Prinsip dan Model Pengelolaan Pembelajaran Kelas Rangkap

Table of Contents

Prinsip Pembelajaran Kelas Rangkap

Prinsip dan Model Pengelolaan Pembelajaran Kelas Rangkap

Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) seperti pada umumnya memiliki prinsip-prinsip umum baik yang bersifat psikologis-pedagogis maupun didaktik-metodik. Psikologis-pedagogis berkenaan dengan perubahan perilaku siswa, sedangkan didaktik-metodik berkenaan dengan strategi atau prosedur pembelajaran.

Prinsip umum psikologis-pedagogis antara lain:
  1. Perbedaan individual anak dalam perkembangan kognitif, sikap, dan perilakunya menuntut perlakuan pembelajaran yang cocok dengan tingkatannya. Misalnya perilaku terhadap siswa kelas I tentu berbeda dengan perlakuan terhadap siswa kelas V dikarenakan pada tingkat usia kelas I proses berpikir konkret lebih dominan, sedangkan siswa kelas V sudah mulai dapat berpikir abstrak. (Piaget dalam Bell-Gredler:1986).
  2. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar baik yang datang dari dalam diri siswa (motivasi instrinsik) maupun yang datang dari luar diri siswa (motivasi instrumental). Oleh karena itu pembelajaran harus diawali dengan menumbuhkan motivasi siswa agar merasa butuh dan mau belajar. Bila sudah tumbuh, motivasi tersebut perlu dipelihara dan malah ditingkatkan melalui berbagai bentuk penguatan (reinforcement). (Skinner dalam Turney: 1977).
  3. Belajar sebagai proses akademis dalam diri individu untuk membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui transformasi pengalaman. Proses tersebut dapat dipandang sebagai suatu siklus proses pengalaman konkret (concrete experience), pengamatan mendalam (reflective observation), pemikiran abstrak (abstract conseptualization), dan percobaan atau penerapan secara aktif (active experimentation). (Kolb: 1986).
  4. Belajar dari teman seusia (peer group) terutama mengenai sikap dan keterampilan sosial dapat berhasil dengan baik melalui interaksi sosial yang sengaja dirancang.
  5. Pencapaian dampak instruksional (instuructional effects) dan dampak pengiring (nurturant effect) menuntut lingkungan dan suasana belajar yang memungkinkan sisswa dapat melakukan kegiatan belajar yang dirancang dengan baik oleh guru dan terciptanya suasana belajar secara kontekstual.
Implementasi dari prinsip umum psikologis-pedagogis terhadap pembelajaran adalah munculnya prinsip-peinsip didaktik-metodik sebagai berikut:
  • Penganekaragaman pembelajaran agar dapat melayani perbedaan individual siswa.
  • Pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar agar dapat membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa.
  • Penerapan aneka pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang berpotensi mengaktifkan siswa dalam keseluruhan siklus proses belajar.
  • Penekanan pada pencapaian dapak instruksional dan dampak pengiring.
PKR memiliki beberapa prinsip khusus seperti berikut (Djalil dan Wardani: 1997, Rake Joni: 1998).

a. Keserempakan kegiatan belajar-mengajar

Dalam PKR seorang guru dalam waktu yang bersamaan misalnya dari pukul 08.00-09.20 (2 jam pelajaran) menangani pembelajaran IPA untuk kelas V dan IPS kelas VI. Pada saat itu siswa kelas V dan kelas VI dalam satu atau dua ruangan secara serempak belajar di bawah bimbingan seorang guru. Dengan prinsip ini pemanfaatan sumber daya dalam hal ini guru dan waktu yang tersedia dapat lebih optimal.

b. Kadar tinggi waktu keaktifan akademik
Yang dimaksud dengan waktu keaktifan akademik (WKA) adalah waktu yang benar-benar digunakan oleh siswa untuk belajar (membaca, menyimak, menulis, berlatih keterampilan, berdiskusi). Misalnya dalam dua jam pelajaran tersedia 2 x 40’ = 80’. Selama 15’ digunakan oleh guru untuk mengabsen, mengatur kelompok, 65’ sisanya digunakan oleh siswa untuk berbagai kegiatan belajar. Dalam 65’ itulah siswa benar-benar melakukan kegaitan belajar atau sering disebut juga “on-task” (Flander:1972). Bila selama 65’ itu ternyata ada sebagian waktu yang digunakan untuk ‘ngobrol’ selain materi pelajaran atau mungkin melamun misalnya selama 10’ maka yang benar-benar dipakai belajar hanya 55’ on-task. Selama 10’ tersebut para siswa tidak belajar atau sering sering disebut ‘off-task’ (Flander: 1972). Dengan menerapkan PKR seorang guru dapat mengurangi lama waktu kosong karena dua kelas ditangani secara serempak sehinggawaktu keaktifan akademik menjadi semakin tinggi.

c. Kontak psikologis guru-murid yang berkelanjutan

Dengan menerapkanPKR interaksi guru-murid baik yang berupa perhatian, pengarahan, bimbingan pembelajaran, dan monitoring menjadi suatu proses akan berlangsung secara bervariasi dan terus menerus terutama PKR dengan satu ruangan. Bila PKR diterapkan dalam dua atau tiga ruangan memang ada sebagian perhatian misalnya kontak pandang guru-murid yang terputus. Kontak psikologis guru-murid yang bervariasi ini sangat penting untuk dibangun dan dipelihara, bila tidak maka pembinaan disiplin siswa akan berkurang.

d. Pemanfaatan sumber belajar yang efisien

Kita menyadari bahwa di sekolah dasar terutama di pedesaan sumber belajar tertulis dirasakan sangat kurang. Banyak sekali SD yang tidak memiliki perpustakaan sekolah. Malah dalam beberapa kasus hanya terdapat satu eksemplar buku pelajaran untuk satu kelas. Dengan menerapkan PKR sumber belajar tertulis yang jumlahnya terbatas dapat digunakan secara bersama-sama.

Halaman:

Post a Comment