Makalah Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar Page 3

Table of Contents
Sebuah lingkungan yang dipilih pada dasarnya dapat menjadi sumber belajar berbagai jenis ilmu, sekarang tinggal Anda sebagai guru merancang pembelajaran apa yang hendak di lakukan dengan membuat LKS bagi siswa, terutama jika Anda menjadi guru di beberapa kelas dan merangkap berbagai jenis bidang studi. 

Dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, selain Anda dituntut menguasai seluk beluk lingkungan, Anda juga dituntut untuk menguasai tentang materi kurikulum/GBPP, serta materi dan topik-topik pelajaran dalam buku paket yang berkaitan dan membutuhkan alam sekitar sebagai sumber. Identifikasi lingkungan sebagai sumber belajar perlu dilakukan lebih awal sebelum membawa siswa ke sana.

Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan dalam mengidentifikasi lingkunagan yang akan dijadikan sebagi sumber belajar, diantaranya, Anda dapat mengidentifikasi Sumber Alam yang ada apakah ada sungai, gunung, danau, sawah dan lainnya, lingkungan sosial seperti mata pencaharian penduduk, upacara keagamaan, bahasa dan lainnya, kemudian Anda dapat mengidentifikasi lembaga apa saja yang ada di lingkungan sekitar Anda seperti Puskesmas, tempat ibadah, laboratorium, musium dan lainnya. Berikut adalah satu contoh bagaimana mengidentifikasi sebuah lingkungan untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

Dalam perjalanan pulang mengajar, Pak Markus melewati jalan sepanjang sungai dimana banyak perahu kecil hilir mudik memuat hasil bumi dari arah hulu dan barang keperluan lain dari kota. Di kanan kiri sungai masih ada ladang yang ditanami palawija tetapi ada juga semak-semak yang ditumbuhi tanaman liar dengan ragam bentuk daun dan warna bunga yang bermacam-macam.

Kupu-kupu terlihat beterbangan dan hinggap di atas bunga-bunga tersebut. Dalam fikiran Pak Markus, tempat tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran beberapa pokok bahasan pada berbagai mata pelajaran. Pak Markus adalah Kepala Sekolah yang merangkap mengajar di kelas III, IV dan VI.

Pak Markus membuat rencana pembelajaran dengan mencoba mengidentifikasi konsep yang dapat diajarkan sebelum membawa siswa ke sana. Beberapa konsep telah dipilih untuk pembelajaran IPA diantaranya macam-macam tanaman pada kelas III, pengelompokan tanaman berdasarkan jenis akar, bentuk daun dan keping biji di kelas V, siklus hidup serangga di kelas V, saling ketergantungan antara mahluk hidup di kelas VI , untuk pembelajaran IPS gerak air (yang menguntungkan dan merugikan) di kelas VI, dan untuk pembelajaran matematika siswa diajak untuk membuat perkiraan mengenai ketinggian ladang dari permukaan air serta bentuk dan luas ladang dan sawah tersebut. Tentu saja semua kegiatan tersebut dilengkapi dengan Lembar Kegiatan Siswa, sehingga di sana siswa dapat belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan. (cerita diadaptasi dari Suparno, 1999).

Berdasarkan cerita di atas, bagaimana pendapat Anda? Apakah Pak Markus telah mampu memanfaatkan lingkungan alam sekirtarnya sebagai sumber belajar? Bagaimana dengan Anda? Dapatkah Anda mencobanya? Cobalah untuk melakukan hal yang sama sesuai dengan kondisi dan kekayaan alam dimana Anda berada.

Menurut Djalil, dkk (2005), Ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan dalam menentukan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, yaitu:
  1. Sumber tersebut mudah di jangkau (kemudahan)
  2. Tidak memerlukan biaya tinggi (kemurahan)
  3. Tempat tersebut cukup aman digunakan sebagai sumber belajar (keamanan)
  4. Berkaitan dengan materi yang diajarkan di sekolah (kesesuaian)
Melalui metode ini, bentuk tugas yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak didik pada batas frekuensi yang tetap menggairahkan mereka sehingga tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Tentu saja untuk melakukan kegiatan belajar dengan metode ini diperlukan perencanaan dan persiapan yang baik dengan membuat langkah-langkah pembelajarannya, koordinasi dengan kepala sekolah dan  pihak-pihak terkait perlu dilakukan pada awal program pembelajaran.

