Gambaran Pembelajaran Kelas Rangkap Yang Ideal Dan Praktek Yang Terjadi Di Lapangan 3

Table of Contents

 Semua yang dilakukan oleh pak Suruan di dua kelas tadi disebabkan karena murid-murid tidak mempunyai buku. Buku milik guru pun sangat terbatas sekali dan itupun termasuk buku-buku lama. Di sekolah tersebut juga tidak mempunyai alat peraga, apalagi alat-alat IPA.


Dari contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sumber belajar belum maksimal dan supervisi guru terhadap belajar murid yang juga masih kurang memiliki dampak sebagai berikut.

a. Mengurangi bahkan dapat menghilangkan kesempatan murid untuk membaca

Kebiasaan menyalin bahan pembelajaran yang dilakukan oleh murid-murid yang mungkin sudah berlangsung lama sejak di kelas rendah mengurangi, bahkan dapat menghilangkan kesempatan untuk membaca. Seharusnya ketiadaan buku tidak diatasi dengan cara menyalin. Kalau saja pak Suruan dapat lebih kreatif atau mau berusaha, maka sebenarnya pak Suruan bisa menyuruh beberapa murid yang mempunyai tulisan baik untuk menulis salah satu bahan ajar sebagai PR. Kemudian esoknya dibagikan kepada semua murid dan kemudian menyuruhnya membaca dengan keras atau dalam hati.

b. Rendahnya kemampuan murid

Sebenarnya mengajar kelas rangkap bukan suatu keadaan yang pantas dituduh sebagai penyebab rendahnya kemampuan murid rendah. Ketidakmampuan guru dan enggannya guru berupaya lebih keras untuk membelajarkan siswa lebih pantas dikatakan sebagai penyebab utamanya. Apalagi bila guru sudah kehilangan hasrat untuk mencari inspirasi atau ide-ide agar ia dapat menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi anak didiknya.

Pembelajaran Kelas Rangkap yang Ideal (yang diinginkan)

Tidak ada pembelajaran kelas rangkap yang mampu dilakukan dengan 100% benar, masih banyak kelemahan-kelemahan dalam melakukan praktik pembelajaran kelas rangkap. Akan tetapi, yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana membuat pembelajaran kelas rangkap yang ideal untuk sang guru dan murid yang diajarnya. 

Berikut contoh pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap yang ideal (yang diinginkan). Memang contoh berikut bukan yang terbaik, tetapi paling tidak dapat menggambarkan unsur-unsur penting dalam pembelajaran kelas rangkap sehingga dapat menyimpulkan perbedaan-perbedaan dari praktik mengajar kelas rangkap sebelumnya.

Contoh 1 :

Mungkin tidak banyak yang mengira bahwa di daerah perkotaan masih ada SD yang mengalami kekurangan guru. Maka mengajar dengan merangkap kelas tak dapat dihindarkan. Hal itulah yang dialami oleh Pak Theo.

Hari itu Pak Theo mengajar di kelas 5 dan kelas 6. Murid-murid yang terdiri dari dua tingkatan kelas yang berbeda itu diajar dalam satu ruang kelas dan dalam waktu yang bersamaan. Mata pelajaran kedua kelas itu berbeda, kelas 5 mata pelajaran matematika dan kelas 6 mata pelajaran Bahasa Indonesia. Murid kelas 5 duduk dijajaran sebelah kanan dan kelas 6 duduk dijajaran sebelah kiri. Masing-masing kelas membentuk kelompok yang terdiri dari 3-5 orang murid. Papan tulis pun digunakan untuk kedua tingkat kelas tersebut.

Pak Theo memulai pelajaran dengan mengucapkan selamat pagi. Dengan sikap yang ramah dan senyum yang cerah ia menyapa anak-anak. Pak Theo kemudian bertanya kepada anak-anak tentang pengalaman mereka ketika berangkat ke sekolah. Markus, salah satu murid kelas 6 mendapat kesempatan bercerita tentang pengalamannya saat berangkat ke sekolah tadi.

Pak Theo tersenyum dan kemudian memberi kesempatan murid yang lain untuk menceritakan pengalamannya yang lain. Kali ini Winda murid kelas 5 mendapat giliran. Winda lalu bercerita bahwa setiap hari ia harus berangkat setengah enam pagi karena rumahnya agak jauh dari sekolah dan ia harus berjalan kaki.

Halaman:
1  2  3  4  5

Post a Comment