ini tidak terlepas dari peran guru dalam menguasai pembelajaran baik penguasaaan waktu, materi, media dan pemanfaatan fasilitas lainnya.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran.

Pada aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 diperoleh 58.68%, kemudian meningkat pada siklus I pertemuan 2 yaitu menjadi 68.58%. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 ketuntasan klasikal yang diperoleh sebesar 80% kemudian meningkat pada siklus II pertemuan 2 yaitu 86.95% dengan kategori sangat baik Terlihat pada aktivitas siswa pada setiap pertemuan mengalami peningkatan.

Dalam proses pembelajaran siswa dituntut terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah (2011:38) belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi aktivtas belajar tersebut meliputi, menulis, mecatat, membaca mengingat berpikir, latihan atau praktek dan sebagainya.

Menurut Rusman (2013:324) keaktifan siswa yaitu terlibatnya aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan yang dikaji dan dibahas dalam proses pembelajaran, sehingga mereka mendapat pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Serta pembelajaran akan menjadi efektif dimana ketika siswa aktif dan turut serta dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan hal tersebut, dari paparan data serta beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan aktivitas siswa  dalam belajar.

Pada hasil belajar, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil yang diperoleh pada siklus I pertemuan 1 sebesar 56.52%, meningkat pada siklus I pertemuan 2 menjadi sebesar 73.91%, kemudian pada siklu II pertemuan 1 sebesar 78.26% dan meningkat pada siklus II pertemuan 2 menjadi 100%. Terlihat pada aktivitas hasil belajar siswa pada setiap pertemuan mengalami peningkatan.

Peningkatan hasil belajar ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
  1. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya, meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
  2. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah (kualitas pengajaran yang ditentukan oleh guru) dan masyarakat (Susanto, 2013:12).

Seperti pendapat Djamarah (2010:183) yang mengatakan tugas utama guru adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif. Dengan asumsi bahwa seorang guru kelas harus mampu membentuk dan mengaktifkan siswa bekerjasama dalam kelompok (group studies). Hal tersebut harus dilaksanakan secara efektif agar hasil belajarnya lebih baik.

Berdasarkan paparan data serta pendapat beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga hipotesis yang berbunyi “Jika model pembelajaran Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing di terapkan pada mata pelajaran IPA materi konsep cahaya dan sifat-sifatnya di kelas V SDN Bincau Muara Martapura maka hasil belajar siswa akan meningkat” dapat diterima.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada siswa kelas V SDN Bincau Muara Martapura dapat disimpulkan bahwa:

Aktivitas guru selama proses pembelajaran IPA materi “cahaya dan sifat-sifatnya” menggunakan model pembelajaran Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing terlaksana dengan sangat baik.

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran IPA materi “cahaya dan sifat-sifatnya” menggunakan model pembelajaran Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing dapat meningkatkan masing-masing aspek aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran


Hasil belajar siswa saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation divariasikan dengan Snowball Throwing pada mata pelajaran IPA materi “cahaya dan sifat-sifatnya” pada siswa kelas V semester II di SDN Bincau Muara Martapura dinyatakan telah berhasil dikarenakan selalu terjadi peningkatan disetiap pertemuannya dan telah mampu mencapai indikator ketuntasan yang telah ditetapkan peneliti secara klasikal pada pertemuan keempat atau pada siklus II pertemuan 2. 

Post a Comment