Djalil, dkk (2005) membuat beberapa langkah dalam menentukan  lingkungan sebagai sumber belajar sebagai berikut:
  1. Topik dan materi pembelajaran erat sekali kaitannya dengan lingkungan
  2. Lingkungan yang dipilih merupakan salah satu sumber yang paling mungkin dapat digunakan untuk memperkaya materi
  3. Sumber tersebut paling sesuai dengan sekolah Anda dilihat dari kemudahan, kemurahan, kemanana, dan kesesuaian dengan materi.
  4. Sumber dari buku dirasakan kurang atau tidak ada atau tiadak ada contohnya dan sulit diterapkan pada pembelajaran dengan pendekatan PKR.

Masyarakat Sebagai Sumber Belajar

Sekolah bukanlah merupakan bagian terpisah dari masyarakat, tetap merupakan bagian integral dari masyarakat. Jabatan guru merupakan salah satu jabatan professional dalam masyarakat. Dalam pelaksanaan PKR kemitraan antar guru dan antar guru dengan masyarakat sanagtalah penting, lebih-lebih guru yang bertugas di SD yang sumber belajarnya di sekolah sangat terbatas.

Sekolah dan guru seharusnya tidak terisolasi atau mengisolasikan diri dari masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu iklim kerjasama perlu dibangun dan dipelihara. Kemitraan atau kerjasama sekolah dan masyarakat di sekitar sekolah perlu dirancang dan diprogramkan dengan baik.

Dengan demikian segala sumber belajar yang ada di luar sekolah dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam pembelajaran. Sebagaimana diketahui bahwa PKR merupakan pendekatan pembelajaran yang memerlukan sumber belajar yang tidak terbatas pada buku yang ada di sekolah.

Apalagi bila secara kenyataan justru di sekolah itu tidak tersedia sumber belajar yang diperlukan. Sesungguhnya masyarakat merupakan sumber belajar asalkan kita sebagai guru tahu, mau dan mampu merancang dan memprogramkannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah individu sebagai personal yang merupakan bagian dari masyarakat. Misalnya tokoh masyarakat dan para ahli, seperti peran ulama, budayawan, sosiawan, pengrajin, petani, seniman, pakar, aparat pemerintah, lingkungan hidup dan sebagainya. Mereka dapat bertindak sebagai narasumber untuk informasi tertentu.

Sekali waktu seorang polisi dapat di undang ke sekolah untuk memberikan materi-materi tentang tertib berlalulintas, atau seorang ulama atau pendeta dengan memberikan materi pada perayaan hari-hari besar keagamaan, atau suatu waktu siswa diajak mengunjungi Puskesmas untuk melihat dan mengamati aktifitas di sana. Kunjungan ke pameran karya sastra, museum, cagar alam, kebun binatang, dan lingkungan lain sangat membantu siswa dalam belajar mandiri. Berikut adalah contoh kegiatan yang melibatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

Ibu Ida adalah seorang guru SD yang merangkap mengajar di kelas IV dan V, pada suatu saat desa mereka sedang dilAnda penyakit Demam Berdarah. Ibu Ida akan mengajarkan pokok bahasan Penyakit menular dai kelas V dan makanan sehat di kelas IV. Ibu Ida membuat suatu perencanaan pembelajaran untuk kelas IV dan V secara bersamaan sekaligus memberikan penjelasan bagaimana cara agar para murid ikut berpartisipasi mencegah dan memberantas penyakit Demam Berdara yang melAnda desa mereka.

Karena Ibu Ida tidak menguasai materi tersebut dengan baik, maka Ibu Ida berinisiatif menghubungi Kantor Dinas Kesehatan di Kabupaten untuk memberikan materi. Sebelumnya Ibu Ida memberikan rancangan pokok materi dan tujuan yang harus dicapai pada pembelajaran tersebut. Tentu saja dalam pembelajaran tersebut anak-anak merasa senang karena mereka bertemu dengan orang yang ahli di bidangnya dimana anak-anak bebas bertanya seputar materi yang diberikan.

Melihat kegiatan yang dilakukan Ibu Ida, bagaimana menurut pendapat Anda? Apakah Anda pernah melakukan hal yang sama? Cobalah memanfaatkan masyarakat disekitar Anda?

Djalil, dkk (2005) menjelaskan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memanfaatkan nara sumber, yaitu:
  1. materi atau informasi yang dapat diperoleh dari nara sumber, tidak dikuasai oleh guru, ada
  2. nara sumber tersebut tepat, artinya yang dijadikan nara sumber harus orang yang benar-benar memiliki informasi tersebut
  3. hindarkanlah hal yang berwarna politik, karena murid SD belum saatnya diberi informasi politik praktis.

DAFTAR PUSTAKA

Susilowati, dkk. 2009. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Jakarta: Depdiknas.
Winataputra, Udin.S. 1998. Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Jakarta: Depdiknas.

Halaman :
1  2  3  

Post a Comment